Hari ini kami bertemu setelah hampir 3 minggu lamanya tidak berjumpa, pun setelah seminggu terakhir aku memilih mengambil jarak darinya. Kenapa? Yaa, namanya juga prempuan, mau bilang rindu harus dibikin masalah dulu~
Lalu obrolan ini kamu buka dengan pertanyaan, "Puasa ya ke rumah?"
Aku berpikir sejenak. Puasa. Oh oke, otaku mencoba mencernanya, kurang lebih 1 minggu lagi, lalu muncullah berderet kenyataan, aku yang masih suka berulah -seperti lima tahun sebelumnya-, dan ia yang selalu dewasa -selama lima tahun lamanya-, aku yang masih memikirkan diriku sendiri, dan ia yang -selalu- rela mengorbankan impian-impiannya.
***
Belum ingin menikah. Tidak terlalu yakin dengan kalimat itu, tapi juga tidak sepenuhnya salah. Bisa kau bayangkan, bagaimana saat satu per satu teman terdekatmu menikah -meskipun pada kenyataannya aku tak benar-benar memiliki teman dekat-, bagaimana rasanya ketika orang tuamu mulai menanyakan itu berkali-kali, dan yang kau lakukan hanyalah menghindar, mungkin bagian ini yang paling menyakitkan, lalu bersembunya di balik alasan, menikah bukan lomba lari. Meskipun pernyataan itu benar, sangat benar.
"Tahun ini ya..."
Tahun ini.