Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home

    Lelah adalah ketika kita terpaksa bertahan dengan karakter curian. PKL ke-23. Jika sejak awal minggu ini ditanya apa suka-dukanya, maka jawabku hanya diam. Bukankah lebih baik diam daripada menyakiti hati orang? Mau berapa kali pun ditanyakan, jawabku hanya satu, tidak ada kesan. Mungkin PKL ini tak ubahnya aktivitas kuliah biasa, yang aku jalani hanya untuk memenuhi syarat studiku, hanya untuk menjawab rasa penasaranku akan gandun, hanya untuk menjelasakan ke otakku bagaimana produksi tepung.

    Terdengar sangat kejam ya? Ah maaf sudah terlalu banyak hal yang aku sembunyikan, yang aku pura-pura bahagiakan. Maka saat jadwal pulang tiba yang aku inginkan hanya satu, segera meninggalkan ibu kota. Capek loh satu bulan ini harus bertahan dengan karakter curian. Sudah mencuri, yang dicuri karakter pula. Jadi, dengan apa yang tampak dariku jangan pernah kalian percaya sepenuhnya.

    Tapi agaknya aku memang sudah belajar ini sejak dulu. Sejak aku pura-pura berdamai dengan waktu ibu yang teramat sempit untukku. Sejak aku memilih menulis dan melukis untuk mengatakan semuanya. Sejak akhirnya aku memutuskan berdamai dengan kehidupanku, lalu melanjutkan hidup ala kadarnya. Iya, ala kadarnya.

    Selepas isya tadi adekku telpon, menceritakan segal hal tentang studinya, mungkin lebih tepatnya aku paksa menceritakannya. Benar kan dia ceritakan semua yang dikhawatirkan, yang dia takutkan dari makhluk tak berwujud bernama SNMPTN. Maka yang aku lakukan hanya memberikan dia keyakinan, melangkah saja tanpa banyak bicara, tanpa perlu mendengarkan nasihat, hanya perlu diyakinkan oleh-Nya. Sengaja aku menyuruhnya itu, karena pernah gagal karena tak mengamalkannya. Tentu aku berani menyuruhmu, tidak harus kau memintanya. Boleh aku bertanya? Bagaimana rasanya punya kakak?

    Ah maaf, aku tak sengaja menangis. Saat menuliskan ini apalagi yang aku ingat selain masa 3 tahun silam.  Kalian pasti tidak percaya bahwa untuk banyak kesempatan aku masih seorang seniman, yang hidup dari rentetan kata. Yang mengungkapkan kejujuran lewat seninya. Seperti kisahku dengan dunia lukis yang berakhir tragis, kisahku dengan dunia sastra juga berakhir sama saja, sama tragisnya. Jadi maafkan, kalau mengingatnya aku jadi menangis.

    Aku lelah bertahan dengan karakter curian ini. Yang dulu pernah mengenalku, coba ceritakan bagaimana aku dulu. Sebelum semuanya membuatku pandai pura-pura baik-baik saja.


    Jakarta, 26 Februari 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Aku tengah merenungi sesuatu tentang diriku sendiri. Tentang kehidupan yang sedang aku jalani. Tentang kuliah yang sedang aku jalani. Aku sedang berada diantara mahasiswa di beberapa perguruan tinggi, bersama mereka hampir 25 hari, berbagi cerita, pengalaman, tentulah ilmu.

    Kemudian ingatanku melesat jauh ke 2017, insya Allah aku wisuda, dan memang harus wisuda di tahun itu. Melihat mereka aku kemudian berpikir, apa yang membuatku berbeda di antara mereka? Apa yang bisa aku unggulkan dari mereka atau dari ribuan mahasiswa yang akan lulus bersamaku, atau lebih dulu dariku. Apa “nilai lebih” yang aku miliki dibandingkan dengan ribuan mahasiswa yang lain? Apa yang membuatku merasa menjadi lebih berharga dan aku merasa layak untuk mendapatkan peluang-peluang terbaik selepas lulus itu?

    Di ujung semester yang tak lagi muda, di mana penelitian dan skripsi mulai menghantui, aku mulai menyesalkan banyak hal. Tentang begitu banyak peran yang banyak sekali aku lewatkan.

