Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home
    Semacam pertemuan takdir. Waktu yang memaksa dua orang untuk bertemu dengan alasan-alasan yang selalu penuh kejutan dan rahasia, untuk saling menggenapkan dalam sedih maupun bahagia.

    Barangkali kita bukan semacam pertanyaan, tetapi jawaban: semacam alasan untuk cinta yang kukuh dan keras kepala. Cinta yang meskipun dipenuhi banyak pertengkaran dan ketidakcocokan, harganya tak mungkin sebanding dengan dunia dan seisinya. Cinta yang entah bagaimana memberitahumu, sejak pertemuan pertama denganmu, tak mungkin melepasmu pergi.
    Cinta yang selalu membuatku gugup, yang membuatku sulit berkata-kata untuk menjelaskan semuanya, bahwa aku mencintaimu dan hanya ingin bersamamu



    Rentang Tunggu, 24 Desember 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Apa kabar?

    Terima kasih telah menanyakan kabarku beberapa hari lalu, tapi maaf aku tidak membalasnya. Saat itu aku sedang praktikum hingga pukul 02.00 pagi. Ah tidak, sebut saja aku pendendam. Aku hanya ingin kau tahu bagaimana rasanya diabaikan.


    Ah, semester 5
    Akhir-akhir ini aku merasa ragu, takut, dan khawatir untuk melangkah. Aku takut. Bahkan sangat takut mengetahui diriku yang begitu penakut. Aku takut dengan beban yang ada di pundakku. Sebut saja beban moral.

    Aku takut harapan itu tidak terpenuhi. Ah, maaf.
    Presentasi aspek finansialku tadi pagi aku menyebutnya kacau. Iya memang, IP bukan satu-satunya syarat untuk menjadi mapres. Tapi....

    Kalau kata Fadjri
    "Mba kan punya Allah, yang lain punya ngga?"



    Purwokerto, 22 Desember 2015
    Azifah Najwa

    Selamat hari ibu, untuk ibu dan semua calon ibu :)
    Continue Reading

    Ada yang diam diam membantu mewujudkan segala keinginanmu. Dia bekerja keras dibalik doa untuk membuat hati kita senang.

    Mati matian memintakan perlindungan untuk kita dari segala arah.

    Yang paling lembut sikapnya dan paling hebat doanya.
    Yang sering diam diam terlupakan, diam diam dikesampingkan dan diam diam pula tidak dijadikan tujuan..

    Yang suka sekali memperhatikan kebutuhan kita lalu diam diam bekerja keras sekuat yang dia mampu agar semua itu terwujud.

    Yang tidak pernah minta apa apa.
    Yang perbuatannya tidak pernah bisa terbalas dan tergantikan.

    Yang diam diam menua dan lupa kita perhatikan.

    Dan diantara manusia manapun dimuka bumi ini, mereka lebih Allah muliakan.

    Mari jadi anak shalih shalihah, sebab itu yang paling pertama yang mereka butuhkan, nanti.

    Saya sangat rindu dengan ayah saya, laki-laki yang darinya saya belajar menjadi bermanfaat bagi yang lain.

    Mungkin cintanya tidak seperti ayah-ayah yang lain, tapi saya tidak menemukan laki-laki seperti ini selain beliau
    Yang tidak pernah membuat saya menunggu saat minta dijemput
    Yang hanya ada nama saya dipikirannya saat saya sakit
    Yang tiba-tiba ada di depan pintu kos saat saya sakit
    Yang mengangkat telpon saat malam buta hanya untuk mendengarkan tangisan saya
    Yang selalu masuk ke kamar saya sebelum terlelap
    Yang sepulang kerja ada di depan pintu kos hanya untuk mengantarkan makanan kesukaan saya
    Yang tidak pernah rela ada satu laki-laki pun menggangu putrinya, tanyakan ke teman-teman laki-lakiku, bagaimana takutnya mereka dengan ayahku

    Yang aku tidak tahu, bisakah aku temukan laki-laki sepertimu?

