Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home
    Bismillah
    Ramadhan day-13

    Hmmmm, sedang menunggu Nurini ngambil atribut aksi. Entah kalau sama bocah yang satu ini kita selalu satu tujuan dan satu jalan. Selepas ujian pengolahan pangan aku menemukan Nurini dengan muka penuh ketidakyakinan duduk di depan ruang ujian sambil memegang draft materi, bisa ditebak, Nurini baru saja menyocokan hasil pekerjaannya dengan draft, dan nampaknya ada yang tidak sesuai, jadilah mukanya seperti itu. Iseng, "Nu, aksi yuh" tidak berharap Nurini akan menanggapi ajakanku, beberapa teman yang aku ajak mereka membalasnya dengan senyuman yang manisnya lebih manis dari kurma untuk buka puasa. "Yuh, Bil!" Yes! Kita segera melesat ke FIB, tempat kumpul, tapi belum ada orang, dan akhirnya aku menemani Nurini pulang mengambil slayer, jaket, dsb.

    Di perjalanan pulang kita berbincang-bincang. Biasa, kami sering sekali memperbincangkan banyak hal, iya bincang-bincang, karena kalau kami menyebut diskusi itu terlalu formal. Perbincangan kami di motor dalam perjalanan menuju rumah Nurini adalah pandangan kami terhadap aksi. Dibilang aksiii banget, engga juga, kami hanya ingin merasakan sensasi idealisme mahasiswa, hanya? Iya hanya, hanya aku dan Nurini yang bisa menjabarkan makna hanya di sini. :)

    Jangan lihat kami sebagai akhwat saat sedang ada di jalanan, karena mungkin kalian akan ill feel, karena kalian tak akan menemukan keanggunan seorang akhwat .-.



    Jalanan, 30 Juni 2015
    Nabila Faradina Iskandar

    Kuliah di jalanan beberapa SKS
    Orasi ilmiah iya, orasi di jalan juga iya :D
    Hidup Mahasiswa!
    Continue Reading
    Seperti sudah menjadi kebiasaan, setiap tiba jadwal sholat, masing-masing dari kami seakan lupa siapa yang seharusnya jadi imam, meskipun sudah dijadwalkan. Subuh tadi juga.

    Selepas qobliyah dari kamar masing-masing

    Aku: "Siapaaaa imaaam?"

    Yuni, Mba Hasna: "Bukan aku!"

    Aku: "Aku? Bukaaan jugaa!"

    Terus siapa? Kosan ini cuma dihuni bertiga

    Yuni: "Aku subuh kemarin udah"

    Aku: "Isya aku"

    Yuni: "Eeeh aku udah ya waktu dzuhur"

    Yuni: "Relawan deh relawan"

    Aku: "Aku belum punya imam, masa aku jadi imam"

    Mba Hasna: "Aku jugaaa"

    Yuni: "Akuu apalgii"

    Mba Hasna: "Belum nambah hafalan"

    Aku mikir. Aku aja deh, sekalian muroja'ah sebelum setoran.

    Yuni: "Mba, satu hari menunda hafalan, satu hari menunda nikah hlo"

    Mba Hasna: "Aaah, jangaan"

    Yuni: "hayoo hayoo. Siapa imam deh"

    Aku: "Yaudah aku aja deh. Hafalan baru ya, jadi maap kalo kesendat sendat"

    Mba Hasna & Yuni: "Iyaaa"

    Aku: "Siapa tahu dengan mau jadi imam bisa segera menemukan imam"

    Hening.....

    Mba Hasna & Yuni: "Biilll, aku aja imamnya"

    Aku: pasang emot .-.



    Raudhatul Jannah, 30 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Cinta itu sederhana. Yang rumit dan hebat adalah tafsir-tafsir kerinduannya.


    Dandelion, 30 Juni 2015
    Azifah Najwa

    #repost
    Continue Reading
    Bismillah
    Ramdhan day-12
    UAS day-1

    Pembukaan UAS yang zonk. Ghiroh UAS di kampus TP juga belum kerasa. Jadi ceritanya tadi ujian teknologi fermentasi pangan, matkul  yang cukup favorit karena beberap karya tulisku membahas tentang f e r m e n t a s i. Jadi sebenarnya secara praktis faham luar dalam, tapi secara teoritis ya faham aja :D

    Ada kebiasaan baru anak-anak ITP 13,  yaitu kita memilih telat masuk ruang ujian demi belajar, biasanya 15 menit setelah ujian dimulai, anak-anak baru masuk. Mungkin karena kita dianggap keterlaluan dan tidak menghargai dosen, beberapa dosen mulai mengeluarkan aksi, ada yang mengancam tidak diizinkan ikut ujian, nilai dikurangi, dsb, kalau tadi lain, khusus dosen ini, beliau selalu memberikan penjelasan terkait tata cara pengerjaan soal, atau sebagainya 5 menit sebelum ujian dimulai. Konsekuensi bagi mereka yang telat, tidak ada penjelasan ulang. Alhasil, banyak sekali yang tadi salah mengerjakan soal, saya termasuk golongan yang telat, tapi alhamdulillah sempat bertanya ke teman sebelah, karena saya hafal tipikal dosen ini.

    Dan alhamdulillah lagi, dari 5 jurnal yang diujikan, saya hanya sempat membaca 1 jurnal, dan  jatah soal yang harus saya kerjakan ada di jurnal itu -sujud syukur-

    Zonk ke dua, ujian fermentasi hari ini ada dua soal dari dua dosen, untuk soal yang kedua, hanya yakin 2 dari 4 soal, sebenarnya. Satu hal yang ingin saya tegaskan, jika kalian tidak bisa mengerjakan soal itu, sebagian besar teman-teman kalian pasti juga tidak bisa. Logikanya sederhana. Kita diajar oleh dosen yang sama, pada dimensi yang sama, bisa dibilang kalau ngantuk pun juga sama, kenapa harus nyontek?

    Dan entah harus bersyukur bagaimana lagi, hobi baca jurnal memudahkan saya mengerjakan 4 soal itu -meskipun tidak yakin- ya setidaknya saya tahu apa yang harus aku tulis di lembar jawaban.

    Kalau kata ibu, "banyakin tilawah"
    Aaaaaah ibu, kalau mau punya generasi pecinta Qur'an, madrasatul ulanya juga harus cinta Qur'an ya Bu :)

    Lagi ngabisin satu ember nata :v
    Suka bangeeettt nataa, nyoba bikin sendiri 2X masih belum sempurna .-.

