Seperti Apa
10:17 PMAku memandanginya yang sedari tadi asyik bermain handphone. Sesekali melihatnya tersenyum seorang diri.
"Sedang apa?", tanyaku
"Ini," jawabnya sembari menunjukkan apa yang membuatnya sibuk sedari tadi.
"Ayahmu?," tanyaku sambil menunjuk foto di handphonenya.
Ia menggeleng. "Bukan. Bukan ayahku."
"Ini profil instagram temanku."
"Hmmm," jawabku.
"Aku iri." Aku menatapnya. Seolah bertanya, kenapa?
"Aku takut, saat aku punya keluarga nanti, keluarga seperti apa yang akan aku bangun. Bagaimana aku seharusnya menjadi ibu. Bagaimana aku membangun sosok ayah yang dapat di percaya anak-anakku.
"Apakah yang aku lakukan seperti yang anakku inginkan? Apakah aku bisa hanya menampakkan yang baik-baik saja kepada mereka? Bagaimana aku mempercayakan hidupku dan juga anak-anakku pada laki-laki yang aku pilih? Apa aku benar memilih laki-laki itu?"
Dia menatapku, "Tidak, Bil, aku sedang tidak minta pendapatmu. Karena untuk hal ini aku yakin kamu belum pernah mengalaminya."
Aku tersenyum. Dia benar tidak minta pendapatku. Tapi ia salah jika aku belum pernah mengalaminya. Aku juga menanyakan begitu banyak pertanyaan sepertimu, Mel.
Apa lebih baik aku hidup sendiri saja? Tanpa perlu memikirkan orang lain. Tanpa merasa takut disakiti atau menyakiti. Tanpa merasa takut tidak dipercaya atau dikhianati.
"Bil, bagaimana melanjutkan hidup dengan kepercayaan yang tak lagi utuh?"
"Jalani," jawabku.
Bogor, 28 Februari 2018
Azifah Najwa
0 komentar