Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home



    “Be really Einstein” :’)
    Aku tidak ingat kapan kau mulai menjulukiku Einstein. Aku baru mengingatnya lagi kemarin, sepulang aku dari pusaramu.

    Aku ingin protes! Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, Kak. Kau tahu? Bagaimana beratnya di hari-hari pertama kepergianmu? Bagaimana aku begitu mengutuk malam. Rasanya aku benci sekali saat malam datang. Dia selalu meminta maaf kepadku, membela diri dengan dalih hanya melaksanakan perintah. Kau begitu menyukai waktu malam, bagimu, menikmati malam tak ubahnya menikmati segelas jus strawberry bagiku. Analoginya tidak seimbang ya, Kak? Hehe. Dan sekarang aku menjadi pengikutmu, menjadi penikmat malam. Kalau kau tahu, kau pasti akan menjadi orang pertama yang marah-marah, hahaha, sama, sekarang juga ada yang sepertimu, brisik sekali. Aku menamainya kak Triptofan kak, hahaha, asam amino esensial yang berfungsi memperbaiki kualitas tidur #semoga dia tidak membacanya ya, Kak. Ini rahasia kita :D

    Dan seperti yang selalu kau nasihatkan kepadaku jauh-jauh hari sebelum hari itu datang, “Kamu hanya akan merasakannya hari ini. Esok, lusa, kau telah kembali menjadi Nabila lagi” dan akhirnya aku selalu menggunakan kata-kata itu untuk membenarkan segala hal. Bahwa ini hanya ada hari ini, besok saat matahari terbit, aku akan punya cerita yang lain lagi.  Aku akan bertransformasi menjadi Nabila lagi. Tapi sayangnya seminggu terakhir aku gagal menggunakan pembenaran-pembenaran itu, aku gagal menyugestikan diriku bahwa aku baik-baik saja.

    Aku bangga menjadi adikmu. Keberanianmu untuk menghadapinya, bukan justru lari dan menyerah. Bahkan kau yang menghapus segala kekhawatiranku. Bahwa kau akan selalu baik-baik saja. Tak ada yang perlu dirisaukan. Kau memang pandai “berpura-pura”, Kak. 
    ...menghela napas panjang....
    Maaf kak, tanganku tak cukup kuat untuk merengkuhmu. Lisanku tak cukup fasih menyemangatimu. Jiwaku tak cukup tegar menenangkanmu.

    Hingga hari itu datang, tak banyak yang bisa aku lakukan. Aku hanya bisa memberikan telingaku, untuk mendengarkan harapan-harapanmu yang meyakinkanku, bahwa kau cukup tegar menghadapi ini. Saat kau balik bertanya, bagaimana saat kau ada di posisiku? Aku hanya bisa diam. Entah ketegaran macam apa yang kau punya, hingga kau mampu bertahan. Dan saat kau bertanya-tanya mengapa hanya kau? Mengapa hanya kakak yang dipilih, aku sekarang sudah tahu jawabannya, itu karena Allah merasa kakaklah yang paling kuat diantara kami. Bagaimana jika aku, aku yakin kakak akan jadi orang yang sampai detik ini masih mengingat bagaimana Einstein ini selalu menjadi pemenang dalam setiap balapan sepeda, iya kan? Sudah mengaku saja!
    Kau yang selalu mengalah, hingga aku lah yang menang :’)
    #lap ingus
    Aku baru sadar kalau ternyata kau sempurna menjadi kakakku, menjadi orang yang selalu aku dengarkan, sialnya aku pandai “pura-pura” juga darimu. Selalu mencoba mencari-cari pembenaran atas rasa yang aku ciptakan sendiri juga darimu.

    Kepada malam yang sempat aku salahkan, bolehkan aku meminta satu malam untuk bertemu dengannya. Ada banyak cerita yang ingin aku sampaikan :’)))


    Dari adikmu yang selalu merindukanmu, selalu berdo’a agar segera dipertemukan denganmu...

