Birunya Langit Cinta

3:07 PM

Perjalanan memang selalu menawarkan pelajaran, seperti perjalanan kemarin.
Aku masih membuka-buka pesan yang kau kirim semalam, jujur, dan tidak ada yang disembunyikan di setiap katanya. Berbeda sekali dengan aku, tak terhitung berapa kali aku berbohong atas perasaan itu, tak terhitung berapa kali aku membuatmu merasa disia-siakan.

Dan ini cerita tentang ketidakpastian. Juli, tepat enam bulan lalu dari perjalanan ini, cerita ini di mulai, dengan aku sebagai tokoh utamanya. Waktu itu aku masih menjadi bagian dari sebuah ketidakpastian. Dua tahun lebih membiarkan perasaan ini hanyut tercerabut dan toh aku masih menunggunya tanpa peduli bahwa ada tokoh baru yang memintaku menjadi bagian dari antrian ini.

Yang aku tahu ketidakpastian itu menjemukan, mencemaskan, dan penuh dengan kekhawatiran. Bisa kau bayangkan bagaimana carut marutnya perasaanku kala itu? Saat kau datang menawarkan kepastian tapi aku masih asik berkubang dengan ketidakpastian, sulit sekali membuat keputusan. Pun sampai sekarang, aku selalu takut. Inginku, kepastian itu membuat perasaan ini bertahan lebih lama, lebih kuat, dan lebih kokoh, jika dengan ketidakpastian saja aku bisa sekuat itu, dengan kepastian ini aku harus bisa bertahan lebih kokoh lagi. Aku hanya ingin berhati-hati menyikapi hal ini.

Kini kau di sini, hidup bersama manusia yang penuh dengan ketidakpastian. Aku pikir kau bisa dengan mudah membenciku tapi ketulusan itu berkata lain. Inginku bertanya, ketidakpastian memang mencemaskan, lalu bagaimana jika kepastian justru menjemukan?


Rentang Tunggu, 17 Januari 2015| Azifah Najwa

Kutipan cerpen Birunya Langit Cinta

You Might Also Like

0 komentar