    H-3 jam deadline laporan, belajar matkul buat tutorial rancob, ekotek, kimia analitik, dan kimia organik, kalau lagi musim ujian gini, jadi dosen dadakan .-. tapi gapapa, latihan sebelum jadi dosen beneran :D
    tilawah, h a f a l a n, Biloo!!



    Random, 29 Juni 2015
    Azifah Najwa

    di kulkas ada ayam, wortel, kentang, tomat, terong, kangkung, jamur tiram, daun bawang, telur, tempe, nanti sahur masak apa ya? .-.
    Continue Reading
    Aku suka pertemuan pertama. Pertemuan pertama itu selalunya hangat. Kemudian teduh. Kemudian ramah. Kemudian mengesankan. Kemudian keduanya saling membuka diri untuk mengenal dengan tulus. Setiap hari adalah pertemuan pertama. Di sana ada diri yang belajar dari kesalahan kemarin. Kemudian ada diri yang sedang diperbaiki dan terperbaiki. Aku sangat suka pertemuan pertama.


    Rentang Tunggu, 29 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    I saw that you were perfect and so I loved you. I saw that you were not perfect and then I loved you even more.


    Dandelion, 29 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Senang bisa berkumpul dengan anak-anak yang dilindungi Nabi. Seperti biasa, aroma surga selalu saja kurasakan saat menatap mereka penuh dengan kasih sayang. Segala persoalan yang membelit seperti angin yang berhembus, terlupakan, tergantikan dengan rasa bahagia tiada tanding. Menata niat kita di tengahnya. Dan kita tak ubahnya planet-planet kecil yang mengelilingi matahari. Dan menjadi ibu tetap prioritas, madrasatul ula. 



    Pekerjaan mereka? Bermain dan mereka tak pernah main-main dalam bermain :)


    Rentang Tunggu, 28 Juni 2015
    Azifah Najwa

    ga ngebet punya anak kok, tapi pingin segera .-.

    Continue Reading
    Untuk sesaat aku terkenang kisah istri-istri nabi saat sang rasul menghadirkan madu baru dalam biduk rumah tangga beliau. Adalah Aisyah yang cemburu saat Juwairiyah menemui sang kekasih dan kemudian Rasulullah nikahi. Pun saat Aisyah cemburu ketika selepas safar Rasul membawa istri baru Shafiyah yang jelita. Juga cemburunya Hafsyah terhadap Mariatul Al-Qibtiyah yang cantik rupawan. 




    Rentang Tunggu, 27 Juni 2015
    Azifah Najwa

    Hanya ingin seperti Khadijah, yang selama hidupnya tak pernah dimadu oleh Rasulullah
    Hanya ingin seperti Fatimah, yang cintanya tak pernah diduakan oleh Ali
    Continue Reading
    Rindulah yang membuat kita tersadarkan bahwa arti kehadiran itu penting, sekecil apapun itu.


    Rumah. Raudhatul Jannah. Kastrat. KAMMI. Ilpus. Gamais. Althofunnisa. IBEMPI. And you.





    Random, 27 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Ada kalanya kita perlu diam, berhenti dari perjalanan ini. Tidak mengambil langkah. Rehat sejenak.

    Dan mewarnai bisa jadi alternatifnya. Selalu. Dari dulu. Saat-saat seperti ini aku baru bisa merasa menjadi diriku sendiri.

    Aku pernah menghabiskan begitu banyak waktu di ruang lukis. Aku pernah bahkan sering kali tertidur dengan kuas dan palet masih di tangan. Aku pernah bahkan sering kali makan dengan tangan yang masih blepotan cat minyak. Aku tak pernah melepas baju sekolah sebelum kanvas itu penuh. Dan aku begitu merindukan saat-saat itu. Sungguh sangat merindukan masa-masa itu.


    Terima kasih anak-anak, sama seperti kalian, aku juga tak pernah main-main dalam bermain :)



    Tambaksogra, 26 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Apa rasanya punya 13 anak semua hafidz Al Qur'an? Apa rasanya?
    M e r i n d i n g .-.


    Ramadhan 10 hari ke dua. Hafalan sampai mana? Baru khatam sekali, yakin bisa khatam 3X lagi? #nampar




    Lingkaran pekan ini
    26 Juni 2015


    Liat anak kecil bawaannya jadi pingin punya anak .-.
    Continue Reading
    Sampai akhirnya engkau mengerti mengapa engkau butuh perempuan. Mungkin karena perasaannya. Perasaannya yang lembut. Perasaannya yang berbudi. Perasaannya yang selalu diukir-diasah-dipahat. Indah betul perasaan perempuan itu.

    Perasaan perempuan itu seperti bintang. Tinggi. Menawan. Berkerlipan. Ditunggu-tunggu kapan jatuhnya. Dinanti-nanti kapan waktu jatuhnya. Kadang ia jatuh, namun bersembunyi lagi dibalik awan. Saat jatuh (sebenar-benarnya jatuh) pun ia akan terkikis-kikis oleh atmosfir-atmosfir bumi. Bintang itu lebih indah di langit saja. Berhias-menghiasi bumi. Bintang adalah penghias, perhiasan bumi.

    Perasaan perempuan itu menakutkan. Ia takut membuat orang lain menyimpan perasaan lalu perasaan orang itu tidak dihiraukan. Ia takut membuatnya (perasaan orang lain) melambung perlahan, kemudian meninggi lalu dijatuhkan kembali. Walau ia tidak bermaksud menjatuhkannya karena ia pun menjaga-jaga perasaannya. Perempuan itu..mati pun ia masih memikirkan perasaan orang lain.


    Rumah Baca Ulil Albab, 26 Juni 2015
    Azifah Najwa

    Continue Reading
    Sesuatu yang sangat sederhana, bisa membuat siapa saja utuh seketika. Saat itulah, rasanya jauh lebih menyenangkan hidup di dunia nyata. Bukan di alam kertas atau di dalam kata-kata. Tapi ada kalanya, sesuatu yang sangat sederhana, membuat kita tak genap. Saat itulah, rasanya hidup di alam kertas jauh lebih baik.

    Dan aku selalu seperti yang dulu, mencintaimu dengan rasa imanku.


    Dandelion, 26 Juni 2015

    At midle night

    With love,
    Azifah Najwa

    Continue Reading
    Dapur tidak hanya menjadi hal mutlak yang harus dikuasai. Berada di dapur adalah seni membuat "keajaiban" di atas meja makan.

    Lebih lagi sebagai seorang food scientist, suami saya nanti adalah satu-satunya customer yang harus puas dengan apa yang saya sajikan.


