Hedonisme; Keturunan Internet
10:18 PM
Hedonisme; Keturunan Internet
Nabila Faradina Iskandar
Nabila Faradina Iskandar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan utama hidup. Gaya hidup hedonisme sama sekali tidak sesuai dengan tujuan hidup bangsa kita. Terlebih tujuan pendidikan bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan negara kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (alenia keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945). Menciptakan bangsa yang mempunyai spiritual, tidak selfish atau mengutamakan diri sendiri, dan yang tak kalah penting adalah mempunyai emosional quotient; peduli pada sesama. Perilaku hedonisme dapat dilihat dari bagaimana cara pelajar menjalani kehidupan mereka sehari-hari.
Bagai memakan buah simalakama. Ya, setidaknya ungkapan itu tepat untuk menggambarkan bagaimana pengaruh internet di masa sekarang ini, terlebih untuk pelajar yang menjadikan internet sebagai sarana sumber informasi untuk menunjang pengetahuan mereka. Namun, tak dapat dipungkiri selain sebagai sarana edukasi, internet lebih sering digunakan pelajar sebagai hiburan. Sekarang pertanyaannya Apakah fungsi internet yang lebih dominan sebagai sarana hiburan ini dapat mengubah gaya hidup pelajar menjadi hedonisme?
Dewasa ini, yang kita ketahui tentang internet adalah jaringan komputer yang saling terhubung dan dilengkapi dengan situs-situs tertentu. Dilengkapi dengan situs-situs tertentu, ya internet memang kaya akan pengetahuan dan informasi. Layaknya dua sisi mata uang, pengetahuan dan informasi yang ditawarkan internet pun ada sisi positif dan ada sisi negatifnya. Dari segi positif, sebagai sumber edukasi yang lengkap dan up to date, internet menawarkan kemudahan bagi pelajar untuk mengakses berbagai pengetahuan. Akan tetapi, terkadang situs-situs yang ditawarkan di internet tidak selamanya berisi pengetahuan yang dibutuhkan pelajar.
Tidak dapat dipungkiri sifat internet yang bebas tanpa bataslah yang memudahkan siapa saja untuk menyediakan ladang situs-situs yang seharusnya tidak perlu ada. Sebut saja situs yang secara sengaja atapun tidak sengaja menyediakan gambar porno. Yang jadi masalahnya, bagaimana jadinya ketika remaja yang besar rasa ingin tahunya melihat gambar porno di situs yang dibukanya? Secara langsung ataupun tidak langsung gambar yang ditampilakan pada situs tersebut akan menimbulkan pikiran yang negatif, terlebih bagi para remaja yang sebagian besar notabene masih berstatus pelajar. Inilah salah satu dalang yang andil besar terhadap penyebab pergaulan bebas remaja sekarang, free sex. Dan muda-mudi kini sudah lebih permesif terhadap hal-hal yang dianggap tabu. Di pojok taman kota misalnya, mereka dengan gamblangnya mengumbar kemesaraan tanpa memedulikan orang-orang sekitar. Mereka mengaku sebagai orang timur yang bermoral, namun ironisnya mereka tidak risih bermesraan di depan publik.
Selain memengaruhi moral, internet juga memancing sifat konsumtif pengguna, khusunya pelajar. Kebebasan akses di internet dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membuka ladang usaha. Toko online, satu dari sekian banyak usaha yang didirikan oleh sebagian orang untuk mempromosikan barang produksi mereka kepada khalayak. Karena sebagian besar pengguna internet adalah para pelajar, situs yang menyediakan layanan toko online pun mencoba mencuci otak mereka. Cobalah tengok salah satu situs yang menyediakan jasa toko online. Begitu kita membukanya kita akan disuguhi pemandangan sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk asmara, minimal sedang bergandengan tangan. Ketika kita melanjutkan membaca ke bagian bawah, biasanya akan kita jumpai gambar-gambar iklan seputar parfum, make up, pakaian seksi yang sangat tidak pantas untuk orang timur yang masih menjaga budaya berpakaian. Untuk style wanita dengan model celana ‘harus melorot’ atau dengan model yang sangat minim. Kemudian style rambut dan assesori; terutama untuk anak laki-laki, dengan model rambut dipanjangkan atau punk dan diberi warna.
