Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home

    Benda-benda yang dulu sempat terasingkan, hari ini atau esok bisa jadi sangat berharga. Entah tentang bahagia atau air mata, suka atau duka, setiap orang punya cara sendiri untuk bernostalgia.

    Mereka mungkin tak lagi memiliki nilai jual. Tapi kenangan di dalamnya tak bisa dihitung dengan angka. Semua benda punya nilai yang tak semua orang bisa mengerti.

    Apalagi jika barang itu pemberian orang yang kamu sayangi. Atau barang pertama yang kau beli dengan gaji pertamamu, hadiah lomba pertamamu. Atau barang klasik milik orang tuamu

    Karena kenangan tak bisa diukur dengan nominal
    #pemberian #hadiah🌻


    Kebumen, 31 Desember 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Tulisan ini dibuat pada tanggal 7 Desember 2017, di WiFi id, hujan, dengan seorang teman..



    Mungkin pilihan yang membuatku berpikir berkali-kali adalah apakah aku akan mengambil matakuliah pilihan bakrey atau buah sayur, dan itu terselesaikan dengan pendapatmu, pendapat ibu. Atau mungkin pilihan untuk segera memutuskan bagaimana konsep aksi yang akan dibawakan, mimbar bebas, tanda tangan petisi, atau musikalisasi puisi, dan itu terselesaikan setelah meminta pendapatmu. Atau mungkin pilihan untuk menentukan berapa faktor penelitian yang akan diuji, variabel apa saja yang akan di teliti, dan itu terselasaikan setelah minta pendapat dosen pembinging.

    Kali ini persoalannya lain. Ketika kamu menyerahkan keputusan sepenuhnya padaku, ketika orang tuaku juga demikian. Dan aku, masih mencerna, apa yang sebenarnya membuatku berat hati untuk mengatakan iya padahal ini adalah apa yang aku cari, mendapat pekerjaan. Apakah benar masalah gaji? Mmmm, mungkin. Apakah karena tempatnya tidak aku inginkan? Ataukah aku yang merasa, bahwa aku bisa mendapatkan lebih? Ah, siapa aku, menglasifikasikan diriku seperti itu. Ataukah terlalu banyak dosaku, hingga di hatiku tidak ada rasa syukur? Faghfirlii ya Rabb, faghfirlii...

    Sore itu aku menangis dan merasa Allah berada satu jengkal di sebelahku..

    Besoknya aku pulang, ke rumah, ke Kebumen. Tapi sebelum pulang aku mampir ke tempat kerja ibu, sudah larut padahal, dan di sana aku melihat, bahwa bekerja bukan sesuatu yang mudah. Teman ibu satu per satu menghampiri, bertanya basa-basi,hingga akhirnya salah satu teman ibu ada yang bertanya, perihal tempatku bekerja, aku diam, ibu yang menjawab. Seketika itu juga rasanya ada sesuatu yang menyeruak di dadaku, bahwa ibu bangga. Apa ini petunjukmu ya, Rabb?


    Apa aku sudah yakin dengan keputusan mengambil kesempatan itu? Aku tidak tahu, tapi yang jelas, aku tiba-tiba tidak berat hati memasukkan baju-bajuku ke tas.


    Hingga akhirnya siang itu tiba, sejak seminggu lalu aku tidak pernah lagi membuka email, tidak pernah lagi harap-harap cemas menunggu balasan email perusahaan. Entah apa yang menggerakan hatiku, hingga akhirnya, -sepertinya- jawaban atas segala keraguanku terjawab sudah...




    Kebumen, 8 Desember 2017
    Azifah Najwa





    Continue Reading

    Tidak ada kebersamaan yang lebih menenangkan melebihi
    saat-saat kau bisa menjadi dirimu yang seutuhnya saat bersama seseorang.
    Ia tak harus selalu baik padamu,
    setidaknya ia tak berkeberatan perihal bagaimana kau ingin menjadi



    Purwokerto, 24 Desember 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Jika kelak dia berhenti cemburu,
    Berhenti menanyakan alasan telat pulangmu,
    Berhenti bertanya apa kau mencintainya atau tidak,
    Berhenti merajuk minta diperhatikan,
    Tak lagi bertanya apa pun yang kau lakukan,
    Tak pernah bersedih lagi pada apa kepedulianmu,


    Ada dua kemungkinan

    Hatinya telah layu dan mati
    atau Rabbnya telah memanggilnya,
    membebaskannya dari pedihnya duka diabaikan


    Purwokerto, 23 Desember 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Desember 2017. Penghujung tahun, di mana tidak sedikit mimpi-mimpi dan rencana yang telah disusun harus disusun ulang, tak mengapa, manusia hanya boleh berencana.

