About
7:35 PM
Ingin aku kenalkan kalian pada seseorang. Sungguh, dia benar-benar orang. Sebut saja ia "dia". Kami tidak kembar. Mirip? Mmmm sepertinya tidak. Tapi untuk beberapa hal kami sama. Sifatku. Perangaiku. Ya, itu karena aku banyak berkaca darinya. Dia mempengaruhiku dalam banyak hal. Yang membuatku nyolot dan songong juga dia, iya dialah pelakunya. Bahkan akhir-akhir ini aku baru tau jika password handphone kita sama.
Untuk beberapa hal kami mungkin sama, tapi untuk banyak hal, kami berbeda, sangat berbeda. Dia tahu benar sifatku yang mudah sekali menangis, tapi entahlah, dia selalu bersemangat mengerjaiku. Beberapa kali kami terlarut dalam pertengkaran hebat. Pertengkaran dalam diam. Dan aku sangat tidak suka dengan marahnya dalam diam. Membuatku takut.
Aku selalu suka caranya berbicara denganku, caranya memarahiku, caranya menasihatiku, bahkan caranya mengkhawatirkanku yang sungguh membuat wajahnya buruk rupa (ups, haha). Tapi sekali lagi, aku tak pernah suka dengan caranya marah dalam diam.
Dia pelindungku, dia tangguh tapi juga lembut hatinya. Aku juga tahu benar betapa keras kepalanya, bagaimana beraninya, bagaimana nyolotnya. Aku faham benar dia suka tantangan, karena hidupnya mengajarkannya itu. Dan aku sadar, dia hadir memanjakanku, tapi juga mendewasakanku.
Seringkali ketika berbagai masalah datang, dia diam dengan murungnya, menjadi ogah-ogahan, mudah marah. Dan aku, ikut diam, tidak memerhatikannya. Itu karena aku tidak tega, tidak tega menghibur, tidak tega menasihati. Membiarkannya bermain dengan sepinya sejenak. Karena pada akhirnya, ketika dia perlu menceritakannya padaku, ekspresinya sudah berubah, hatinya lebih tenang. Saat-saat seperti ini yang tidak aku tahu darinya, entah dia berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri, atau ada orang yang membantu menyelesaikannya, atau ia dapat mengendalikan perasaannya. Tak semua jenis kepribadiannya kutahu persis. Yang kutahu, dia istimewa. Tapi sungguh tetap lebih menyenangkan melihat dia yang berbahagia dan sesekali tertawa ditengah keriwetannya (meski itu membuatnya kelelahan), daripada melihat dia tenang, hening, tapi hatinya awut-awutan.
Dia begitu tangguh menghadapiku. Sungguh sangat tangguh. Dia yang tak berbakat menerjemahkan diamku. Dan aku yang batu. Atau patung tanpa ekspresi. Bahkan untuk sekadar berkata tidak.
Dia suka sekali jalan-jalan. Berbeda sekali denganku yang lebih suka berdiam diri di rumah. Sering dia mengatakan, "orang punya uang banyak, tapi gak tahu mau disalurkan ke mana. Aku kebalikan, punya keinginan banyak, tapi uangnya yang gak ada..."
Satu lagi, kita punya hobi yang sama: membaca. Dan setiap kali membeli buku, aku selalu berpikir, suatu ketika buku-buku yang mengisi rak-rak ini akan memiliki tuan yang lain, yang sama cintanya dengan mereka. Dan ternyata, dia juga mengatakan hal yang sama, lebih lagi jika hobi menulisku menjadi preferensi buku yang hendak dia beli. Dan aku tersenyum setiap kali mengingat hal itu
Mungkin buku-buku itu yang membuat masing-masing dari kita bisa hidup dalam pikiran satu sama lain. Karena konstruksi pikiran kita diisi oleh buku yang sama, karena aku punya hobi meminjam bukunya :D
Pesanku, perhatikan tubuhmu, jaga kesehatan, kau gampang sekali sakit akhir-akhir ini, dan teruslah mengingat Allah. Karena kekuatan hanyalah milik Allah. Semoga Allah tuntun, Allah lindungi, dan Allah teguhkan kedudukanmu di dunia dan di akhirat. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin :)
Dandelion, 18 Juni 2015
With love
Azifah Najwa
0 komentar