Jarak

11:53 AM

Sekarang mungkin kita bisa tenang atau Pura-pura tenang? Karena sekarang tak ada lagi malam yang kita tunggu untuk sekadar bertegur sapa setelah sibuk seharian.

Selepas ini aku tak perlu lagi menanyakan bagaimana ujianmu hari ini? Sudahkah kau menyiapkan materi untuk ujianmu besok? Bagaimana dengan tugas-tugas kuliahmu?

Aku hanya bisa menatap nanar buku dan jam itu. Inginku menyimpannya di tempat yang aku tak akan bisa menjangkaunya, di atas lemari misal, tapi sayangnya, lemari di kamar ini tinginya hanya sebahuku saja

Masih tertegun di hadapan materi-materi ujian ini, harusnya mereka aku baca, Tapi yang aku lakukan hanyalah memandang hape ini saja, berharap tiba-tiba kau mengirimkan sebuah pesan atau menelpon, ah bagai pungguk merindukan bulan.

Lagi pula apa juga yang akan aku sampaikan jika kau benar-benar menelpon, kemarin saja aku sudah kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan yang kau ajukan, lebih sulit lagi bagaimana menahan agar air mata ini tidak keluar, kau tak akan sampai hati jika tahu aku menangis, benar-benar pengarang ulung aku ini

Bersama jam ini aku mencoba mencari, barangkali masih ada sisa kenangan yang masih bisa aku kenang. Aku hanya diam saja sedang kau terus protes atas keputusan yang aku ambil, menanyakan pertanyaan-pertanyaan retoris itu berulang kali. Sengaja aku tidak berucap, aku lebih suka mendengarkan suaramu, takut saja jika memang itu adalah kali terakhir aku mendengarnya. Kecuali aku yang terus berbohong dan kau yang marah tak ada lagi yang bisa aku abadikan dari moment itu.

Aku suka sekali dengan jam ini, bukan karena kau yang memberikan nya, aku bisa menghargai setiap waktu bersama orang-orang yang aku cintai, terlebih denganmu.


Rentang Tunggu, 21 Desember 2014| Azifah Najwa


--- kutipan cerpen Jarak

You Might Also Like

0 komentar