    Hidangan di atas meja, bukan sekadar tentang lezat atau menariknya hidangan tersebut. Tapi juga tentang komunikasi dan rutinitas untuk saling menghargai hasil usaha dan kerja keras masing-masing. Karena begitu banyak momen terjadi di meja makan :)


    Dandelion, 25 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Suatu hari kisah kita mungkin akan menjelma menjadi hanya selembar gambar—yang tak utuh dan terbatas untuk menceritakan semuanya. Semua kecemasan yang sudah kita lalui, semua doa yang pernah kita bacakan, semua tangis yang pernah kita curahkan, semua tawa yang terderai, semua yang pernah kita genggam atau yang hilang dalam dekapan. Tetapi semoga gambar itu cukup: Untuk memberitahu masa depan bahwa kita pernah melalui masa lalu yang tak mungkin tergantikan.

    Tentang waktu, apa yang mesti kita risaukan? Bukankah hari ini adalah esok yang kemarin pernah kita cemaskan itu? Maka tenang saja: Hari ini aku lebih mencintaimu dari kemarin, meski tak sebesar yang akan kuberikan esok hari :)


    Dandelion, 25 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Banggalah jadi anak rumahan. Setidaknya meski keluargamu membebaskanmu, kamu lah yg melindungi dirimu sendiri.

    Disaat sudah terlalu banyak perempuan membebaskan diri. Pulang larut malam, berkemah, bepergian berhari-hari tanpa muhrim.

    Bukan tidak boleh. Tetapi ayah yg baik pasti akan melarang permatanya berkelakuan tanpa batas seperti itu. Dan salah satu cara menyayangi diri sendiri adalah melindungi diri sendiri saat sudah tak ada lagi yg peduli.

    Dan betapa bersyukurnya aku dikelilingi orang-orang yang sangat peduli akan hal ini, berdiri di garda terdepan saat aku mulai bandel, sudah kubilang, aku selalu suka caranya memarahiku.

    Dandelion, 24 Juni 2015
    Azifah Najwa

    Love you :)
    Continue Reading
    Saya bangunkan Mba Hasna dengan menggoyang-goyangkan lengannya, “Mba, bangun mba, sahur” Ujar saya.

    Mba Hasna terperanjat dan bergegas bangun.

    Saya sudah lebih dulu berdiri sebelum kami bergerak ke arah dapur. Beberapa langkah di depan Mba Hasna. Membuka kulkas dan menemukan tahu. "Sahur sama tahu aja ya?” Sahut saya
    Mba Hasna mengangguk -karena memang tidak ada makanan lain lagi di kulkas-
    Sementara aku menyiapkan lauk, mengupas buah, Mba Hasna qiyamul lail.

    Kemudian kami makan berdua, sambil terus mengecek jam dinding. Hingga pada satu momen, kami menyadari bahwa kami sedang melihat jam dinding dalam waktu yang bersamaan.

    Mba Hasna tersenyum ke arah saya. Saya membalas senyumnya. Sedetik kemudian, kami tak bisa membendung tawa kami berdua.




    Adegan di atas mungkin tampak romantis ketika dibaca, menggambarkan suasana sahur yang penuh kedamaian dan kehangatan… sebelum semuanya saya tuliskan dengan cara memperlambat dan menghilangkan kata keterangan “dengan tergesa-gesa” di setiap adegannya.
    Ada keterangan waktu yang tak saya sertakan ketika membangunkan teman saya. Keterangan waktu yang seharusnya memperjelas semuanya, “Mba bangun mba, lima belas menit lagi imsak!” Dan kami setengah berlari ke arah dapur bak zombie yang memburu mangsanya.
    … Barangkali kami mengabaikan bunyi-bunyian yang kami hasilkan dalam kehebohan menyiapkan makan sahur kami hari ini. Tetapi setelah azan Subuh berkumandang dari masjid sebelah, kami berjalan berdua ke dapur dengan piring dan gelas kotor di tangan masing-masing: Jelas sekali baru saja terjadi perang dunia di tempat itu dua puluh menit yang lalu!

    Kebiasaan buruk keluarga kecil kami, karena sunnahnya mengakhirkan sahur, benar kan kami sahurnya di saat-saat sangat terakhir, meskipun sebenarnya saya sudah bangun sejak pukul 2 tadi. Dan entah kebiasaan buruk atau bukan, sebelum tidur saya selalu memastikan bahwa makan untuk sahur nanti sudah siap, jadi ya, saya merasa aman-aman aja .-.


    Raudhatul Jannah, 24 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Suatu ketika, teman dekatku yang pendiam luar biasa, akhirnya bercerita. Pernah, di hari yang biasa biasa saja, dia ingin sekali bertanya tentang kabar seseorang.

    Dia sudah mengetik, “Assalamu'alaykum, apa kabar? Semoga selalu sehat.”

    Tapi kemudian dia diam.
    Berpikir.
    Kemudian menghapus.
    Lalu dibatalkan.

    Dia takut satu pertanyaan itu akan berujung pada banyak hal hal yang nantinya akan meruntuhkan dinding perasaannya. Bisa karena perasaan kecewa, atau senang yang berlebihan dan berharap harap.

    Dia membatalkan. Sebab ingat, jika dia diposisi Fatimah, tidak akan seperti itu. Fatimah akan memilih pura pura tidak peduli padahal ingin tau dan paling peduli. Pura pura tidak suka padahal paling suka. Pura pura tidak terima padahal yang paling pertama menerima dengan segala kekurangan.

    Dia ingin seperti Fatimah.
    Dia membatalkan pertanyaan itu meski rindu menusuk nusuk.

    “Dan karena Tuhanmu, maka bersabarlah…” QS 74 : 7


    Dandelion, 24 Juni 2015
    Azifah Najwa

    yang berharga adalah yang menjaga. Dan tentu saja, yang terjaga untuk yang menjaga.

    “…Maukah kau bersabar? dan Tuhanmu Maha Melihat” QS 25 : 20
    Continue Reading
    Karena aku mencintai yang sewaktu-waktu pergi, yang sewaktu-waktu diambil,
    karenanya aku belajar melepaskan, belajar mengosongkan diri,
    hingga suatu ketika apa yang aku cintai pergi,
    aku siap mengisinya lagi dengan sesuatu yang lebih bijaksana.

    Aku juga belajar tentang kesendirian,
    selalu siap dengan kehilangan,
    selalu siap dengan melepaskan.




    Dandelion, 23 Juni 2015
    Azifah Najwa

    Aku khawatir bila aku mencintaimu bukan dengan petunjuk-Nya,
    mencintaimu tapi justru mengundang murka-Nya.
    Continue Reading
    Bismillah...
    Baru selesai DK 3
    Empat hari yang sungguh luar biasa. Dipertemukan dengan saudara-saudara yang luar biasa, menyenangkan saat kita dibersamakan dengan mereka yang memiliki tujuan yang sama, benar kan, tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan.