    Penghafal Qur'an jumlahnya tidak banyak, kenapa aku tidak menjadi salah satu diantara mereka?

    Di saat orang lain yang sebaya denganku telah melesat begitu jauh. Aku baru menyadari ternyata aku tidak pernah menjadi apa-apa. Aku tidak bisa menjelaskan apa yang telah aku ciptakan demi kebaikan banyak hal di sekililingku.

    Dalam 24 jam yang sama. Ada orang yang bisa menyelesaikan urusannya sendiri dan urusan banyak orang, ada yang bisa menyelesaikan urusannya sendiri dan keluarganya, ada yang hanya bisa menyelesaikan urusannya sendiri, dan yang paling menyedihkan adalah orang yang bahkan menyelesaikan urusanya sendiri pun tidak bisa. Itu dalam 24 jam yang sama.


    Jakarta, 26 Februari 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Jika cinta bagimu sebatas mengupayakan pertemuan, memanjakan rindu-rindu yang tak pernah sudah, tanpa peduli pada banyak do'a yang diam-diam dipanjatkan, tanpa usaha saling meyakinkan, boleh aku berhenti dari cerita ini?


    Jakarta, 20 Februari 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Kita ada diantara hening, aku enggan memecahnya karena teramat tau kau tak berniat memecahnya lebih dulu. Aku enggan menjadi bunyi pertama. Lalu aku dan kau membiarkan hening menguasai kita.


    Dandelion, 19 Februari 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Hidup adalah tentang pilihan, tentang membentukmu menjadi apa dengan apa-apa yang kau pilih. Tentang seperti apa kau ingin dikenali, tentang dengan siapa kau ingin menuju Rabbmu.

    Kata mereka, memilihlah dengan baik, pilihlah yang terbaik. Yang membuatmu selamat dan bahagia tidak hanya di dunia, tapi juga menuju Rabbmu. Kata mereka lagi, pilihlah yang benar-benar bisa menjadi imam yang baik, dengan segala kepatuhannya pada Tuhan, dengan segala cintanya pada ibu dan ayahnya.

    Bukankah yang terbaik menurut manusia, tak selalu paling baik menurut Rabbmu? manusia selalu saja bebal dengan menentukan ukuran standarnya sendiri. Sungguh, manusia tak pernah tau apa yang ada dalam hati, tak pernah tau seperti apa kehidupan di depan, seperti apa bentuk cinta terbaik pun, manusia tak pernah mengerti. 

    Bagaimana bila pilihanku jatuh padamu? 

    Aku tak tau apa kau yang terbaik atau bukan, karena aku juga tak tau apa aku ini baik atau tidak. Tapi aku yakin, Tuhan akan menyatukan orang yang pantas bersatu.

    Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?

    Kita sama-sama menjadi yang terbaik saja di hadapan Tuhan, berdoa menunggu disatukan.

    Bagaimana? kau setuju, kan?



    Rentang Tunggu, 19 Februari 2016
    Azifah Najwa

    -masih- menunggu, menunggu selesai PKL, menunggu yang lain sholat, menunggu kakiku sembuh pasca kecelakaan kemarin 
    Continue Reading
    Ini sudah tahun kesekian ketika aku memutuskan menghilang dari kehidupan seseorang, lenyap dari segala tentang hidupnya, sembunyi dari segala hal tentang dia, menghindar dari jalan penuh cerita, aku benar-benar memutuskan menghilang.

    Asal kau tau saja, tak ada yang mudah megawali semuanya. Menghilang bukanlah keahlianku ketika setiap detik aku selalu berada tak jauh darimu.

    Ini sudah hari kesekian aku setelah aku memutuskan menghilang, tak ada saling mencari, semuanya berjalan seperti biasa, bahkan aku terbiasa bahkan pandai sekali menghilang.

    Pada akhirnya, cara inilah yang aku ambil untuk menyelamatkan kita. Tidak. Cara inilah yang aku ambil untuk menyelamatkan diriku sendiri. Menghilang dan menghindar agar tak lagi terasa sakitnya, beginilah aku memulai berdamai dengan kisah hidup seseorang.

