Menurut Iskandar Alisjahbana definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) mendefinisikan teknologi sebagai metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan. KBBI juga mendefinisikan teknologi sebagai sarana untuk meyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Dari beberapa pengertian di atas tampak bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh teknologi, bahwa teknologi merupakan sebagian atau bahkan keseluruhan cara yang mengarah pada efisiensi dan efektifitas dalam setiap kegiatan atau aktivitas manusia. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari, karena kemajuan teknologi akan terjadi dengan seiring berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Sejatinya setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Sekarang pertanyaannya adalah Bagaimana agar teknologi juga dapat menekan laju kerusakan lingkungan?
Layaknya dua sisi mata uang, walaupun pada mulanya teknologi diciptakan untuk memberikan manfaat positif (kemudahan) bagi kehidupan (aktivitas) manusia, tidak dapat dipungkiri jika ada sisi negatif yang ditimbulkan dari penciptaan teknologi tersebut. Salah satu dampaknya adalah kerusakan lingkungan. Allah berfirman dalam Q.S Ar- Ruum ayat 41; Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akbiat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Ya, kerusakan lingkungan memang menjadi permasalahan pelik yang harus dihadapi dunia dewasa ini. Berbagai upaya telah dilakukan, namun nampaknya semua belum membuahkan hasil yang signifikan. Bahkan secara eksplisit dapat dikatakan bahwa dunia akan hilang, para ilmuwan IPCC memprediksi bahwa pada abad ke-21 akan terjadi peningkatan permukaan laut setinggi 9 – 88 cm (4 - 35 inchi).
Jika ditelaah, semua itu tidak terlepas dari perkembangan teknologi. Contoh yang sederhana, asap buang kendaraan bermotor. Kini, kendaraan bermotor seakan menjadi barang mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia, disadari ataupun tidak oksida belerang yang dihasilkan dari reaksi unsur oksigen dan nitrogen, mempunyai dampak yang buruk bagi lingkungan. Gas-gas yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor tersebut banyak menimbulkan kerugian. Gas karbon mononoksida atau CO misalnya, sifat gas ini yang tidak berbau dan berwarna meyebabkan keberadaan gas ini sulit diidentifikasi. Gas ini bersifat racun, menimbulkan sakit pada mata, dan gangguan saluran pernapasan. Selain itu, jika gas ini masuk ke dalam darah melalui pernapasan, CO akan menghalangi fungsi vital Hemoglobin untuk membawa oksigen bagi tubuh. Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemaran yang berasal dari asap kendaraan bermotor adalah dengan pemasangan pengubah katalitik pada knalpot kendaraan. Sistem kerja pengubah katalitik yang merubah bentuk gas-gas berbahaya seperti CO menjadi karbon dioksida dan uap air agaknya bisa menjadi wacana tersendiri bagi pengguna kendaraan bermotor. Meskipun pengubah katalitik sudah terdapat pada knalpot saat kita membeli motor, namun alangkah eloknya jika kita mengecek keadaan pengubah katalitik pada knalpot kita, apakah masih layak pakai atau sudah usang dan harus diganti, tapi masih ada yang perlu kita perhatikan lagi, timbel atau timah hitam yang dewasa ini masih digunakan sebagai salah satu zat antiketukan dapat meracuni katalis dalam pengubah katalitik.
Hal di atas setidaknya bisa menjadi wacana tersendiri bagi pemerintah untuk memecahkan permasalahan timbel ini, karena selain timbel yang dicampurkan dalam bahan bakar dapat meracuni katalis dalam pengubah katalitik, timbel juga merupakan racun yang dapat merusak otak. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan gejala keracunan timbel, seperti sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah, dan depresi. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap kondisi emosi seseorang yang dapat menyebabkan lebih bersifat emosional, hal ini dapat terlihat dari fenomena yang terjadi di masyarakat, antara lain; tawuran, baik tawurab antar pelajar maupun tawuran antar masyarakat. Selain pemasangan pengubah katalitik, pemerintah juga harus mengadakan pengecekan mesin dan perangkat lainnya terhadap kendaraan-kendaraan bermotor yang beroperasi.
Sselain itu, limbah juga meruapakan salah satu permasalahan pelik yang harus dihadapi dunia dewasa ini. Salah satunya adalah limbah plastik, pasalnya untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. akan Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Jika diaamati, limbah plastik yang dihasilkan dari rumah tangga bisa berkisar 9-10 % dari keseluruhan total limbah rumah tangga. Sifat dari bahan baku plastik yang cukup berbahaya bagi lingkungan juga meyebabkan limbah plastik menjadi perhatian dunia dewasa ini. Oleh karena itu, penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Hal itu menyebabkan jumlah plastik yang beredar dimasyarakat menjadi tak terbatas. Jika kita mengurangi limbah plastik dengan cara menguburnya, maka kita akan merusak tanah. Allah berfirman dalam Q.S Al- A’raaf ayat 58; Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.
