08.20 p.m

8:20 PM


Aku menghampiri gadis 22 tahun itu. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Dia bahkan tidak menyadari bahwa aku telah duduk di depannya sejak beberapa detik lalu.

"Eh, Bil, sudah di sini? Sejak kapan?," sapanya.

"He'em."

"Sudah pesan?"

"Tuh," jawabku sambil menunjuk pelayan yang mengantarkan pesananku, jus stroberi dengan gula dua sendok teh.

"Jadi kamu sudah lama di sini, Bil?"

"Iya, Barbiee," jawabku sedikit kesal dan dia hanya tertawa. "Ada apa? Bukannya kau akan berangkat ke Korea pekan depan? Apa yang membuatmu tiba-tiba ke kota ini?"

Ia mengangguk. "Iya aku akan pergi. Ada sedikit hadiah perpisahan untukmu." Aku menatapnya tak mengerti. 

"Cerita?"

"Apalagi," jawabnya.

"Lalu aku harus mengirim cerpennya?"

Ia hanya tersenyum. "Dari sekian banyak hal yang aku lakukan, aku hanya ingin dia merasa selalu membutuhkanku. Hanya itu. Meski mungkin tidak ada lagi cinta. Meski mungkin hati itu pernah terisi oleh prempuan lain. Meski mungkin pernah ada orang lain yang menyandarkan kepalanya di pundakmu. 

"Aku hanya ingin ia merindukanku saat aku jauh. Walau hanya sekali selama aku pergi. Walau hanya sekejap. Aku hanya ingin merasakan lagi, bagaimana rasanya ia cintai. Aku hanya ingin merasakan lagi bagaimana rasanya dirindukan, bagaimana rasanya diperhatikan dan dipedulikan." Ia mengehentikan ceritanya.

"Aku hanya ingin merasakan lagi bagaimana perasaannya empat tahun lalu hingga membuatku luluh, bagaimana perasaannya empat tahun lalu saat ia mengatakan hendak meminangku."

Aku menyodorkan jus stroberiku yang tinggal setengah. Aku rasa kopi yang ia pesan terlalu pahit jika dinikmati saat-saat seperti ini.

Ia menggeleng. "Aku terlambat. Aku tak sempat menanyakan semua itu padanya. Apakah perasaan itu masih dan akan selalu sama."

Aku hanya menatapnya. Sambil terus bertanya apa yang membuat ia jauh-jauh pergi ke kota ini, menembus jarak ratusan kilometer, hanya untuk waktu tak kurang dari dua jam memintaku mendengar ceritanya. Ada yang  tidak baik-baik saja, dan pasti itu hatinya.



Bogor, 4 Maret 2018
Azifah Najwa

You Might Also Like

0 komentar