    Azifah Najwa

    Continue Reading

    Malam tetap menjadi teman yang paling ramah
    Karena disisinya kita bisa tenang bersandar
    Ketika hari ini telah kita lalui –mungkin dengan beban yang lebih berat dari kemarin-

    Malam tetap menjadi teman yang paling ramah
    Karena disisinya aku bisa bebas mengamati lekuk wajahmu
    Bagaimana guratan-guratan itu menjadi hal yang paling kurindu
    Karena disisinya aku bisa bebas mengenangmu
    Bagaimana hari-hari kemarin pernah ada 

    Malam tetap menjadi teman yang paling ramah
    Disampaikannya rintih kasihnya kepada hati yang pernah berpura-pura

    Malam tetap menjadi teman yang paling ramah
    Disembunyikannya kalut rindunya dari bulan yang menjadikannya dilupa



    Aku selalu ingin meminjam malam-Mu lebih lama. Untuk menemaniku menghitung rindu yang telah lama hilang......


    Rentang Tunggu, 17 September 2014 | Azifah Najwa

    Continue Reading


    Semburat jingga menelisik sepanjang jalan ke mana
    Saat kau letakkan sebongkah rasa hari itu
    Menetas mutiara
    Menggetarkan seluruh jiwa

    Takutku hanya kepada Tuhan
    Mungkin kau tak pernah merasa hidup dalam kesendirian
    Air tak akan pernah mengalir ketika jiwaku di ketinggian
    Tetes-tetes hujan pun kan terhenti saat hati ini terpejam

    Masih ada tempurung langit yang berbuah bintang
    Menemani kesendirianku
    Menghitung rindu yang telah lama hilang


    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Siapa peduli bila matahari tak akan terbit lagi
    Siapa peduli jingga tak bertemu malam
    Siapa peduli
    Bila malam pun tak bertemu lagi

    Gerimis malam tadi mencabik-cabik hati
    Siapa peduli

    Memintaku agar jangan membuatmu cemburu
    Tapi kau sendiri yang melakukannya
    Siapa peduli

    Toh aku anak kecil yang tak mengerti semua ini




    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Sedang mendengarkan lagu Sebiru Hari Ini-nya Edcoustic

    Baru saja menghadiri wisuda kakak tercinta. Barakallah mbaa, semoga ilmunya bermanfaat untuk ummat. Kampus sudah merasakan kontribusimu, sekarang giliran masyarakat, ummat untuk merasakannya. Tadi pagi sebelum ketemu mba Ket aku udah nangis hloo.. Maafkan adikmu yang cengeng ini :’( Siapa lagi yang akan menguatkanku mba? Siapa lagi yang akan aku jadikan tempat berkeluh kesah? Aku masih butuh pencerdasan banyak. You know me so well lah mbaa. Huaaaaaaaa #lap ingus
    Nabila ga boleh egois, mba ket kan bukan punya Nabila doang, punya masyarakat, ummat. #glek

    Selalu berdo’a yang terbaik untuk mba ket. Big hug {} :’)))))

    Tapi tadi saya jadi mbayangin bagaimana wisuda saya Maret 2017 kelak. Siapa aja ya yang bakalan dateng ya? Duluan saya apa dia yang wisuda? #eh Apa bakal seheboh tadi, semuaaa nyariiin mba ket, Gamais, Komsoed, UKKI. Bentar, Maret 2017? Serius, Bil? Iya dong. Cepet-cepet amat si, mau ngapain? Cuma bisa senyum kalo ditanyain begituan. Tapi niiih, tunggu ya apa yang mau Nabila lakuin B-)

    Kalian mau tertawa? Silakan. Saya benar-benar sudah membulatkan tekad agar Maret 2017 saya wisuda. Jadi sebelum maret 2017 status saya sudah sarjana. aamiin