    Ada banyak hal terjadi di tahun ini. Menyelesaikan penelitian yang selama ini hanya angan-angan, lulus, publikasi jurnal ilmiah, 'mengubah' arah mata angin, dan juga gagal menikah, hahahaa. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? 

    Ada beberapa pertanyaan sejak keputusan tidak -dulu- melanjutkan sekolah aku ambil, "Kenapa, Bil?","Kamu ga pantes kerja, sekolah aja", "Sayang ih kamu pinter, sekolah lagi aja sih", "Ganggu LPDP ga kerjanya?"

    Terima kasih, sungguh, kepada kalian yang selalu peduli, peduli pada mimpiku. Tapi aku ingin mencari sesuatu yang tidak akan saya dapatkan saat saya sekolah, yang tidak ada kuliahnya, yang tidak dapat di dapat dari membaca buku, pengalaman. Iya, pengalaman tidak ada sekolahnya, seperti yang Bu Ermin sampaikan.

    Apa yang telah saya dapatkan saat saya menjadi juara lomba-lomba pasti akan berbeda dengan saat saya menjadi quality control, apa yang telah saya dapatkan selama proses penelitian yang menguras kesabaran pasti akan sangat berbeda dengan saat saya menjadi seorang profesional. Karenanya saya sampaikan, pengalaman tidak ada sekolahnya.

    Saya ingin sekolah lagi, saya ingin menjadi dosen, yang tidak hanya membagikan ilmu tapi juga pengalaman, karenanya saya tengah mencari sebanyak-banyaknya pengalaman, saya ingin menjadi dosen, bukan karena ingin mendapatkan gaji yang lumayan tapi juga ingin memanfaatkan keilmuan, agar lebih bermanfaat, agar lebih berguna bagi masyarakat. Saya ingin menjadi dosen, hanya karena saya melihat, dosen adalah pekerjaan yang pas, dengan diri saya, juga keinginan untuk tetap dekat dengan anak-anak saya nantinya, menyiapkan bekal sekolahnya, mengajari dan menceritakan banyak hal. Saya ingin menjadi dosen, agar keilmuan saya bisa menjadi penolong untuk saya dan suami saya di akhirat kelak. Sesederhana itu.


    Dan selamanya mimpiku hanya seperti tangan yang menggenggam pasir, selamanya mencukupkanku. Selama itu pula aku bisa mengubah mimpiku kapan saja. Dan selama itu pula kau mengingatkan mimpi-mimpiku, terima kasih sayang...



    Purwokerto, 22 Desember 2017
    Azifah Najwa

    Continue Reading

    Aku menatapnya yang tengah menatap hujan. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Apakah tim bola kesukaannya atau alasan lain untuk sembunyi-sembunyi main pes dariku, aku tak peduli, aku hanya memedulikan masa depannya. Karena di sana aku menitipkan masa depanku padanya. Ah, sebenarnya dia atau memang hanya aku yang aku pikirkan?


    Entah sejak kapan, aku begitu takut berjarak jauh darinya.


    Purwokerto, 21 Desember 2017
    Azifah Najwa



    Continue Reading

    Beberapa tahun setelah ini, aku akan menemukanmu duduk di teras rumah sambil menikmati secangkir kopi. Entah sambil membaca koran atau buku-buku usang yang kau simpan. Atau kau hanya ingin menghabiskan senja dengan helaan nafas lega

    Saat itu, aku akan menghampirimu. Meletakan sepiring pisang coklat kesukaanmu di atas meja lalu menyerahkan album foto kenangan masa dulu. Album yang menjadi penghuni laci kecil dibawah meja televisi kita

    Kita akan menjabarkan lagi setiap cerita dibalik foto usang itu. Tertawa untuk setiap kekonyolan yang kita lakukan dulu. Masa-masa indah penuh perjuangan. Dan bahkan kita mungkin akan menceritakan lagi alasan mengapa bisa saling jatuh hati

    Perlahan, kita menyadari bahwa kita sudah sangat jauh melangkah. Sudah bertahun terlewati. Musim sudah berganti berkali-kali. Dan aku masih mencintaimu, sama seperti dulu

    Beberapa tahun setelah ini, aku akan membuktikan kepadamu, cinta tidak mengenal kadaluarsa, karena kita selalu punya cara untuk membuatnya tetap ada



    Purwokerto, 20 Desember 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Untuk apa kau ceritakan padaku tentang hidupmu? 
    Untuk menarik simpati? Atau ingin kembali?