    Riuhnya ruang materi saat diskusi berlangsung masih terngiang di telinga. Dinginnya wisma Horti juga masih ada di kantong jaket. Satu hal, ramainya pojok kamar, sofa, teras, oleh lantunan ayat suci Al Qur'an dan hafalan yang menggema di langit-langit rumah itu, mushaf yang tak pernah lepas dari tangan, masih aku rasakan atmosfer itu. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?


    Merasakan benar suasana ramadhan, hafalan, tilawah, sholat berjama'ah, dan amalan-amalan sunnah, semua itu rasanya sudah lama tidak aku rasakan ruhnya. Tidak hanya itu, sedikitnya 100 bending akan membuat kakiku lebih kokoh.


    Dan satu hal, saat dibersamakan dengan mereka, membayangkan saja, jika kami kelak adalah bidadari-bidadari yang menghuni syurganya. Ah, betapa cemburunya aku pada mereka. Apa kabar hafalan? Galau adalah kondisi di mana hafalan ga nambah-nambah tapi muroja'ah kacau. Faghfirlana ya Rabb..


    Sepertinya harus benar-benar mengagendakan mengikuti program tahfidz sebelum lulus. Hanya ingin menghadiahkan mahkota untuk ibu dan bapak. Hanya ingin membuat bidadari-bidadari surgaMu cemburu padaku.


    Purwokerto, 22 Juni 2015
    Azifah Najwa

    Ditemani hangatnya udara Purwokerto dan hafalan Ar Rahman yang menanti untuk disetorkan .-.
    Continue Reading
    Ada satu hal yang tak pernah selesai, meski berulang kali kita coba selesaikan.
    Rindu.


    Dandelion, 22 Juni 2015
    Azifah Najwa


    Rindu ini merindukan muaranya.
    Love you :)
    --- hanya punya kosa kata itu untuk menyemangatimu .-.

    Continue Reading

    Sesuatu yang istimewa yang dimiliki oleh orang yang suka buku adalah bila ia jatuh cinta dan sulit mengungkapkan perasaannya, ia bisa memilihkan buku terbaik yang mewakili perasaan itu untuk dihadiahkan kepada seseorang yang ia cintai. Sesederhana itu :)



    Dandelion, 21 Juni 2015
    Azifah Najwa

    Love this book as love as who gives this :D
    Continue Reading
    Aku merindukan waktu dimana menulis itu bukan untuk dibaca orang lain, tapi menikmati setiap resah yang tak pernah bisa aku utarakan

    Aku merindukan waktu dimana menulis itu bukan untuk ditanya kenapa harus dia yang aku jadikan tokoh utama, tapi menikmati bagaimana aku bisa dengan bebas menerjemahkan perasaanku


    Aku menunggu waktu dimana tulisanku cukup dinikmati berdua, ditulis berdua



    Dandelion, 21 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Ibu: "Nduk, bagaimana kalau ada orang yang memintamu?"

    Aku: "Hah? Maksudnya, Bu?"

    Ibu: "Bagaimana jika ada orang yang memintamu untuk dijadikan teman hidupnya?"

    Aku: "Ya, ibu cukup menjawab bahwa anaku masih kecil, kami masih menyayanginya"

    Ibu: "Masalahnya tidak sesederhana itu, Nduk."

    Aku: "Ya sudah, ibu sampaikan saja kalau anak ibu yang satu ini masih ingin menjadi profesor"

    Ibu: "Jika ibu tidak mempermasalahkan itu?"

    ............................................................


    Selain udara baturraden yang membuat hafalan Al Muzzamilku mengkristal, pertanyaan ibu yang belum aku balas membuat darah di arteriku juga mengkristal .-.


    20 Juni 2015
    Continue Reading
    Jika saja rentang tunggu ini bisa disederhanakan dan dilipat dengan do'a, maka aku akan mencari tahu do'a seperti apa yang bisa menyederhanakannya menjadi sedemikian dekat, sesegera mungkin. Tidak ada bedanya selama ini. Tidak ada bedanya kau dan aku yang sering mengadu, tentang rindu, tentang pertemuan yang tak jarang dipermainkan keadaan. Tidak ada beda antara satu meter dan seribu kilometer bila diantara kita tetap bukan siapa-siapa. Dan kita masih berjalan sendiri-sendiri.



