Bahasa Cinta

11:33 PM


Jika caraku untuk memberitahunya bahwa aku mencintainya adalah dengan mengatakannya, menulis tentangnya, menyatakan kekagumanku padanya, juga menyampaikan apa yang tidak aku suka, maka caranya lain, yang hingga detik ini aku juga tidak pernah tahu bagaimana cara yang ia lakukan untuk meyakinkanku bahwa ia adalah orang yang aku cari. 

Iya aku tidak tahu, aku tidak tahu apakah bahasa cintanya dengan memberikan waktu terbaiknya, apakah bahasa cintanya dengan mengajakku mengenal dunianya, tahu apa film kesukaannya, tahu apa makanan kesukaannya, apakah bahasa cintanya dengan memastikan aku merasa aman dengannya, merasa nyaman bersamanya, bebas mengekspresikan semuanya.

Ia tak pandai merangkai kalimat cinta, aku tahu. Tak akan mau memberiku bunga. Tidak jua memahami bagaimana penelitian membuatku jatuh cinta.

Karenanya, sejak mengenalnya lima tahun lalu, aku juga tidak berharap ia seperti orang-orang pada umumnya, membawakanku bunga, mengirim pesan cinta, dan sebagainya. Mungkin begitu caranya melatihku agar tidak bergantung padanya, yang pasti itu bukan keahliannya.

Hingga siang tadi, saat lelah benar-benar tiada tertahankan, dan aku yang aku butuhkan hanya tidur sebentar. Tepat sebelum terlelap aku bilang, "Duluan aja, nanti kalau udah setengah jam aku nyusul". Maksudku benar-benar aku baik-baik saja tidur di mushola sendiri, toh aku terbiasa tidur di mushola-mushola stasiun selama ini, belum lagi cuaca yang panas siang tadi, sedangkan aku tahu AC adalah tujuannya ke toko buku ini. Aku tidak masalah ditinggal, aku akan baik-baik saja.

Lalu aku terlelap dengan nyenyaknya, entahlah berapa lama, yang jelas aku tidur sangat nyenyak. Hingga saat mushola mulai sesak aku terbangun, dan terkejut melihatnya menungguku. Iya, aku benar-benar terkejut. 

Ah ternyata selama ini aku abai, begitu banyak bahasa cintanya yang tak pernah aku menyadarinya.


Surakarta, 3 April 2019
Azifah Najwa

You Might Also Like

0 komentar