    Bukahkah mereka bilang disana kau sudah bahagia? 
    Dengannya kau sudah merajut cerita. 
    Dengannya kau temukan dunia

    Lalu untuk apa? Aku tidak lagi peduli. 
    Untukmu aku sudah kehilangan hati. 
    Dan asal kau tahu, tanpamu, aku jadi lebih mencintai diri sendiri


    Kebumen, 17 Desember 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Akan kutuliskan, hingga kelak kau dapat membacanya. 
    Alasan-alasan mengapa aku memilihmu. 
    Kejadian-kejadian yang membuat rasa ini bertumpu

    Tidak sekarang, tapi suatu hari nanti kau akan tahu. 
    Ini belum saatnya. Kelak kau akan mengerti. 
    Karena sejak awal kau sudah menjadi juaranya!


    Kebumen, 14 Desember 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Kau memintaku pergi, tapi aku tak beranjak walau sesenti. Aku hanya ingin disini, menemanimu menghamburkan airmata

    Bagaimanapun, mungkin kau akan butuh bahuku untuk bersandar. Bagaimanapun, mungkin kau akan butuh tanganku, karena tanganmu terlalu lemah untuk menghapus airmata

    Bagaimanapun, kau butuh aku. Untuk itu aku tidak berniat pergi. Karena sejak awal janjiku adalah berjuang bersamamu. Dan itu bukan berarti aku lari saat kau terluka



    Kebumen, 9 Desember 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Jangan gantungkan mimpimu pada siapapun, 
    karena tidak ada orang lain yang berkewajiban 
    mewujudkan mimpimu selain dirimu sendiri

    Jangan gantungkan bahagiamu pada siapapun, 

    karena hanya dirimu yang berkewajiban membahagiakan diri

    Karena mereka tidak akan mudah mengerti


    Purwokerto, 7 Desember 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Aku kehabisan kata-kata. Kesalahanku membuat kita berjeda. 
    Tidak ada lagi saling sapa. Kita sudah seperti dua orang asing yang berbeda dunia

    Awalnya kau mengalah. Lama-lama marah. Lalu menyerah. 
    Dan aku tidak punya daya untuk memaksamu tinggal

    Kini kita tidak lagi saling menguatkan. 
    Dan pada akhirnya keegoisanku menuntunmu untuk pergi menjauh.



    Cirebon, 5 Desember 2017
    Azifah Najwa 
    Continue Reading

    Bagi wanita, yang benar adalah apa yang mereka rasakan. Tapi bagi pria yang benar adalah apa yang mereka pikirkan. Bukankah itu alasan untuk saling melengkapi? 

    Karena sekuat apapun wanita mengandalkan logikanya, ia tetap akan melibatkan rasa. Dan jangan pula memaksa pria untuk peka, mereka buruh diterangkan untuk menjadi paham

    Lagi-lagi ini masih tentang ego, seberapa kuat kita bisa menekan keinginan pribadi untuk kepentingan bersama? Dan seberapa hebat kita bisa mengerti tanpa ada rasa gengsi?


    Purwokerto, 2 Desember 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ►  2021 (10)
      • ►  November (1)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ▼  2017 (115)
      • ▼  Desember (13)
        • Tak Bisa diukur dengan Nominal
        • Cirebon
        • Menjadi
        • Jika
        • Desember
        • 00.45 a.m
        • Cinta Tidak Mengenal Kadaluarsa
        • Mencintai Diri Sendiri
        • Juara!
        • Tidak Berniat Pergi
        • Tidak Mudah Mengerti
        • Menjauh
        • 07.28 p.m
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • SMANSA dan Sebuah Warisan
      SMANSA adalah satu dari 2 sekolah di mana saat aku diterima di dalamnya aku menangis. Iya, aku menangis, tentu bukan karena diterima di...
    • Jurnal 365
      Seperti gambar, tulisan adalah kapsul waktu, yang dapat membawa kita kembali mengenang. Mulai dari yang sangat ingin dikenang, hingga yan...
    • Drama
      Aku mengembangkan senyum terbaikku. Mencoba menikmati setiap waktu yang berjalan kala itu. Mencoba berdamai dengan kenyataan yang tidak s...
    • Berunding dengan Waktu
      Ketika waktu mempermainkan rindu, bersabarlah jangan menyerah. Bukankah hubungan jarak jauh memang seperti itu? Tidak ada lagi malam-ma...
    • Berjalan
        Kapan pun perjalanan membuatmu ragu, berhentilah sejenak, menepilah saja. Karena tak ada yang salah dengan memulai lagi segalanya. Mungkin...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top