Namun, jika kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang beredar dimasyarakat. Bahkan, lebih efektif lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna. Mendaur ulang plastik, ya, di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sebenarnya, jika kita mau menyingkap jendela dunia lebih lebar, kita dapat memodifikasi limbah plastik tersebut menjadi barang bernilai ekonomi tinggi. Tas misalnya, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui beberapa tahap sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, dan pencucian, dilanjutkan dengan menyusun dan menjahit limbah plastik. Dengan ketekunan dan keuletan, kita dapat menghasilkan tas, sandal, atau kerajinan tangan lain yang sederhana namun elegan dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Ada yang lebih seru lagi, yaitu dengan mendaur ulang limbah plastik menjadi plastik kembali. Sebelum di daur ulang menjadi plastik siap pakai, sampah plastik yang beredar di masyarakat dikumpulkan dan dipisahkan berdasarkan jenisnya, dalam hal ini campur tangan menusia adalah suatu hal yang mutlak. Hal ini sangat efektif dan efisien diterapkan di Indonesia. Terlebih untuk negara yang notabene masih negara berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak, pengolahan limbah plastik dengan cara ini dapat mengurangi angka pengangguran, karena dengan cara ini masyarakat dapat membuat kelompok-kelompok yang mengumpulkan sampah, misalnya dengan membentuk kelompok koperasi sampah, yang nantinya masing-masing anggota akan memeperoleh keuntungan secara finanasial, demikian juga dengan masyarakat akan mendapat keuntungan dari penjualan sampah rumah tangganya, dan juga akan tercipta lingkungan yang bersih dari sampah plastik. Ada tiga jenis plastik yang biasa digunakan dan didaur ulang, yang pertama polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), dan poliproprlina (PP). Cara membedakan plastik-plastik ini berdasarkan jenisnya bisa dilihat dari tektur plastik, untuk plastik jenis PE bersifat lentur dan tahan panas, warnanya tidak begitu bening, plastik ini biasanya digunakan untuk membungkus es, untuk plastik jenis PP sendiri mempunyai sifa tidak begitu lentur dan tidak tahan panas, warnanya lebih bening dan mengkilat, dan untuk plastik jenis HDPE, jika diremes-remes akan menimbulkan bunyi ‘kresek-kresek’, plastik jenis ini oleh masyarakat biasa disebut plastik kresek.
Setelah dipisahkan berdasarkan jenisnya, plastik-plastik tersebut melalui proses pencucian, proses pencucian biasanya dilakukan oleh mesin. Setelah itu, plastik dikeringkan, pada proses ini, plastik bisa dikeringkan melalui oven, tapi jika cuaca memungkinkan plastik-plastik ini dapat dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari langsung. Setelah itu, barulah plastik-plastik tersebut masuk ke mesin recycle, mesin ini biasanya dijalankan dengan tenaga listrik. Dalam mesin recycle, plastik-plastik tersebut akan dipanaskan. Pada proses pemanasan ini, suhu untuk masing-masing jenis platik berbeda, untuk plastik jenis PP dibutuhkan suhu berkisar 2000 C, PE 1800 C, dan HD 250-3000 C. Proses pemanasan mengubah bentuk plastik-plastik tersebut menjadi cairan. Setelah dipanaskan, plastik-plastik tadi akan keluar dalam melalui lubang saringan dengan bentuk seperti pilinan memanjang, besar lubang saringan sekitar 80-100 mm, dan barulah masuk ke proses selanjutnya, yaitu pendinginan. Setelah melalui proses ini, plastik yang telah berbentuk seperti kabel tadi dipotong menjadi pelet-pelet dan untuk menjadikan plastik siap pakai, pellet-pellet tadi harus dilebur kembali dengan mesin extruder untuk selajutnya menjadi plastik yang siap digunakan kembali.
Guna mempersiapkan era kesejagadan yang salah satunya ditandai dengan sarat muatan teknologi, kita mau tidak mau harus menguasai teknologi, memahami dan menangani produk-produk teknologi, membuat peralatan-peralatan teknologi sederhana melalui kegiatan merancang dan membuat, dan memahami teknologi dan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang semakin parah hendaknya menjadi renungan tersendiri bagi kita untuk memberbaikinya, minimal kita harus mampu mencegah dampaknya. Dampak yang disebabkan karena pencemaran udara dan limbah plastik agaknya bisa membuat kita bercermin untuk menjaga bumi kita. Allah berfirman dalam Q.S Al- Al- A’raaf ayat 56 Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaiki dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Michale. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1987. Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.