Do'a yang Menembus Pintu Langit

6:22 AM


Hari ini aku melihat lagi skenario Allah yang luar biasa. Hari ini aku melihat lagi bahwa do'a ibu adalah do'a yang langsung menembus pintu langit. Hari ini aku melihat lagi bahwa Allah akan selalu mengabulkan do'a hambaNya, entah kapan, entah di mana, entah apa bentuknya.

Dua minggu terakhir di sisa KKNku ada satu hal yang membuatku begitu mengganjal. "Bagaimana dengan penelitianku?". Kala itu, aku masih menaruh harapan besar pada beasiswa Indofood Riset Nugraha. Bahkan bisa dibilang hanya IRN satu-satunya harapanku. Beasiswa Nutrifood gagal aku dapatkan. Dosen Pembimbing Akademik sedang tidak ada proyek. Meminta proyek penelitian ke dosen lain? Entahlah, yang jelas aku malu. Dosen sering bilang di kelas, "kalian jangan cuma minta proyek ke dosen, kalau bisa penelitian sendiri". Bagaimana dengan penelitian mandiri? Tapi dananya? Meskipun ada sedikit tabungan. Meskipun ibu bersedia membantu biaya penelitian. Tapi bagaimana mungkin ibu mengizinkan aku kuliah di luar negeri jika masalahku sendiri saja tidak mampu aku selesaikan? Aku hanya ingin dipercayai.

Sore tadi, aku berniat bertemu salah seorang kakak kelas. Tidak lain tidak bukan hanya untuk meminta masukan dan nasihat, apa yang harus aku lakukan dengan penelitianku, di tengah idealisme dan realita yang ada. Ah sungguh, pertanyaan "kapan penelitian?" Itu menyakitkan ya. Seengaknya itu yang aku rasakan 2 hari ini, sejak pulang KKN, sejak sebelum sore tadi. Sejak sebelum sebuah telpon masuk ke handphoneku.

Setelah cerita panjang lebar, akhirnya kami menemukan sebuah solusi. Menanyakan kapan IRN akan diumumkan dengan banyak catatan. Maka, saat itu juga aku segera mengirim email ke CP sekretariat IRN. Saat sedang mengetik kata "Terima kasih", sebuah telpon dari nomor tak dikenal masuk ke handphoneku. Dari sini cerita ini akan dimulai. Di layar handphone tertera dari mana telpon itu berasal "Jakarta". Yang jelas dibagian ini perasaanku mulai tak karuan. Lalu membiarkan lawan bicaraku pergi hanya untuk mengangkat telpon itu. Mungkin jika hatiku lebih tenang aku bisa mendengar suara dibalik telpon itu dengan jelas, harusnya aku merekamnya. Yang kalian perlu tahu, tanganku bahkan bergetar saat nama, asal universitas, hingga judul proposal penelitianku disebutkan. Padahal belum dinyatakan lolos. Kau tahu apa yang terjadi begitu suara dibalik telpon itu menyatakan bahwa proposalku lolos? Yang aku ingat hanya ibu.  Hamdalah. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

Aku lolos beasiswa penelitian Indofood Riset Nugraha. Tentu aku masih ingat bagaimana perjuangan penyusunan propoasal itu. Bagaimana aku menyembunyikan segala ketakutanku dari ibu. Segala kekhawatiranku. Segala kemungkinan yang tidak sesuai harapan. "Jangan menaruh harap pada makhluk, kau dapat kecewa karenanya". Itu prinsip yang aku pegang. Jadilah setiap kali aku ingat penelitian aku langsung telpon ibu. Mendengarkan suara ibu tanpa harus menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Sekali lagi, saya selalu percaya, do'a ibu langsung menembus pintu langit.

Bagi orang yang hidup dengan impian-impiannya, dipercayai itu lebih penting dari sekadar disemangati.

Terima kasih, Bu, telah percaya.
Aku hanya cukup percaya bahwa do'a ibu adalah do'a yang langsung menembus pintu langit.


Semangat penelitian! ^^
Selamat menyaksikan lagi berbagai keajaiban do'a ibu ^^


Purwokerto, 1 September 2016
Azifah Najwa

You Might Also Like

0 komentar