    Dandelion, 20 Juni 2015
    Azifah Najwa


    ---

    Cepat selesaikan amanahmu ya :D
    Continue Reading
    -Alysa-
    Mendung bergelayut di angkasa. Sedari tadi kota ini masih dikepung hujan. Aku pun masih asyik mengamati air yang turun dari atap bis ini, merapatkan tanganku ke jendela dan berharap aku bisa merengkuhnya. Dua bulan yang lalu beasiswaku untuk melanjutkan studi ke negeri Doraemon berhasil di acc. Aku sekarang resmi menjadi mahasiswa Kyoto University. Kemarin aku juga sudah mengemas barang-barangku, mengajaknya ikut serta meninggalkan kota ini. Dan minggu depan aku harus berkemas lagi, meninggalkan negara ini hingga waktu yang belum bisa aku tentukan, mungkin tahun depan aku sudah bisa kembali ke negeri ini, atau mungkin dua tahun lagi, tiga tahun lagi? Entahlah. Aku tak berani berjanji kepada kalian kapan aku pulang, pun padanya.
    ***
    -Raka-
    Aku menghela napas panjang. Bertanya perlahan. Berusaha memecah kebekuan 300 detik terakhir.
    “Apa kau baik-baik saja?”
    Tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia hanya mengangguk sembari memainkan sendok di gelas jus strawberry kesukaannya.
    “Sudah kau kemasi semua barang-barangmu? Jam berapa kau berangkat?”
    “Jam 7 pagi, kalau jadi.”
    Bulan purnama masih menggantung malas di antara ribuan bulir hujan yang berebut turun. Senyap? Sebenarnya tidak juga. Rumah makan ini cukup ramai untuk ukuran hari biasa. Beberapa pengunjung yang membawa serta anak mereka semakin menambah gaduh suasana. Entah apa yang membuat pertemuan ini tampak sepi. Ini pertemuan pertama –dan semoga bukan yang terakhir- kami.
    “Keputusanmu sudah bulat?” aku menatap wajahnya lamat-lamat. Hingga detik ini aku masih berharap surat yang diterimanya bukan untuk dia. Berharap ada Nadia Alysa lain yang seharusnya menerima surat itu. Tapi mustahil, aku melihat benar alamat yang tertera di surat itu. Itu benar-benar surat yang ditujukkan untuk Nadia Alysa yang kini duduk tertunduk didepanku, si kutu buku, penyuka jus strawberry, the headstone, orang dewasa yang kekanak-kanakkan.
    “Maafkan aku, Kak.”
    Suasana kembali senyap.
    Aku menghela napas panjang, “Pun dengan keputusanmu seminggu yang lalu?” Pertanyaan yang merupakan inti dari pertemuan ini akhirnya aku tanyakan juga. Satu minggu terakhir tak ada komunikasi sama sekali diantara kami. Aku marah padanya. Bagaimana tidak, tentang beasiswa ke Jepangnya, ia sama sekali tidak bercerita kepadaku, pun jika saat itu aku tidak sengaja menemukan amplop itu di buku kuliahnya, aku yakin hingga detik ini dia tidak akan bercerita apa pun.
     “Iya, Kak.”
    Aku menarik napas panjang. Aku mengenalmu dengan cukup baik. Tidak mungkin kau mengubah keputusanmu dengan tiba-tiba. “Kenapa?”
    Dia tertunduk. “Aku sendiri tak yakin kapan aku bisa kembali, bagaimana mungkin aku mengikatmu diantara ketidak yakinan itu…”
    “Aku tidak pernah mempermasalahkannya, aku akan menunggumu sampai kapan pun,” aku menarik napas panjang, mengatur emosiku. Aku tak ingin kebekuan diantara kami berlanjut hingga entah kapan. Kita sama-sama keras kepala, tidak akan pernah selesai masalah ini kalau kita hanya menyelesaikannya dengan mulut yang saling terkunci. “Kau masih ragu, Al?” baru kali ini aku memanggilnya dengan namanya.
    Lagi-lagi dia hanya tertunduk. Tak ada jawaban ya atau tidak dari mulutnya.
    “Al…?” aku menarik napas panjang, mengatur kembali emosiku. “Jika memang kau masih ragu, jawab saja. Maka saat ini juga aku akan berhenti mengharapkanmu. Bukankah memang itu yang kau inginkan? Kau tidak ingin mengikatku karena kau tidak ingin aku terlalu berharap padamu?”
    Dia mulai terisak. Air matanya dipaksa untuk tidak keluar. Menangis pun wajahnya tetap teduh.
     “Maaf, Kak. Aku tak berani menjanjikan apa pun.”
    Dia beranjak. Meninggalkan jus strawberrynya yang masih setengah. Di luar hujan masih mengepung kota ini. Aku yakin dia menahan langkahnya, menunggu hujan reda. Ada yang masih ingin aku bicarakan lagi. Ada yang ingin aku tegaskan. Tapi nampaknya prediksiku salah, dia benar-benar menerobos hujan. Melesat, memacu motornya dengan kecepatan tinggi, meninggalkanku yang selalu menghawatirkannya. 
    ***
    -Alysa-
                Lima menit lagi bis ini akan membawaku pergi meninggalkan kota ini –juga kenangan-kenangannya-. Aku tahu benar betapa marahnya kak Raka padaku. Tambahan pula pagi ini aku pulang tanpa memberinya kabar apa pun. Meskipun tidak bilang, itu tetap cinta bukan? Tidak akan berkurang kadarnya.  Ah, sudahlah, toh aku juga tidak akan bertemu dengannya lagi –setidaknya untuk tiga tahun ini-.
    -Semua hanya akan aku rasakan untuk hari ini saja, lusa, aku yakin aku akan kembali lagi menjadi Alysa yang dulu-
    ***
    -Raka-
    Kau benar-benar sempurna membuat molekul rasionalitas ini teroksidasi, menjadikan mereka tak mampu menjalankan fungsi penting untuk melanjutkan hidup normal. Dan saat perasaan menjalankan fungsinya sebagai pengikat dalam molekul-molekul itu, maka saat ada sebuah elektron yang hilang, molekul-molekul rasionalitas itu terurai, menjadi molekul-molekul yang lebih kecil, menjadi molekul-molekul irrasionalitas.
    Tahukah kau bagaimana aku memendam rindu sejak hari itu? Bagaimana aku menunggu –waktu- balasan pesan elektronik yang aku kirimkan. Bukan apa-apa yang aku tanyakan. Bukan tentang komitmen yang –memang- tak pernah kau janjikan. Hanya kabar. Hanya ingin tahu di mana kau sekarang. Hanya dua pertanyaan itu. Marah? Tentu iya. Tapi aku bisa apa, hatiku tak pernah mengizinkan untuk marah kepadamu. Dua tahun tanpa kabar. Membiarkan perasaan ini hanyut tercerabut. Toh aku masih –dan akan tetap- menunggumu.
    Entah apa yang menahan perasaan ini. Komitmen? Kau sendiri yang telah membatalkannya. Perasaan yang sama? Siapa yang menjanjikan? Aku tak berani menyimpulkan bahwa perasaan itu pernah ada dihatimu. Kau begitu rapih menyimpannya. Mengemasnya dalam kepura-puraan yang kau ciptakan sendiri.
    ***
    -Alysa-
                Di luar anak-anak masih asyik bermain di hamparan salju. Meski syal-syal ini sudah hampir mencekik leherku tapi molekul-molekul dalam tubuhku masih saja belum mampu mengajaknya melakukan reaksi netralisasi, padahal ini sudah kali ketiga aku merasakan musim salju di negeri matahari terbit ini. Ya, tahun ketiga. Tahun terakhir. Aku ingin protes. Tahukah kau bagaimana hari-hari pertamaku di sini? Perasaan ini tidak selesai hari itu juga. Perasaan itu tak hilang meski aku telah meninggalkan kota itu, negeri itu. Perasaan itu berlanjut hingga esoknya, esoknya lagi, esoknya lagi, dan esoknya lagi hingga tiga tahun ini. Dengan menonaktifkan semua akun jejaring sosial, aku berharap perasaan itu selesai juga. Tapi sialnya tidak. Perasaan itu tetap hidup, bahkan semakin hidup setiap harinya.
                “Bagaimana kabarnya sekarang?”
                Aku beranjak dari jendela. Mengambil laptop dan membuka akun email yang tiga tahun ini mati suri. Bersyukur aku hanya menggunakan satu password untuk semua akunku. Aku buka pesan yang masuk ke inbox satu per satu, ada hampir 500 surel yang tidak terbaca, berharap ada ada nama “Raka” diantara 500 surel itu. Aku terus menarik scroll ke bawah, ada beberapa surel yang dikirim teman-teman kuliah, SMA, isinya rata-rata sama, mereka menanyakan kapan aku pulang, apakah aku sudah bertemu dengan Doraemon, apa aku sudah menyampaikan salamnya ke Conan, intinya mereka begitu merindukanku. Dan di surel ke-498 dari 500 surel itu, ada sebuah surel dari pengirim bernama “Raka”, dikirim dua minggu sejak keberangkatanku ke negeri ini.







