S2

9:53 AM


Jika ada do'a yang tak pernah berhenti aku rapalkan, salah satunya pastilah kesempatan melanjutkan S2, dengan beasiswa. Meskipun qodarullah, aku masih harus lagi menyusahkan bapak-ibu. Apakah S2 terasa mudah bagi seorang Nabila? Aku jawab tidak.

Aku harus berkali-kali meyakinkan diri sendiri apakah benar aku S2 karena memang aku dapat memanfaatkan ilmu itu, atau aku hanya ingin lari dari kehidupan yang sedang aku jalani sekarang? Dari pekerjaan yang membuatku acap kali mengeluh. Atau aku hanya ingin membuktikan kepada orang-orang kalau aku bisa S2? Faghfirlii...

Tidak sampai di situ saja, aku masih bertanya-tanya, apakah aku bisa benar-benar menjadi dosen setelah aku S2? Ataukah justru sama saja dengan sekarang? Apakah aku bisa mendapatkan beasiswa? Kuliah seperti apa yang akan aku jalani nanti? Apakah aku harus sambil bekerja part time? Ataukah aku harus full time wirausaha? Apakah nanti jualanku akan laku? Apakah aku bisa membiayai hidupku sendiri? Jika aku tidak bisa mendapatkan beasiswa setidaknya aku tidak menyusahkan orang tuaku dengan membiayai hidupku sendiri. Apakah sebaiknya aku menikah setelah selesai S2? Jika aku menikah saat menjalani S2, apakah harus aku meminta suamiku membiayai kuliahku? Bagaimana jika gajinya hanya cukup untuk hidup sehari-hari. Apakah orang tuaku yang harus membiayainya? Tapi aku sudah bukan lagi kewajiban bagi keduanya....

Sebanyak itu, sebanyak itu pertanyaan yang berkelindan di pikiranku, yang acap kali membuatku lebih suka sendiri, yang acap kali membuatku berkecil hati... Lalu, yang kau lakukan meremehkanku? Ah, bahkan rasanya aku berdiri di kaki sendiri rasanya tak mampu, bagaimana mungkin aku bersandar pada sesuatu yang membuatku lebih rapuh?

Bogor, 23 Januari 2019
Azifah Najwa



You Might Also Like

0 komentar