    Ah aku sungguh sangat rindu :'(


    Purwokerto, 14 Desember 2015
    Azifah Najwa

    Selamat ulang tahun Mba...
    Berhentilah menyebutku calon adik ipar, rrrrr :|
    Continue Reading
    Barangkali, lelakiku tak memberi bunga
    Tidak mengucapkan kata cinta dengan kata-kata
    Tetapi setiap jum'at, di sela-sela aktivitasnya
    Dia selalu melangkahkan kakinya ke masjid
    Sambil mengingat namaku

    Di matanya terpancar masa depan
    Di dadanya berdegup harapan
    Lalu di antara dua khutbah dia berdoa'a
    Untuk kebaikan kita berdua

    Demikianlah cara dia mencintaiku
    Adakah yang lebih romantis
    dari laki-laki semacam itu? :)


    Rentang Tunggu, 11 Desember 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Mungkin ini cara yang aneh untuk mengatakan cinta: aku suka jam yang kau berikan untukku. Karena setiap kali aku memakainya aku tahu ada kau yang mencintaiku. Jadilah dia temanku, menemaniku dalam rentang tunggu, seperti katamu. Meski dibatasi dimensi ruang dan waktu, cintamu ada setiap saat, begitu dekat. Aku bisa merasakannya.


    Rentang Tunggu, 11 Desember 2015
    Azifah Najwa

    ciyee yang katanya kangen :p
    padahal aku juga ._.


    Continue Reading

    Entah mengapa selalu ada kekuatan magis yang seolah-olah hadir setiap kali kata "Generasi Soedirman, Putra-Putri Jenderal Soedirman" digelorakan. Entah pada setiap kompetisi karya ilmiah yang saya ikuti, atau pun malam ini saat debat capres-cawapres BEM Unsoed. Seketika seolah merasakan lagi saat berdiri di depan para finalis dari berbagai universitas se-Indonesia, mengenakan almamater kebanggan, mengepalkan tangan sembari menggelorakan "Kami, putra-putri Jenderal Soedirman.."

    Malam ini harusnya saya menyelesaikan laporan teknologi pengolahan buah sayur yang harus dikumpulkan besok, tapi saya masih asyik dengan setumpuk jurnal tentang mikroenkapsulasi, nanoteknologi. Masih tentang bakteri bifidium. Juga masih tentang selai stroberi. Masih sebatas konsep. Belum ada draft yang diajukan untuk bimbingan. Masih tentang PUFA dan MUFA. Dan yang jelas akan selalu tentang diabetik.

    "Nabila, sekali-kali ambil kanker atau tumor," Bu Hidayah sering menawarkan setiap kali bimbingan. Tapi entah mengapa saya masih asyik dengan penyakit degeneratif ini. Mungkin bukan tentang penyakitnya, Tentang orang yang menderita ini. Tentang orang tua yang harus kehilangan anaknya. Tentang adik yang harus kehilangan kakaknya. Karena mereka. Ah, tidak boleh nangis lagi, Bil.

    Ah betapa inginnya saya menjadi peneliti, menjadi ilmuwan, oleh karena itu saya belajar politik. Karena saya tahu, politik mempunyai andil besar pada setiap pengambilan keputusan kebijakan. Jika ada yang menanyakan mengapa saya tidak fokus saja terus-terusan di keilmiahan, maka jawaban saya, "Agar tidak ada Pak Warsito-Pak Warsito lain yang tidak diakui di rumahnya sendiri"

    Masih tentang peneliti. Dan selalu tentang peneliti.


    Purwokerto, 10 Desember 2015
    Prof. Nabila Faradina Iskandar

    Ini do'a :D
    Continue Reading


    Beradasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah (bupati, walikota, dan gubernur) dipilih langsung oleh rakyat. Sebelumnya kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemilihan kepala daerah oleh DPRD ternyata membawa kekecewaan masyarakat. Karena, pertama, politik oligarki yang dilakukan DPRD dalam memilih kepala daerah, di mana kepentingan partai, bahkan kepentingan segelintir elite partai, kerap memanipulasi kepentingan masyarakat luas. Kedua, mekanisme pemilihan kepala daerah cenderung menciptakan ketergantungan kepala daerah terhadap DPRD. Dampaknya, kepala-kepala daerah lebih bertanggungjawab kepada DPRD daripada kepada masyarakat. Dampak lebih lanjutnya adalah kolusi dan money politics, khususnya pada proses pemilihan kepala daerah, antara calon dengan anggota DPRD.

    Kondisi ini yang setidaknya medasari adanya pilkada secara langsung yang mulai diadakan pada 2005 lalu. Dengan pemilihan kepala daerah secara langsung, rakyat berpartisipasi langsung menentukan pemimpin daerah. Melalui pemilihan secara langsung, kepala daerah harus bertanggungjawab langsung kepada rakyat. Pilkada langsung lebih accountable, karena rakyat tidak harus ‘menitipkan’ suara melalui DPRD tetapi dapat menentukan pilihan berdasarkan kriteria yang jelas dan transparan.

