"Be Really Einstein"
10:30 PM
“Be
really Einstein” :’)
Aku
tidak ingat kapan kau mulai menjulukiku Einstein. Aku baru mengingatnya lagi
kemarin, sepulang aku dari pusaramu.
Aku
ingin protes! Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, Kak. Kau tahu? Bagaimana
beratnya di hari-hari pertama kepergianmu? Bagaimana aku begitu mengutuk malam.
Rasanya aku benci sekali saat malam datang. Dia selalu meminta maaf kepadku,
membela diri dengan dalih hanya melaksanakan perintah. Kau begitu menyukai
waktu malam, bagimu, menikmati malam tak ubahnya menikmati segelas jus
strawberry bagiku. Analoginya tidak seimbang ya, Kak? Hehe. Dan sekarang aku
menjadi pengikutmu, menjadi penikmat malam. Kalau kau tahu, kau pasti akan menjadi
orang pertama yang marah-marah, hahaha, sama, sekarang juga ada yang sepertimu,
brisik sekali. Aku menamainya kak Triptofan kak, hahaha, asam amino
esensial yang berfungsi memperbaiki kualitas tidur #semoga dia tidak membacanya
ya, Kak. Ini rahasia kita :D
Dan
seperti yang selalu kau nasihatkan kepadaku jauh-jauh hari sebelum hari itu
datang, “Kamu hanya akan merasakannya hari ini. Esok, lusa, kau telah kembali
menjadi Nabila lagi” dan akhirnya aku selalu menggunakan kata-kata itu untuk
membenarkan segala hal. Bahwa ini hanya ada hari ini, besok saat matahari
terbit, aku akan punya cerita yang lain lagi. Aku akan bertransformasi menjadi Nabila lagi.
Tapi sayangnya seminggu terakhir aku gagal menggunakan pembenaran-pembenaran
itu, aku gagal menyugestikan diriku bahwa aku baik-baik saja.
Aku
bangga menjadi adikmu. Keberanianmu untuk menghadapinya, bukan justru lari dan
menyerah. Bahkan kau yang menghapus segala kekhawatiranku. Bahwa kau akan
selalu baik-baik saja. Tak ada yang perlu dirisaukan. Kau memang pandai
“berpura-pura”, Kak.
...menghela
napas panjang....
Maaf
kak, tanganku tak cukup kuat untuk merengkuhmu. Lisanku tak cukup fasih
menyemangatimu. Jiwaku tak cukup tegar menenangkanmu.
Hingga
hari itu datang, tak banyak yang bisa aku lakukan. Aku hanya bisa memberikan
telingaku, untuk mendengarkan harapan-harapanmu yang meyakinkanku, bahwa kau
cukup tegar menghadapi ini. Saat kau balik bertanya, bagaimana saat kau ada di
posisiku? Aku hanya bisa diam. Entah ketegaran macam apa yang kau punya, hingga
kau mampu bertahan. Dan saat kau bertanya-tanya mengapa hanya kau? Mengapa hanya
kakak yang dipilih, aku sekarang sudah tahu jawabannya, itu karena Allah
merasa kakaklah yang paling kuat diantara kami. Bagaimana jika aku, aku yakin
kakak akan jadi orang yang sampai detik ini masih mengingat bagaimana Einstein
ini selalu menjadi pemenang dalam setiap balapan sepeda, iya kan? Sudah mengaku
saja!
Kau
yang selalu mengalah, hingga aku lah yang menang :’)
#lap
ingus
Aku
baru sadar kalau ternyata kau sempurna menjadi kakakku, menjadi orang yang
selalu aku dengarkan, sialnya aku pandai “pura-pura” juga darimu. Selalu
mencoba mencari-cari pembenaran atas rasa yang aku ciptakan sendiri juga
darimu.
Kepada
malam yang sempat aku salahkan, bolehkan aku meminta satu malam untuk bertemu
dengannya. Ada banyak cerita yang ingin aku sampaikan :’)))
Dari
adikmu yang selalu merindukanmu, selalu berdo’a agar segera dipertemukan
denganmu...
Azifah
Najwa
0 komentar