    Raka – April 13rd 2011
    To: Alysa
    Subjek: No Subjek

    Assalamu’alaykum
    Bagaimana kabarmu, dek? Udah ketemu sama Doraemon? J

    Maaf ya, harusnya waktu itu aku tidak membiarkanmu pulang sendiri di tengah hujan.. Kau tidak demam kan setelahnya? Berharap tidak J
    Hmmm, maaf ya, harusnya aku cukup dewasa menyikapi masalah kemarin. Tidak seharusnya aku memintamu untuk tidak mengambil beasiswa itu, yang aku sayangkan kenapa kamu tidak memberitahuku perihal beasiswa itu. Aku juga kecewa kenapa kamu tidak bercerita apa alasanmu mengambil beasiswa sesegara ini, tapi aku sudah tahu jawabannya.

    Maaf tidak sempat menyapamu saat di bandara. Sukses ya jadi ensteinnya J
    Oh iya, kapan rencananya kamu pulang? Jangan lama-lama di Jepang ya J

    -Raka

                Berulang kali aku membaca email yang dikirimnya tiga tahun lalu. Email yang terlanjur mengerak. Apakah kak Raka masih menungguku pulang?  Hatiku ragu bertanya.
    ***
    -Raka-
                Negeri ini memang selalu menarik. Bukan hanya karena teknologinya yang mutakhir. Tapi juga tentang jawaban dari begitu banyak alasan yang tidak punya penjelasan.


    ***
    -Alysa-
               
                Aku masih tertegun membaca email itu saat seseorang mengetuk pintu dormku. Pagi ini aku merasa belum memesan makan untuk sarapan. Tidak berniat pergi ke mana pun dan bersama siapa pun juga. Aku pun beranjak, meninggalkan email itu dengan begitu banyak pertanyaan.
                “Doozo ohairi kudasai..”
                Rentetan pertanyaan seketika mengantre untuk ditanyakan begitu tahu siapa orang yang mengetuk pintu dormku pagi ini. Namun, semuanya buyar, ribuan pertanyaan itu mengkristal menjadi satu tanya, “Kak Raka?”
               




    Continue Reading
    Ingin aku kenalkan kalian pada seseorang. Sungguh, dia benar-benar orang. Sebut saja ia "dia". Kami tidak kembar. Mirip? Mmmm sepertinya tidak. Tapi untuk beberapa hal kami sama. Sifatku. Perangaiku. Ya, itu karena aku banyak berkaca darinya. Dia mempengaruhiku dalam banyak hal. Yang membuatku nyolot dan songong juga dia, iya dialah pelakunya. Bahkan akhir-akhir ini aku baru tau jika password handphone kita sama.

    Untuk beberapa hal kami mungkin sama, tapi untuk banyak hal, kami berbeda, sangat berbeda. Dia tahu benar sifatku yang mudah sekali menangis, tapi entahlah, dia selalu bersemangat mengerjaiku. Beberapa kali kami terlarut dalam pertengkaran hebat. Pertengkaran dalam diam. Dan aku sangat tidak suka dengan marahnya dalam diam. Membuatku takut.

    Aku selalu suka caranya berbicara denganku, caranya memarahiku, caranya menasihatiku, bahkan caranya mengkhawatirkanku yang sungguh membuat wajahnya buruk rupa (ups, haha). Tapi sekali lagi, aku tak pernah suka dengan caranya marah dalam diam.

    Dia pelindungku, dia tangguh tapi juga lembut hatinya. Aku juga tahu benar betapa keras kepalanya, bagaimana beraninya, bagaimana nyolotnya. Aku faham benar dia suka tantangan, karena hidupnya mengajarkannya itu. Dan aku sadar, dia hadir memanjakanku, tapi juga mendewasakanku.

    Seringkali ketika berbagai masalah datang, dia diam dengan murungnya, menjadi ogah-ogahan, mudah marah. Dan aku, ikut diam, tidak memerhatikannya. Itu karena aku tidak tega, tidak tega menghibur, tidak tega menasihati. Membiarkannya bermain dengan sepinya sejenak. Karena pada akhirnya, ketika dia perlu menceritakannya padaku, ekspresinya sudah berubah, hatinya lebih tenang. Saat-saat seperti ini yang tidak aku tahu darinya, entah dia berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri, atau ada orang yang membantu menyelesaikannya, atau ia dapat mengendalikan perasaannya. Tak semua jenis kepribadiannya kutahu persis. Yang kutahu, dia istimewa. Tapi sungguh tetap lebih menyenangkan melihat dia yang berbahagia dan sesekali tertawa ditengah keriwetannya (meski itu membuatnya kelelahan), daripada melihat dia tenang, hening, tapi hatinya awut-awutan.

    Dia begitu tangguh menghadapiku. Sungguh sangat tangguh. Dia yang tak berbakat menerjemahkan diamku. Dan aku yang batu. Atau patung tanpa ekspresi. Bahkan untuk sekadar berkata tidak.

    Dia suka sekali jalan-jalan. Berbeda sekali denganku yang lebih suka berdiam diri di rumah. Sering dia mengatakan, "orang punya uang banyak, tapi gak tahu mau disalurkan ke mana. Aku kebalikan, punya keinginan banyak, tapi uangnya yang gak ada..."

    Satu lagi, kita punya hobi yang sama: membaca. Dan setiap kali membeli buku, aku selalu berpikir, suatu ketika buku-buku yang mengisi rak-rak ini akan memiliki tuan yang lain, yang sama cintanya dengan mereka. Dan ternyata, dia juga mengatakan hal yang sama, lebih lagi jika hobi menulisku menjadi preferensi buku yang hendak dia beli. Dan aku tersenyum setiap kali mengingat hal itu

    Mungkin buku-buku itu yang membuat masing-masing dari kita bisa hidup dalam pikiran satu sama lain. Karena konstruksi pikiran kita diisi oleh buku yang sama, karena aku punya hobi meminjam bukunya :D





    Pesanku, perhatikan tubuhmu, jaga kesehatan, kau gampang sekali sakit akhir-akhir ini, dan teruslah mengingat Allah. Karena kekuatan hanyalah milik Allah. Semoga Allah tuntun, Allah lindungi, dan Allah teguhkan kedudukanmu di dunia dan di akhirat. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin :)


    Dandelion, 18 Juni 2015

    With love
    Azifah Najwa

    Continue Reading
    Jika kita sering mendengar dan mengatakan bahwa jalan dakwah ini adalah jalan yang ditempuh para Nabi, maka kita pun seharusnya sudah memahami dan menyadari karakter perjalanan ini yang memang bukan perjalanan yang nikmat dan nyaman serta penuh santai.

