Rumah

3:02 PM


Selain mengasingkan diri, tujuanku pulang kali ini juga untuk menikmati waktu-waktu terbaik saat aku masih bisa di rumah. Aku dibesarkan di rumah ini. Setiap bagian rumah ini merekam bagaimana aku tumbuh. Bagaimana aku belajar berjalan. Bagaimana aku menghabiskan waktu bermain di halaman rumah. Bagaimana aku menghabiskan waktu tidur siangku di semua sudut rumah ini. 

Dulu, di tempat yang sekarang jadi ruang makan, ibu meletakkan almari di situ, dan aku buat rumah-rumahan di belakangnya. Dulu, setiap aku pulang sekolah, teras rumah aku jadikan sebagai tempat sekolah-sekolahan, mengajari teman-temanku atau adik kelas, aku bagi mereka menjadi beberapa kelas, dan aku semua yang menjadi gurunya. Dulu, garasi yang sekarang penuh oleh mobil lantainya masih tanah dan aku jadikan kandang kelinci, lalu ibu marah-marah karena bau kotorannya ke mana-mana. Dulu, ruangan yang sekarang jadi dapur kedua adalah gudang yang banyak sekali anak tikusnya, aku dulu sering mengambil paksa mereka dari induknya, lalu aku bungkus dengan kertas kado dan aku bawa ke sekolah. Dulu, kamar yang sekarang aku tempati adalah tempat transit baju-baju sebelum di setrika, aku dan Ulfi sering berlomba-lomba untuk melipat baju sebanyak mungkin setiap hari minggu, tidak ada yang memberi hadiah, tapi kami semangat melakukannya. Dulu, halaman samping rumah yang kini dijadikan bapak untuk menjemur padi dulunya adalah tempatku bermain masak-masakan atau rumah-rumahan dari tanah, Dulu, sebelah kanan rumah, sebelum dibangun TK adalah tanah kosong yang penuh dengan semak belukar, konon banyak kuburan belanda di sana, dan alasanku bermain di sana adalah untuk membuktikannya. Dulu, setiap jam segini halaman depan rumah selalu ramai oleh teman-temanku, kadang kami bermain tali, kadang kasti, kadang sepak bola. Dulu, belasan tahun lalu.


Seharian ini aku mengamati setiap sudut rumah ini. Memutar ulang kejadian-kejadian belasan tahun silam. Rumah ini sangat sepi sekarang. Tak ada lagi anak-anak yang bermain. Tak ada lagi bola-bola berserakan. Tak ada lagi teriakan-teriakan. Jam-jam segini biasanya hanya Bela yang di rumah, seorang diri. Jika tidak tidur, Bela memilih pergi untuk membunuh sepinya. Sebentar lagi, satu per satu penghuninya akan pergi. Menyisakan ibu dan bapak. 


Rumah yang jadi tempat pelarian. Rumah yang jadi tempatku tumbuh besar. Rumah yang juga tak lama lagi akan aku tinggalkan.


Rumah, 18 Oktober 2016
Azifah Najwa

You Might Also Like

0 komentar