Kamu
11:52 PM
"Bil,
sibuk?"
"Ngelab,
sini temenin"
"Sendiri?"
"Ya sama siapa lagi."
"Ya sama siapa lagi."
"Di
Lab. TP?"
"Iya,
lantai 2 ya, kalau ga di Lab. Pengolahan di Lab. Manajemen"
Beberapa
menit kemudian sudah di depan pintu. Bawa es krim stroberi.
"Waktu
beli ini uangnya ga kurang kan?," Aku bertanya, khawatir dia melakukan
kesalahan yang sama untuk kali kedua. Kemudian tawa kami pecah. Sambil
menikmati es krim yang ia bawakan dan mengayak tepung rumput laut, aku
bertanya-tanya, apa yang mengantarkannya ke sini?
"Ga
takut, Bil sendiri?"
"Udah
biasa."Dia hanya berdehem. Aku tahu hatinya sedang tidak baik-baik saja.
"Mau
ngajak aku makan di Jogchik?"
"Wkwkwk
emang tempat favorite sih, tapi aku
mau nemenin kamu di lab aja."
"Oke,
ambilin loyang di cabinet dong".
Lalu obrolan kami mulai ngalor-ngidul. Ketawa. Serius. Ketawa lagi. Hingga..
"Bil,
pernah dikecewakan?"
Aku
diam. "Pernah."
"Kamu
dikecewakan kenapa emang?"
"Karena
aku terlalu berharap."
"Lalu?"
"Aku
biarkan saja"
"Sakit?"
"Jelas."
"Lalu?"
"Aku
biarkan saja."
"Bisa?,"
aku hanya berdehem.
“Kamu
gak marah?”
Aku
menatapnya. “Kalau yang kamu tanyakan apa aku marah, aku tidak marah.” Aku mengambil
loyang dari cabinet, “Tapi tidak dengan kecewaku, tidak dengan ingatan bahwa
orang yang paling aku percaya sekalipun bisa mengecewakanku.”
Dia
menatapku yang tengah memindahkan rumput laut ke grinder lamat-lamat. “Kau pernah membayangkan bagaimana melanjutkan
hidup dengan kepercayaan yang tak lagi utuh?” Dia menggeleng. “Aku juga tidak
pernah bisa membayangkan,” jawabku sambil tersenyum. “Aku tidak marah. Tapi
tidak dengan kecewaku, kecewaku tidak selesai hari itu juga. Tapi tidak dengan
ingatan-ingatan itu.” Aku mengehentikannya.
“Lalu
apa yang kamu lakukan setelah itu?”
“Penelitian.”
“
Biilll,” jawabnya sambil cemberut.
“Hahaha,
aku jalani saja hidupku.”
“Begitu
saja? Bagaimana dengan hidupnya?”
Aku
balik menatapnya. Kekecewaan itu jelas tergambar dari gurat wajahnya.
Kekecewaan itu pula yang memberikannya kekuatan menerobos hujan dan
membelikanku es krim. Mengunjungiku di tempat magis di kampus ini,
laboratorium. Hatinya pasti sakit. Kekecewaan itu teramat dalam mengoyak
hatinya. “Sebagian besar masalah di dunia ini selesai dengan penerimaan.” Dia
menatapku dengan serius, menahan air matanya agar tidak tumpah. “Iya, begitu
saja, begitu terus hingga hari demi hari, hingga kecewa itu tidak terasa lagi
sakitnya, hingga harapan itu tidak lagi aku pupuk setiap harinya. Selalunya,
dikecewakan itu sakit.”
Kali
ini air matanya benar-benar tumpah. Diluar hujan turun dengan derasnya. Membuat
tangisnya tak bersuara.
Tadi kamu ke lab? Hari ini aku ga ke lab. Kamu sudah baik-baik saja? Mau beli es krim lagi? :)
Purwokerto, 20 November 2016
Azifah Najwa
0 komentar