    Beberapa teman dekat selalu mewanti-wanti begini, “Bil, mbok ya nikmatin hidupmu selama jadi mahasiswa.” 
    “Nikmatin gimana si? Ya, beginilah saya menikmati masa mahasiswa saya”
    “Ya kali-kali refreshing ke mana si. Tiap hari sama bukuu muluu, sama leptop muluuu, sama jurnal mulu..”
    “Iya ya, hahhaaa, tapi gimana lagi si, ya caraku menikmati masa mahasiswaku ya gini ini”
    “Kenapa kamu harus lulus 3,5 tahun, kenapa harus secepat itu?”
    Senyum “Yang jelas Agustus aku udah harus mulai menjemput gelar masterku!”
    “What?”
    “Iyes. Jangan dikira aku menargetkan itu aku ga punya plan setelahnya. Semoga diizinkan kl yang aku tulis sama dengan rencana Allah. Aamiin.”
    “Jadi mau langsung kejar S2 nih?”
    “Semoga Allah mengizinkan.”
    “Nikahnya?”
    Jeder. Senyum ajalah kalau ditanyain beginian. “Yeee, katamu aja aku masih kecil. Anak kecil ga boleh mikir begituan kan?” sambil mlengos. Sensitif nih bahas-bahas ginian. Apalagi yang ngajakin ngobrol temen yang udah siap nikah lahir batin, siap-siap deh abis ini diceramahin
    “Bil ya, kamu, ndengerin kan waktu seminar pranikah kemarin, jangan sampe studi itu menunda waktu nikah, &&^%6?//??!#$@@@43!#@4$#@%...”
    Tuuuuh kan apa kataku. Di depan dosen lagi njelasin, ini di sebalah juga.
    “Iyaa, abis S1..”
    “Ngapain?”
    “Lanjut S2. Hehehehe” sambil nyengir
    “Atau sambil S2 nikah, Bil. Nikahnya sambil jalan gitu”
    “Ya engga lah, nikah tuh duduk, masa sambil jalan-jalan, cape dong. Udah deeh, jangan ajakin aku ngobrol beginian. Nanti keliatan banget aku begonya, sok dewasa. Aduh bisa dewasa sebelum waktunya ini aku”

    Aaaah, susah sekali jadi orang dewasa. Mereka selalu menganggap rumit setiap masalah. Masih semester 3, masih banyak yang harus saya lakukan. Masih ada 6 kepanitiaan yang harus saya selesaikan. Masih ada 4 semester -4 semester? Aamiin-. Buku saya saja masih belum terbit-terbit. Ide-ide saya saja masih berceceran, belum saya rapikan dan konstruksikan menjadi pondasi yang kuat. Aaaah, saya masih harus belajar banyak tentang agama. Untuk sahabat saya itu, tenang saja, saya memikirkannya kok. Tunggu saja ya. ;)

    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ▼  2021 (10)
      • ▼  November (1)
        • Jogja
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • Pertemuan
      Seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada pertemuan yang tanpa sengaja pun yang sengaja untuk tidak disengaja atau tidak sengaja untuk mencoba...
    • 08.17 p.m.
      Cinta adalah ibu yang setiap hari memasakan makanan untuk kami, dan tak sabar melihat anak dan suaminya tak beranjak dari meja makan karena ...
    • Do'a-Do'a
      Apa yang ada di benak kita, apa yang terus kita khawatirkan adalah do'a-do'a yang tanpa sengaja terus kita dengungkan Iya, do'...
    • Dandelion - Perbedaan
      Aku suka saat kita memperdebatkan hal-hal kecil. Aku suka saat kau memarahiku karena sesuatu yang aku anggap benar tapi salah bagimu, begad...
    • Dandelion, Done!
      Sebelum menutup kisah ini, boleh aku bertanya kepadamu? Tentang kapan Waktu yang diperbolehkan untukku berhenti menghitung cinta yang ka...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top