Membahasakanmu
5:30 PMPagi tadi kota ini mendung, tidak panas dan tidak dingin, dan aku sangat menyukainya. Sebelum berangkat kuliah tadi, aku bergegas mengemas kembali barang-barang pemberianmu dalam sebuah kotak. Termasuk bergegas mengemas kenangan kedalamnya. Kesibukan telah meminta waktu kita, jadi aku bisa apa kalau bukan selain berteman dengan mereka. Katanya, untuk bisa merasakan cinta, kita jangan terlalu dekat, ambil jarak dan waktu, rindu pasti akan tumbuh tanpa pernah kita tanam.
Dan pagi ini, saat aku menemukan sebuah note yang aku selipkan di awal semester ini, tentang sebuah keharusan yang mungkin aku dominasi oleh egoku sendiri, bersamaan dengan pesan yang kau kirimkan, aku sadar bahwa sekarang membahasakanmu tak semudah biasanya.
Tidak semudah yang aku sangka, tidak semudah apa yang aku pikirkan, bahkan dengan usahaku yang demikian, aku harus jatuh berdebam, harus kembali menata hati yang berantakan, harus menata ulang definisi tentang kamu bahwa kamu ternyata tidak bermakna kamu sebagaimana kamu yang aku pahami selama ini
Membahasakanmu ternyata benar-benar menguras perasaan, perjalanan ke sana aku harus patah berkali-kali, harus mengenali kembali definisi-definisi baru, kamu, menunggu, yang terbaik dan kata-kata lain yang seolah-olah berubah makna setiap kali bertemu denganmu
Membahasakanmu kali ini menjadi lebih pasrah, lebih berserah bahwa aku sungguh benar-benar mengamini bahwa aku benar-benar tidak tahu yang terbaik untukmu, hanya bisa mengusahakan yang terbaik tapi tidak tahu tentang yang terbaik
Membahasakanmu kini aku lebih berserah
Rentang Tunggu, 2 April 2015 | Azifah Najwa
0 komentar