    Salah satu daerah yang akan melaksankan pilkada di tahun 2015 ini adalah kabupaten Kebumen. Kabupaten Kebumen secara administratif terdiri dari 26 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 128.111,50 hektar atau 1.281,115 km², dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan perbukitan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah.  Kabupaten Kebumen mempunyai daya tarik tersendiri bagi partai politik dan calon anggota dewan karena jumlah penduduknya yang cukup padat. Berdasarkan data KPUD (2015)  Jumlah DPT Pilbup Kebumen 2015 ialah 460 desa, 2.385 TPS, 541.450 laki-laki, 535.146 perempuan dan jumlah total 1.076.596.

    Tidak majunya bupati sebelumnya, Buyar Winarso dalam pilkada Kabupaten Kebumen membuat peta persaingan antar kandidat terlihat seimbang dalam perspektif positioning image bagi para pemilih. Pilkada yang akan dilaksanakan 9 Desember mendatang diikuti oleh 3 (tiga) pasang kandidat bupati dan wakil bupati, pasangan pertama: Bambang Widodo-Sunarto yang diusung PDIP-HANURA), pasangan kedua: Khayub Mohammad Lutfi-Akhmad Bahrun yang didukung oleh PKS, NASDEM dan GOLKAR, pasangan ketiga: M Yahya Fuad-KH Yazid Mahfudzyang diusung oleh PAN, GERINDRA, DEMOKRAT, PKB. Tingkat positioning tiap calon yang relatif sama (sebagai pendatang baru), mendorong para tim peramu strategi pemasaran politik tiap kandidat untuk merancangstrategi pemasaran yang efektifguna memenangkan persaingan di arena pilkada Kebumen.

    Salah satu kejutan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2015 Kebumen yang akan digelar 9 Desember 2015 nanti adalah munculnya pasangan calon (paslon) yang merepresentasikan NU dan Muhammadiyah, dua ormas Islam terbesar baik dalam skala nasional maupun skala lokal Kebumen. Mohammad Yahya Fuad, pengusaha yang merupakan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gombong diusung menjadi calon bupati berpasangan dengan calon wakil bupati KH Yazid Mahfudz, Pengasuh Pesantren Al Huda dan sekaligus pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kebumen. Paslon ini diusung koalisi Gerindra-PKB-PAN-Demokrat dan didukung juga oleh PPP.

    Daya tarik paslon yang mendapatkan nomor urut 2 ini bukan hanya latar belakang paslon saja, melainkan juga dilihat dari partai pengusung dan pendukungnya yang merupakan gabungan partai berbasis massa Islam (PKB, PAN dan PPP) dan partai nasionalis (Partai Gerindra dan Partai Demokrat). Meskipun dukungan PPP yang di tingkat DPP masih terpecah menjadi dua kubu tidak utuh, tapi dengan jumlah kursi DPRD paling sedikit dibanding partai pengusungnya, ketidak-utuhan PPP bukan persoalan yang serius bagi paslon ini. Partai berbasis massa Islam yang bergabung juga menarik. Tercatat hanya PKS, partai Islam yang memiliki kursi DPRD yang tidak ikut bergabung, karena sudah berkoalisi dengan Partai Nasdem dan Partai Golkar mengusung paslon Khayub M. Lutfi-Akhmad Bakhrun yang mendapat nomor urut 1.

    Berkoalisinya PAN dan PKB merupakan sesuatu yang baru. Secara nasional dalam Pilpres 2014 yang aroma pertarungannya masih terasa sampai sekarang, PAN dan PKB berbeda kubu. Semula muncul kecenderungan perseteruan Koalisi Merah Putih (KMP) tempat bergabungnya PAN dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) tempat bergabungnya PKB, hendak dilembagakan sampai daerah. Meskipun kemudian ternyata tidak, bahkan PAN sekarang berubah haluan menjadi partai pendukung pemerintah. Bukan hanya PAN dan PKB yang selama ini belum pernah berkoalisi di Kebumen, di tingkat grass root NU dan Muhammadiyah masih agak susah untuk akur. Sehingga kalau momentum pilkada bisa membuat akur pendukung kedua ormas Islam tersebut tentu akan mempengaruhi posisi umat Islam dalam percaturan politik di Kebumen.