    Tapi inilah jalan yang sudah kita pilih, untuk kita lalui dalam hidup dan menuju kebahagiaan hakiki di akhirat. Maka kita harus mengikat diri dengan jalan inidengan saudara-saudara kita di jalan ini.
    Begitu banyak warna dalam perjalanan kita, ada yang tetap bertahan, namun tidak sedikit yang pergi meninggalkannya.

    Beginilah jalan dakwah mengajarkan kita tentang ukhuwah, tentang pengorbanan dan keikhlasan. Kadang kesal, kadang lelah, kadang ada canda dan tawa. Tak kuat rasanya untuk bertahan, namun sayang tuk ditinggalkan. Kadang hati bertanya, “yaa Allah…kapan kami bisa  beristirahat dari jalan ini?” Lalu Allah menjawab, “ketika kaki-kaki kalian menginjak surga…”

    Dalam tiap fase, selalu ada pekerja-pekerja dakwah yang kelelahan. Jika mereka lelah karena mengusung kebenaran, niscaya Allah akan menguatkan mereka kembali. Tapi jika mereka lelah karena tergoda dunia, maka akan ada banyak pekerja lain yang bersedia menggantinya. Ketahuilah bahwa dakwah tak pernah kehabisan pekerja. Ikut atau tidaknya kita, kereta dakwah akan terus melaju menuju surga.

    Sungguh, jalan dakwah adalah jalan yang panjang, dakwah butuh perencanaan yang matang dan evaluasi untuk tidak terjebak pada lubang yang sama. Ia tidak bersama orang yang terburu-buru memetik buah sebelum masak, tetapi ia tidak pula bersama orang yang menunggu tapi tidak menanamnya.

    Para pembawa perubahan bukanlah mereka yang bangga dengan karya pendahulunya. Para pembawa perubahan adalah mereka yang tampil menunjukkan, menampilkan usaha dan karyanya sendiri.
    Continue Reading
    Kau yang tak berbakat menerjemahkan diamku. Dan aku yang batu. Atau robot tanpa ekspresi. Bahkan untuk sekadar berkata tidak. Aku yang diam-diam menangis dan menyembunyikannya di ruang yang tak pernah bisa kau temui.

    Kau yang tak berbakat menerjemahkan diamku. 
    Dan aku yang tak pernah mau bersuara.



    Dandelion, 2 Mei 2015
    Azifah Najwa


    Sungguh kau sangat tangguh menghadapiku :)

    #latepost
    Continue Reading
    Mimpi Day-1

    Sungguh, mimpi ini benar-benar seperti nyata


    Seperti kan? Berarti tidak nyata


    Ihhhhh, aku bisa dengan jelas merasakan setiap degup jantungku menjelang hari H. Kalian yang mulai meributkan baju dan sebagainya. Ini nyata, Biillll

    Tapi, sayang banget, kenapa si aku kebangun sebelum hari H. Kan aku juga pingin liat calonku dulu seperti apa.


    Wkwkwkwkwkwk
    Kamu udah ngebet banget si, jadi segitunya :p


    Mimpi Day-2

    Biiiiilll, aku mimpi lagi!!


    Akal-akalan lu aja ya tidur biar ngimpi lagi


    Engga yaaaaaaa, serius ini

    Tadi mimpinya sampai akad


    Hah iya? Terus terus


    Aaa elu, tertarik juga kan


    -nyengir-
    Siapa mba calonnya? Siapa?


    Gatau


    Huuuuuu


    Gatau orangnyaaa


    Kaya gimana mba ciri-cirinya? 


    Kamu gatau, Billl


    Siapa tahu aku tahu, siapa tahu dia temenku


    Temenmu? Siapa?


    Bambang xD
    Hahahahahahahaa


    Raudhatul Jannah, 15 Juni 2015
    Azifah Najwa



    Keluarga kecil yang mood booster banget xD

    Continue Reading
    Kita, himpunan huruf yang disatukan
    menjadi kata. Bukan untuk melupakan, tapi meski satu kalimat tetap saling mengingatkan.



    Dandelion, 13 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Apakah dongeng seorang perempuan harus mati agar dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan?


    Dandelion, 12 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Karena aku memiliki sifat seperti tulang rusuk; dibiarkan semakin bengkok, diluruskan paksa bisa berakibat patah.
    Dan kau punya cara mengendalikannya.
    Bukan dengan membiarkannya semakin bengkok tidak juga membuatnya patah.
    :)


    Dandelion, 12 Juni 2015
    Azifah Najwa


    Percakapan siang ini
    Miss you so bad
    Continue Reading
    Mungkin lelaki dalam kisah ini cukup aneh dan kau jarang menemukannya, tapi perlu kau tahu lelaki seperti ini memang ada. Kalau kau tidak bisa menemukan banyak, kau akan menemukan satu, ya, ditulisan ini.

    Dalam kesehariaannya laki-laki ini mulai jatuh hati padamu. Aku setuju dengan pandangannya tentang sebuah hubungan, bahwa ia percaya bahwa tiada hubungan yang serius selain pernikahan. Dia sudah siap menikah? Mungkin sudah mungkin belum.

    Tapi dalam perenungannya ia mulai membayangkan hal-hal diluar logika, ia berharap kau akan menunggunya tanpa harus ia beri tahu. Perlu kau tahu, ia ingin kau mengharapkannya layaknya ia yang terus menyebutmu dalam do'a.

    Bukankah ini konyol, di tengah langkahnya yang terus berjalan menggapai mimpi, ia mengharapkanmu menunggu tanpa perlu dikasih tahu. Ada alasan aneh kenapa ia tak ingin memintamu menunggu. Ia berharap, kau menunggunya dengan tulus, dengan sepenuh hati, bukan karena kau tahu ia begitu mengharapmu menjadi masa depannya.

    Aneh kan?

    Tapi aku jatuh hati juga padanya, jadi siapa yang aneh? xD



    Dandelion, 11 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Hari ini wisuda ya?
    Berharap setahun apa dua tahun lagi diberi seikat bunga dari orang terkasih


    Aku gamau ngasih bunga, useless


    Yaaaaah
    Terus ngasih apa?


    Maunya apa deh?