    Suatu hari nanti ketika aku telah lupa perihnya, akan aku datangi semua tempat penuh cerita tentangmu dan ku ceritakan segala kisahnya pada seseorang. Akan ku ceritakan padanya tentangmu, lalu aku akan berterimakasih padamu karena membuatku menemukan dia.

    Maka, tunggulah sampai hari itu tiba. Selamat berdamai :)


    Jakarta, 17 Februari 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    H-4 closing OPREC BEM Kema Faperta, ayo yang belum daftar segera daftar! 
    di faperta.bem.unsoed.ac.id yak :)

    Ah iya, tentu aku bukan akan publikasi oprec BEM, hanya saja, publikasi ini baru saja bikin heboh grup. Lupa kalau closing oprec H-4, desain yang aku bikin justru H-5, yang kuingat Adnan hanya meminta desain sejak H-5, tapi aku lupa mintanya sejak kapan, yang ku ingat kapan PKL selesai, kapan tanggal 2 Maret datang. Aku yakin kalian sudah tahu jawabannya, yap, apalagi jawabannya kalau bukan aku sudah tidak b e t a h! :'(


    Sebenarnya bukan PKLnya yang membuat aku ingin segera meninggalkan Jakarta, tapi perjalanannya. Tahu kan bagaimana macetnya Jakarta? Ya itu lah, sehari dua kali, harus terjebak diantara truk-truk tronton yang denganku saja rodanya tingginya sama, hiks. Lebih lagi tempatku PKL di kawasan Tanjung Priok, di kawasan industri. Ada sedih yang menghantam hati saat pagi datang, selepas Jakarta masuk waktu dhuha harus segera berangkat ke pabrik, seharian menghabiskan waktu di pabrik, berkawan akrab dengan mesin secreen, cleaning, dan milling, berkawan akrab dengan ruangan dengan bunyi 90-110 dB, di mana telinga manusia maksimal mendengar dalam 80 dB, tentulah ear plug tidak boleh lepas dari telinga. Menguji apa saja hingga sore menjelang. Lalu pulang, berkawan akrab dengan bisingnya klakson tronton-tronton tadi. Setibanya di rumah apa lagi yang ingin dilakukan kalau bukan meluruskan kaki. Setiap mill (tempat penggilingan) terdapat 9 lantai, setiap lantainya jumlah anak tangganya bisa 2X lipat anak tangga gedung-gedung biasa, saat aku tahu berat badanku ternyata turun, maka ini bisa jadi penyebabnya, bisa jadi ya, bisa jadi yang lain. 

    Tapi entahlah, saat-saat seperti ini aku justru bisa menikmati waktu-waktu dengan Al-Qur'an dengan lebih nikmat. Saat meluangkan waktu untuk tilawah, maka satu juz harus aku selesaikan dalam saat itu juga, saat meluangkan waktu untuk menghafal atau muroja'ah harus aku puaskan saat itu juga. Saat SMA dulu murobbiahku pernah berpesan "Luangkan waktu untuk Al Qur'an, maka Allah akan meluangkan waktumu". Dan aku merasakannya. Sebelum tidur, aku ingin membagi kisah ini, semoga bisa diambil hikmahnya, karena berinteraksi dengan Al Qur'an bukan tentang mengisi waktu luang, tapi meluangkan waktu :)



    Jakarta, 16 Februari 2016
    Azifah Najwa

    PKL Day-14, ulala~
    Continue Reading
    Ah, barangkali aku memang bukan kekasih yang baik. Sebagaimana cerita kita yang tak selalu berjalan baik. Kadang jiwa kita tenang tentram, tidak jarang kita menjalani malam-malam yang penuh kekhawatiran. Kadang kita bisa menceritakan apa saja yang kita lakukan seharian, kadang kita hanya saling sapa saat dini hari menjelang, lalu pagi datang dan kebiasaan itu berulang.

    Kita juga bukan sepasang kekasih yang selalu bisa menghabiskan waktu karena punya hobby yang sama. Kadang kita juga menjadi sepasang kekasih yang saling membenci. Aku begitu membenci sikapmu yang selalu membuatku agar merasa baik-baik saja. Dan kau, barangkali begitu mengutuk sikap kekanak-kanakanku lengkap dengan manjanya dan tidak pernah ingin jauh darimu.