Tidak hanya di situs yang menyediakan jasa toko online saja, tapi di situs jejaring sosial, facebook contohnya. Apabila kita membuka beranda, banyak sekali iklan yang ditawarkan oleh pemasang iklan. Mereka biasanya membuat halaman di facebook untuk menjajakan barang produksinya dan mempostingnya di beranda dengan menandai beberapa kenalan mereka. Bagi sebagian remaja (pengguna facebook) yang notabene tidak mau dikatakan ketinggalan zaman, pastilah akan membuka halaman tersebut, melihat produk yang ditawarkan. Jika barang yang ditawarkan sesuai dengan selera dan harganya masih terjangkau, dengan segera mereka akan memberi tanda ‘jempol’ di halaman tersebut dan selanjutnya mereka akan dikirimi pemeberitahuan tentang produks terbaru; dari corak, model, hingga harga. Produsen pun tidak kurang akal, tidak hanya produk pakaian saja yang diiklankan melalui situs jejaring sosial, hampir semua pernak-pernik remaja ditawarkan; sepatu, assesoris, tas, parfum, hingga barang elektronik seperti handphone atau i-Phone. Melihat barang yang elok, sedikit remaja yang tidak ingin membelinya. Terlebih cara membelinya pun mudah, tinggal memesan dan transfer uang ke toko yang menyediakan barang tersebut, barang yang mereka inginkan akan tersedia di depan mata. Meskipun demikian, tidak sedikit remaja yang lebih memilih mengelilingi mall atau pusat perbelanjaan untuk mendapatkan barang keinginan mereka. Setali tiga uang, kedua tipe remaja tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda, pada dasarnya mereka sama-sama suka berbelanja.
Sampai sekarang hampir setiap orang, termasuk pelajar atau generasi muda, mungkin atau bahkan pasti memandang segala sesuatu yang bersal dari barat sebagai hal yang hebat dan “wah”. Dipungkiri ataupun tidak, mereka –terutama pelajar- seakan mendoktrin diri mereka untuk mengikuti arus globalisai, salah satunya dengan pikiran “harus mengidolakan lagu dan musisi dari barat”. Sebagian kecil pelajar merasa minder kalau ketahuan lebih menyukai lagu Jawa atau daerah lainnya dan lagu dangdut. Lagi-lagi internet sangat ikut andil dalam hal ini. Sekarang ini, lagu-lagu dari luar negeri gampang sekali diunduh dari internet. Bahkan, ada situs khusus yang berisi lagu-lagu luar negeri dan tidak jarang juga terdapat komunitas yang diciptakan khusus untuk artis luar negeri. Menjadi hal yang umum, ketika di kamar pelajar yang mengidolakan artis barat ditempeli foto atau poster idola yang mereka elu-elukan. Tak lupa pula setiap saat mereka mengupdate kabar beritanya; “Artis itu lagi pacaran sama pemain dari Manchester United, yang ini sedang mengajukan gugatan cerai, yang itu punya rumah baru di kawasan Pondok Indah, yang itu lagi bersenang-senang dengan kekasihnya di Singapura….wah aku patut meniru gaya hidupnya”. Itulah sebagian tingkah pelajar. Jika ditelaah lebih lanjut, dari sikap mereka tercermin gaya hedonisme. Mereka memuja figur idola secara berlebihan ibarat sang berhala di era globalisasi. Sementara mereka tidak tertarik pada figur-figur intelektual, ilmuwan, pahlawan, pendidik, dan tokoh spiritual lainnya.
Memilih gaya hidup hedonisme, terus terang tidak akan pernah memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Ibarat minum air garam, makin diminum makin haus. Faktor bacaan dan tontonan memang sangat berpengaruh dalam mencuci otak pelajar untuk menjadi pribadi yang memegang prinsip hedonisme. Terlebih fenomena kehidupan bangsa barat yang dipopulerkan melalui internet. Mereka yang pada umumnya masih berstatus pelajar meniru segala sesuatu yang datangnya dari barat tanpa menyeleksi terlebih dahulu hal tersebut, sesuai atau tidak dengan norma-norma atau kaidah yang berlaku di masyarakat kita. Gejala tersebut merupakan efek dari globalisasi, terlebih dengan pemanfaatan internet. Mulai dari pergaulan bebas, perilaku konsumtif, sampai pada kebanggaan terhadap budaya asing. Namun, apakah elok jika kita menjadikan internet tersangka tunggal yang menyebabkan hedonisme sebagai gaya hidup pelajar sekarang ini? Setelah mengetahui sisi negatif pemanfaatan internet, sebaiknya kita lebih bijak dalam memanfaatkannya. Selalu ada sisi baik yang bisa kita petik sehingga kita tidak terperangkap ke dalam gaya hidup hedonisme.
---
Juara 1 Lomba Menulis Esai Universitas Indonesia tingkat SMA
2011
0 komentar