Bahasa Daerah; Mungkin Dia Harus Diklaim Terlebih Dahulu Agar Kita Mau Mengenalnya
8:23 PM
Bahasa Daerah;
Mungkin Dia Harus Diklaim Terlebih Dahulu
Agar Kita Mau Mengenalnya
“Ah, hari ini ada ulangan bahasa daerah!”
Keluhan itu acap kali dilontarkan oleh siswa-siswa di Indonesia dan Anda tentu tidak asing mendengarnya. Ya, bahasa daerah kini dianggap sebagai momok menakutkan oleh generasi-generasi muda. Semenjak pemerintah menetapkan bahasa daerah sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, banyak siswa yang kecewa. Bahasa daerah adalah bahasa yang rumit dan dianggap sakral karena aturan-aturannya, pernyataan itu menjadi alasan lama yang masih abadi di kalangan remaja Indonesia.
Kini pesona bahasa daerah di mata masyarakat Indonesia pun kian pudar, banyak generasi muda Indonesia yang tidak menggunakannya lagi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Jawa misalnya, bahasa Jawa memiliki tingkat keindahan yang berbeda dengan dengan bahasa – bahasa lainnya. Bahasa Jawa mengajarkan bagaimana seharusnya kita menghormati yang lebih tua dan bagaimana seharusnya kita menyayangi yang lebih muda. Namun, kini lambat laun bahasa jawa mulai punah . Banyak kawula muda yang mulai acuh dengan bahasa Jawa , diantaranya mereka hanya fasih dalam bahasa ngoko saja. Namun, lebih memprihatinkan lagi ketika generasi muda Indonesia lebih fasih dalam melafalkan bahasa asing
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kedudukan bahasa daerah semakin terpuruk. Terlebih, ketika bahasa asing terutama bahasa Inggris menjadi bahasa internasional, keberadaan bahasa daerah semakin terjepit, mau tidak mau kini semua orang dituntut untuk menguasai bahasa internasional jika ingin diakui di dunia internasional.
Inilah kedudukan bahasa daerah di mata masyarakat Indonesia, kian hari kian memprihatinkan saja. Kebanyakan generasi muda Indonesia lebih menyukai belajar bahasa asing ketimbang belajar bahasa daerah. Pernyataan bahwa bahasa asing lebih muda dipelajari menjadi faktor utama generasi muda menganak tirikan bahasa daerah. Hampir setiap hari, generasi muda Indonesia berbondong-bondong mengikuti les bahasa asing. Bahkan, orang tua mereka rela merogoh kocek dalam-dalam demi kemajuan berbahasa anaknya. Padahal, bahasa daerah tak kala pentingnya dengan bahasa asing. Menurut prediksi peneliti, dalam kurun waktu 100 tahun ke depan jumlah bahasa-bahasa daerah hanya tersisa 50 persen. Lainnya akan punah akibat kuatnya pengaruh bahasa-bahasa utama dalam kehidupan global.
Bahasa daerah adalah identitas bangsa yang memebedakan bangsa kita dengan bangsa lainnya, yang mencerminkan kepribadian kita di mata dunia. Jika kita melupakan bahasa daerah, maka tidak mustahil jika dunia juga melupakan kita, karena mencintai bahasa sendiri saja kita tidak mampu, apalagi mencintai bahasa yang lain. Entah akan menjadi apa bangsa ini ketika generasi-generasi penerusnya melupakan identitas bangsanya. Apakah harus menunggu bahasa-bahasa daerah di Indonesia di klaim bangsa lain untuk membuat kita mengenalnya?
Nabila Faradina Iskandar, 2011
0 komentar