    Kau menemaniku sehingga aku tak sendirian.

    Terima kasih.

    Darimu, aku belajar kesabaran
    —keteguhan hati yang tak terperikan.


    Bersamamu, aku belajar mencintai.


    Jakarta, 13 Februari 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Wheat silo dari lt. 8 mill MNO
    Maaf Pak deputi, tangan saya khilaf ambil foto


    Pada dirimu sendiri jangan pernah berhenti memperbaikinya, karena dengan memperbaiki dirimu hari ini kau juga telah memperbaiki keturunanmu esok hari dengan memiliki orangtua sepertimu. Jangan pernah pula merasa kau telah lebih baik dari yang lain, karena darisana sejatinya kau telah menjatuhkan dirimu sendiri pada penyakit hati yang entah kapan kau bisa sembuhkan.

    Pada doa-doamu sehabis solat lima waktu, jangan pernah berhenti memohon pada Rabbmu untuk selalu membuat kau teguh pada cara-cara yang ditunjukkan Rabbmu untuk menantikan dia, karena kau tak pernah tau apa yang akan Tuhan hadiahkan padamu akan kesabaranmu.

    Pada sujud-sujud panjangmu di sepertiga malam, jangan pernah berhenti meyakini bahwa Rabbmu memperhatikan kesungguhanmu mendekat pada-Nya. Karena Rabbmu akan mendekatkanmu pada orang yang juga mendekat pada-Nya.

    Pada setiap hari yang kau lalui, teruslah bertumbuh menjadi sebaik-baiknya hadiah dan jawaban dari doa orang-orang didekatmu.

    Dari aku,
    Yang mencintaimu

    :)


    Jakarta, 11 Februari 2016
    Azifah Najwa

    Aku rindu, kau tahu? :'(
    Continue Reading

    Hari di mana kita belum saling mengenal. Jauh sebelum hari itu. Sebelum mengenalnya. Ia yang dulu sering kau sebut-sebut dalam tulisanmu. Bahwa sebelum hari itu, ia bukanlah siapa-siapa.

    Bukankah begitu? 

    Ia yang kau anggap istimewa itu sebelumnya adalah orang asing bagimu. Mungkin sesekali kalian pernah bertemu. Entah di mana, entah kapan. Jauh sebelum engkau saling kenal. Lalu, bagaimana harimu saat itu? Tanpanya kau tetap ceria bukan? Tak ada dirinya kau bisa tertawa. Bahkan ada suatu masa di mana ketika dekat dengannya, kau merasa tak nyaman.

    Kemudian, saat ia memilih pergi, apa yang masih istimewa darinya?

    Iya, dia kembali menjadi orang asing seperti saat kami belum saling kenal. Ah, tapi sayangnya otak kita tidak dirancang demikian. Otak manusia tidak dirancang untuk melupakan kenangan.




    Maka, saat hari ini tiba. Aku ingin mengajakmu memahami ini. Memahami bahwa otak manusia tidak dirancang untuk melupakan kenangan. Tapi, kita masih bisa memilih kenangan mana yang akan dikenang.

    Kau lebih bijak aku rasa, berhentilah mengajak kami untuk mengenangnya. Masing-masing otak kami tengah memilih kenangannya masing-masing. Kenangan dengan orang baru, yang dulu sama asingnya. 

    Kisah sebenarnya kita adalah teman satu kelas. Hanya itu. :)

    Kuharap kau membacanya


    Jakarta, 8 Februari 2016
    Azifah Najwa



    Yg duduk satu bangku disebelahku :)
    Continue Reading
    Ini adalah hari kesekian saat aku memutuskan merindukanmu. Asal kau tau saja, tak mudah rasanya mengawali hari dengan rindu yang entah kapan akan berjumpa dengan pemiliknya.

    Kau baik-baik saja? Kumohon jangan pura-pura baik-baik saja jika untuk membuatku tidak mengkhawatirkanmu. Walau aku tahu, tak ada satu kepura-puraan pun yang kau sembunyikan.