    Arus Berlawanan

    Meski tak ada partai yang dapat mengusung paslon sendiri, PDIP dengan percaya diri membuka pendaftaran bakal calon bupati dan wakil bupati pada 10 s.d 20 Januari 2015 silam. Padahal ketika itu masih belum ada kejelasan pilkada dilakukan secara langsung atau dipilih DPRD. “Keangkuhan” partai pemenang Pemilu 2014 ini seperti memicu harga diri politisi partai lainnya. Puncaknya pada 27 April 2015 dideklarasikanlah Koalisi Kebumen Beriman (KKB) yang beranggotakan Partai Gerindra, PAN, PKB, Partai Golkar, Partai Nasdem,  PPP dan PKS. Dengan hanya menyisakan Partai Demokrat dan Partai Hanura, jelas situasi ini mengancam posisi PDIP yang tampaknya tak bergeming untuk melanjutkan proses penentuan paslon yang akan diusungnya.

    Dalam KKB ini, rupanya ada dua arus yang berlawanan. Di satu sisi ada Khayub M Lutfi yang dari awal memang sudah mendeklarasikan diri untuk maju dalam pilkada, sehingga meski tidak yakin akan mendapat rekomendasi dari DPP PDIP tetap ikut mendaftar sebagai bakal calon bupati, sambil terus menggalang dukungan partai-partai lain. Di sisi lain, wacana koalisi kultural “NU-Muhammadiyah” bergulir baik melalui media sosial (medsos) maupun di lingkungan elite politik Kebumen.

    Karena tidak ada titik temu, akhirnya KKB pun terpecah menjadi dua koalisi berbeda karena mengusung dua paslon yang berbeda. Partai Nasdem, Partai Golkar dan PKS mengusung Khayub-Bahrun, sedangkan Partai Gerindra, PKB, PAN, PPP ditambah Partai Demokrat mengusung Fuad-Yazid. Sementara PDIP yang memberikan rekomendasi kepada paslon Bambang Widodo-Sunarto, hanya “kebagian” Partai Hanura untuk menjadi mitra koalisinya.

    Militansi Politik

    Seiring kembali ditetapkannya pilkada langsung, tidak jadi melalui DPRD, majunya tiga paslon dalam pilkada Kebumen menjanjikan kompetisi yang menarik, karena jumlah partai pengusung dan kursi DPRD yang dimiliki tak selalu berbanding lurus dengan raihan suara dalam pilkada. Semangat elite NU dan Muhammadiyah untuk membangun koalisi kultural yang didukung koalisi partai pengusung paslon Fuad-Yazid diuji dengan keberadaan paslon Khayub-Bakhrun yang juga didukung sebagian pengurus dan massa NU.

    Kegagalan KKB mengusung satu paslon saja menggagalkan pertarungan politisi dari kaum santri yang didukung nasionalis berhadapan secara head to head dengan politisi dari kaum abangan sebagai representasi koalisi PDIP dan Partai Hanura. Kemenangan yang tadinya seperti sudah hadir di depan mata untuk sementara sirna. Sebab bukan tidak mungkin paslon nomor 3 Bambang-Sunarto yang diusung PDIP dan Partai Hanura bisa mengambil keuntungan politik dari situasi ini. Di sinilah militansi politik kaum santri diuji di Kebumen.

    Repotnya belum apa-apa perang jargon antara paslon nomor 1 dan nomor 2 sudah terjadi di tingkat grass root. Pendukung paslon nomor 1 melempar jargon, “Masa NU kok mau dipimpin Muhammadiyah?” Masa NU pendukung paslon nomor 2 yang semula sedikit terpojok dengan jargon tersebut, akhirnya balik memunculkan jargon balasan, “Daripada NU dipimpin PKS?”

    Di tingkat masa NU fanatik memang masih agak susah untuk membangun interaksi positif dengan Muhammadiyah dan PKS. Padahal pembeda sebenarnya adalah praktek dan pemahaman ajaran Islam yang masih bersifat khilafiyah, bukan dalam persoalan yang pokok serta tidak ada kaitannya dengan manajemen pemerintahan daerah. Namun karena kepentingan politis sesuatu yang tidak berhubungan bisa dianggap sangat berpengaruh.

    Semestinya kalau pendukung paslon nomor 1 dan nomor 2 sama-sama hendak merepresentasikan politik kaum santri, baik NU, Muhammadiyah maupun PKS, tidak perlu saling menyerang.Justru sebaliknya memperluas pengaruhnya ke kalangan non santri (untuk menyebut kalangan yang tidak mau disebut abangan tapi juga segan kalau mendapat sebutan santri), termasuk dalam hal ini kelompok minoritas non muslim dan tionghoa agar mereka nyaman dan bisa menerima peran kaum santri dalam menjalankan roda Pemerintah Kabupaten Kebumen.

