Menjadi Orang Biasa
9:12 AMDulu aku pernah berpikir, bagaimana rasanya menjadi orang yang disorot, yang sedang dilakukannya orang-orang tahu, yang sedang dicita-citakannya seluruh dunia tau, kehidupan sehari-harinya semua orang tahu. Nampaknya menyenangkan.
Dulu pun aku pernah mengalaminya. Dikenal banyak orang, disetting menjadi tokoh, dan itu sama sekali tidak menyenangkan. Aku tidak punya privasi. Orang-orang harus mendengarkan apa cita-citaku. Aku tidak boleh melakukan kesalahan di depan orang. Aku harus nampak selalu baik. Aku tidak boleh jatuh. Aku akan dipandang kasihan jika aku gagal. Aku kelelahan, menjalani hidup sesuai ekspektasi orang-orang.
Hingga mereka-mereka mulai datang menghakimi, lagi-lagi dengan dalih menasihati. Siapa peduli? Aku tidak boleh punya kehidupan pribadi. "Kamu tidak seharusnya begini," kata mereka satu per satu. Betapa dulu hari-hariku terasa tidak tenang. Disindir di sosial media oleh mereka. Dibalik jilbab-jilbab besar yang mereka kenakan, dibicarakan aib-aibku oleh mereka. Belum lagi jika mereka menyampaikannya kepada orang lain, kepada teman-temanku yang lain.
Dan sekarang, aku menjadi orang yang biasa-biasa saja. Tidak dikenal oleh banyak orang, hanya segelintir orang. Hanya orang-orang yang berkontak dekat denganku, hanya orang-orang yang berkontak erat denganku.
Menyenangkan. Sangat. Aku tidak harus nampak selalu baik, aku bisa menunjukkan kalau aku jatuh, aku sedih, aku kecewa, aku marah. Tanpa harus dihakimi, tanpa harus dilihat dengan belas kasihan.
Yogyakarta, 16 Januari 2021
Azifah Najwa
0 komentar