Nanda
6:58 AMAda yang berbeda pagi ini. Jika biasanya aku meninggalkan Kebumen untuk berangkat ke Purwokerto karena masih rindu dengan rumah, pagi ini lain. Sejak paket dataku habis kemarin siang, akses internet ke handphoneku serta merta terputus total. Termasuk kabar bahwa pagi ini adek kelasku meninggal. Bahwa kemarin dia -yang surat-suratnya masih sering aku baca- ternyata sudah tidak ada lagi di tengah-tengah kita. Sampai kapan pun aku akan selalu bertepuk tangan sembari beridiri karena permainan gitar dan biolanya. Sampai kapan pun aku tidak akan lupa saat dia menangis di pundakku, memelukku, sembari bilang, "Jangan lulus dulu, Kak Nabila"
Ah, Rabb kenapa Engkau justru mengambil orang-orang baik dengan cepat. Kenapa Kau justru membiarkan orang-orang yang kerap lalai ini untuk hidup dan justru semakin lalai. Faghfirly...
Dan betapa tidak bersyukurnya aku masih diberi kesempatan untuk beribadah. Aku tak bisa membayangkan, bagaimana jika aku yang di posisi Nanda dua tahun lalu? Bagaimana jika akhirnya pendarahan lambung dua tahun lalu membuatku meninggal? Ah salah, bagaimana jika pendarahan lambung dan pendarahan usus 12 jari yang aku alami dua tahu lalu, yang memaksaku opname, yang memakasaku makan bubur hampir 1/2 tahun, juga yang membuatku harus meninggalkan meninggalkan orang tuaku? Ah, Rabb.. :'(
Murrobiku sering berpesan, tunaikan hak-hak saudaramu, agar kau bisa belajar syukur darinya. Hari ini aku belajar bersyukur dari Nanda.
Allahumaghfirlahaa, warhamhaa, wa'aafiha, wa'fu'anha
Semoga kau selalu mendapat tempat terbaik di sisi-Nya dek :'
Dalam perjalanan ke kota satria
Kebumen, 3 Maret 2016
0 komentar