    Aku tidak pernah bisa pura-pura baik saat merindukanmu. Kurasa pura-pura baik-baik saja saat merindukanmu lebih membutuhkan tenaga ketimbang harus pura-pura bahagia. Karena bersamamu, untuk bahagia aku tidak perlu drama pura-pura.


    Dandelion, 7 Februari 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    What is love? Love is when you can't sleeping before prayed Isha, when you can't eat without saying Bismillah first, and when you say Alhamdulillah remembering all that Allah has blessed you with.

    Hamdalah, hamdalah, hamdalah
    Ah Rabb, aku kerap lalai, tapi nikmat yang Kau beri seakan tak ada habisnya :'


    Sedang PKL. Masih 23 hari. Di saat yang lain sudah apdet foto-foto PKL mereka, aku dan yang lain tiba-tiba asing dengan makhluk bernama kamera. Bahkan sinyal hanya kami dapatkan saat jam istirahat. Karena sinyal hanya ada di kantin dan masjid. Selebihnya Bogasari aku rasa lebih mirip gua dibanding pabrik di tengah kota. Masih akan bersahabat karib dengan ear plugs, masker, sepatu lapang, dan helm. Ayo, baru hari kedua. Masih harus berdamai dengan debu dan macetnya Jakrta. Masih harus menahan rindu. Rindu pada Ibu, Bapak, Ulfi, Bela, juga kau. Kau? Iya, kau yang karena usahamu membuatku bahagia, sampai lupa kalau IPKu cumlaude :D

    Selamat menyelesaikan proposalnya :)


    Rawamangun, 2 Februari 2016
    Azifah Najwa

    Masih panjang perjalanan (Kamu, 2016)
    Jangan lupa bersyukur :)

    And the last, love is you :)
    Continue Reading

    Selamat pagi Jakarta :)

    Ambilah jarak, rindu akan tumbuh tanpa pernah kau tanam. Ah iya, aku sangat membenarkan kalimat itu. Baru beberapa hari di Jakrta tapi sudah rindu rumah, sudah rindu Purwokerto. Jakarta keras, apanya? Batunya xD

    Sungguh aku sedang tidak membual, Jakarta memang keras. 

    Pagi ini aku hendak memulai PKL pertamaku di Bogasari, yeay, bahagia? Ku rasa, yang membuat bahagia? Apa ya, ah bukankah bahagia tidak harus selalu punya alasan

    Seperti janji yang harus ditepati, maka seperti itulah tujuan harus diperjuangkan. Iya, aku sedang memperjuangkan menjadi mahasiswa berprestasi. Ingatkan ya kalau tiba-tiba semangatku hilang entah ke mana, niatku tidak sesuai niat awal, atau usaha dan do'aku tidak seimbang. 

    Selamat PeKaeL, aku, kau, dan kalian semua 


    Jakarta, 1 Februari 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ►  2021 (10)
      • ►  November (1)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ▼  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ▼  Februari (13)
        • Karakter Curian
        • Nothing
        • Berhenti
        • Nothing
        • Yang Terbaik
        • Menghilang
        • Random
        • Kita
        • Pada Dirimu
        • Orang Asing
        • Pura-Pura
        • L o v e
        • M A P R E S
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • SMANSA dan Sebuah Warisan
      SMANSA adalah satu dari 2 sekolah di mana saat aku diterima di dalamnya aku menangis. Iya, aku menangis, tentu bukan karena diterima di...
    • Jurnal 365
      Seperti gambar, tulisan adalah kapsul waktu, yang dapat membawa kita kembali mengenang. Mulai dari yang sangat ingin dikenang, hingga yan...
    • Drama
      Aku mengembangkan senyum terbaikku. Mencoba menikmati setiap waktu yang berjalan kala itu. Mencoba berdamai dengan kenyataan yang tidak s...
    • Berunding dengan Waktu
      Ketika waktu mempermainkan rindu, bersabarlah jangan menyerah. Bukankah hubungan jarak jauh memang seperti itu? Tidak ada lagi malam-ma...
    • Berjalan
        Kapan pun perjalanan membuatmu ragu, berhentilah sejenak, menepilah saja. Karena tak ada yang salah dengan memulai lagi segalanya. Mungkin...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top