    Karena itu momentum Pilkada 2015 bisa digunakan untuk menakar sejauh mana militansi kaum santri di Kebumen, ketika upaya persatuan umat secara formal sebenarnya sudah diwujudkan namun belum membawa hasil maksimal. Apakah masih ada pikiran di kalangan sesama kaum santri ketika berkompetisi, lebih baik sama-sama gagal daripada kaum santri kelompok lain yang berhasil, atau masing-masing kelompok segera tahu diri sehingga sama-sama melakukan ekspansi politik kepada kalangan non santri. Jika kemungkinan pertama yang terjadi, jelas paslon nomor 3 yang diuntungkan dan bisa menghemat energi. Tapi ketika alternatif kedua yang berjalan, paslon nomor 3 bakal kewalahan, karena seperti dikeroyok pendukung paslon nomor 1 dan nomor 2. Tidak kurang sebulan sebelum hari H pemilihan, berbagai kemungkinan masih bisa terjadi, termasuk relevan tidaknya memilah kelompok santri dan non santri atau abangan dalam percaturan politik lokal Kebumen.







    Sumber:
    http://kpu.kebumenkab.go.id/
    http://www.radarbanyumas.co.id/parpol-di-kebumen-bentuk-2-kubu-koalisi/
    Koran Kebumen Ekspress
    Jurnal Poelitik Vol. 1 No. 1 2008. Lili Romli.


    Sebagai salah satu syarat mengikuti DM2 Sleman
    Continue Reading


    Lahirnya perempuan adalah wadah-wadah pemimpin besar dunia. Dari rahim yang akidahnya baik, iman yang teguh, dan selalu terwarnai cahaya Al-Qur'an terbentuklah DNA yang baik. Maka keturunannya juga baik. 

    "Berbuat baiklah kepada anakmu sebelum anakmu lahir, Bil"
    -Mba Hera-


    Rentang Tunggu, 5 Desember 2015
    Azifah Najwa

    Aku mendidik diriku sendiri karena aku ingin mendidikmu jauh sebelum engkau dilahirkan :)
    Continue Reading
    Kadang kita merasa orang lain lebih mengerti perasaan kita dibanding orang terdekat kita.

    Kita pikir, mereka lebih mau mendengarkan keluh kesah dan kesedihan kita dibanding orang terdekat kita

    Di situ mungkin engkau lupa satu hal: teman-temanmu hanya bisa menjadi pendengar yg mengikuti segala cerita tentang masalah dan kesedihan dalam hidupmu..

    Sementara orang terdekatmu, hidup bersama segala masalah dan kesedihan itu,
    menemanimu menjalani cerita demi cerita dengan segala apa pun resikonya

    And the best place ever is your shoulder :D

    Yeah, the best place ever, to sleep, to cry, to lap ingus too, loh :p


    Rentang Tunggu, 4 Desember 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Aku khawatir, jika agamaku bukan menjadi alasan kau memilihku. Dan lebih khawatir lagi jika alasanmu memilihku bukan karena agamaku.


    Rentang Tunggu, 1 Desember 2015
    Azifah Najwa

    Aku maunya dikirim mawar aslinya, bukan dikirim gambarnya _(._.)_
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ►  2021 (10)
      • ►  November (1)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ▼  2015 (309)
      • ▼  Desember (10)
        • Pertemuan Takdir
        • 1.14 a.m.
        • My Lovely Daddy
        • Jum'at
        • Rentang Tunggu
        • Prof. Diabetik
        • Menakar Militansi Kaum Santri pada Pilkada Kebumen...
        • Menjadi Ibu
        • Just Now
        • Mawar
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • SMANSA dan Sebuah Warisan
      SMANSA adalah satu dari 2 sekolah di mana saat aku diterima di dalamnya aku menangis. Iya, aku menangis, tentu bukan karena diterima di...
    • Jurnal 365
      Seperti gambar, tulisan adalah kapsul waktu, yang dapat membawa kita kembali mengenang. Mulai dari yang sangat ingin dikenang, hingga yan...
    • Drama
      Aku mengembangkan senyum terbaikku. Mencoba menikmati setiap waktu yang berjalan kala itu. Mencoba berdamai dengan kenyataan yang tidak s...
    • Berunding dengan Waktu
      Ketika waktu mempermainkan rindu, bersabarlah jangan menyerah. Bukankah hubungan jarak jauh memang seperti itu? Tidak ada lagi malam-ma...
    • Berjalan
        Kapan pun perjalanan membuatmu ragu, berhentilah sejenak, menepilah saja. Karena tak ada yang salah dengan memulai lagi segalanya. Mungkin...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top