    Yang spesial
    Special for me


    Apa ya?


    Yang spesial darimu

    Buku nikah misal


    Ga kebalik? .-.


    :D



    Dandelion, 11 Juni 2015
    Azifah Najwa



    Karena setiap momen itu berharga, maka kubuat ia beku dalam tulisan :)

    Continue Reading
    Selain dengan cinta.
    Aku percaya, kau juga menjagaku dengan doa.
     :)


    Dandelion, 10 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Saat memutuskan jatuh cinta, berarti siap untuk menjaganya,
    meski itu dengan menjaga diri kita sendiri



    Dandelion, 10 Juni 2015
    Azifah Najwa


    Menjaga untuk yang terjaga
    Percaya kok :)
    Continue Reading

    Ku tanya gadis ini kenapa tidak segera menikah?

    Ia bilang, "Aku masih kecil"

    Ia balik bertanya, "Kenapa kau belum menikah?"

    Ku jawab, "Karena kau belum besar"



    Dandelion, 10 Juni 2015
    Azifah Najwa




    Ada-ada aja xD
    Continue Reading
    Dan kau bertanya apa itu cinta?
    Cinta adalah ketika aku cukup denganmu tapi tak pernah cukup olehmu



    Dandelion, 9 Juni 2015
    Azifah Najwa



    Selain terik matahari, yang membuatku tiba-tiba melting siang ini adalah kau
    Iya kau :p

    Continue Reading
    Bismillah
    Setelah agak nyesek pake banget gara-gara final kemarin, alhamdulillah, paper yang ta kirim ke Belanda, lolos, lagi. Eh tidak, baru abstrak :D
    Kali ke tiga, Jepang, Belgia, dan Belanda :D
    Tak ingin berhenti mengucap syukur rasanya. Dan tugas untuk menyebarkan ilmu yang aku punya semakin besar. Bismillah

    Entahlah, untuk banyak kesempatan aku sangat bersyukur dengan sifatku yang ya katakanlah brisik dan tak mau diam ini, satu lagi nyolot. Aku bisa dengan mudah akrab dengan semua orang. Bisa dengan mudah punya banyak teman. Belum lagi yang kata beberapa temanku aku memiliki kemampuan berdiplomatis, tsaaaah, padahal samasekali tidak merasakan hal itu, sama, mereka juga menganalisis kalau aku tipe orang koleris-sanguinis, padahal lebih merasa melankolis-koleris, biarlah orang menilai apa tentangku, yang jelas sekarang bagaimana ilmu yang tak banyak ini bisa dibagikan, ada yang mau belajar bikin paper? Karya ilmiah? Sini sinii main ke kosan :D

    Rabb, jika aku mengirimkan paper ke arsy-Mu agar kau matikan aku dalam syahid di jalanMu apa akan kau acc juga? :')



    wa amitha 'alaa syahaadati fii sabiilik..

    Purwokerto, 9 Juni 2015
    Nabila Faradina Iskandar

    Continue Reading
    Aku tak tahu rindu ini apakah perpisahan atau pertemuan.
    Rindu muncul kala kau tak ada
    Dan dengan rindu, kau jadi ada



    Dandelion, 9 Juni 2015
    Azifah Najwa


    Yes, you're right :)
    Thanks a lot
    Selamat menimba ilmu, aku selalu tahu, kau punya cara sendiri untuk berprestasi :)
    Continue Reading
    Jarak tidak memisahkan apapun tentang rasa, persepsi kita saja yang berlainan.


    Dandelion, 8 Juni 2015
    Azifah Najwa


    --- ceritanya lagi kangen, padahal baru ditinggal pergi sehari .-.
    Continue Reading
    Di temani hujan kota satria, sedang membereskan kepingan hati dan otak yang yaa katakanlah nyesek, tapi benar, mungkin aku terlalu berharap dan optimis, jadi ya merasa kecewa, faghfirlana, padahal aku faham benar kalau tidak boleh menaruh harap selain pada-Mu Rabb

    Mulai move on dari beras analog, siap tempur dengan nanoteknologi, setelah hampir satu semester melahap hampir 50 jurnal tentang nanotek, saya rasa muatannya sudah cukup, dan siap tempur. Malam ini deadline, malam ini juga harus diselesaikan. Jangan dilupakan juga to do listmu, Bil, tugas-tugas dan laporan.

    Mulai ekspansi ke 2014, mengkader penerus pejuang keilmiahan, satu hal, karena fardu kifayah bukan hanya tentang menyholatkan jenazah :)

    Kekuatan terbesar datang dari diri sendiri oleh orang-orang terdekat, selalu.

    Terima kasih :)

    Rentang Tunggu, 7 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Sebenarnya cerita ini sudah saya redam, saya biarkan menjadi penghuni buku diary saja, hanya orang-orang tertentu yang saya ceritakan tentang cerita ini. Ini tentang skenario Allah, saya selalu percaya, skenario Allah sungguh indah, dan kemarin, baru saja kemarin saya membuktikannya lagi. Mimpi ke 53, "Career Sharing Gamais diisi oleh Akh Kiki Yulianto". Menuliskan mimpi itu setahun yang lalu, posisi saya masih menjadi staff departemen ilpus kala itu, jadi saat saya menuliskan itu saya merasa tenang, ah masih ada kadept ilpus ini. Dan akhirnya, saya bergantung pada diri sendiri, karena saya yang diamanahi menjadi kadept itu.

    Jika dibilang kurang persiapan, tidak, sama sekali tidak, acara ini kita siapkan sejak awal April, minggu pertama April, karena saya memang tidak suka segala sesuatunya mendadak, jadi di timeline pun saya buat agar waktunya cukup. Setelah terbentuk panitia dan beberapa kali syuro, Career Sharing akan dilaksanakan tanggal 1 Mei, selepas UTS, semuanya sudah siap, kecuali pembicara, belum kelar pembicara tanggal 2-3 Mei Gamais akan mengadakan jaulah ke UGM, otomatis, Career Sharing pasti diundur. Di rapim pertama fix diundur tanggal 9 Mei, tapi di rapim kedua 9 Mei ada Dauroh Mar'atus Sholiah, baiklah, diundur lagi menjadi tanggal 30 Mei, tapi apa daya, tanggal 30 Mei auditorim sudah dipinjam oleh salah satu UKM, dan idealisme kami untuk tetap menggunakan audit begitu tinggi, alhasil solusi dari waketum Career Sharing diundur menjadi 31 Mei.

    Meskipun untuk 31 Mei, segala persiapa telah siap kecuali pembicara. Pembicara saya hubungi dari mana saja, mulai dari dosen, trainer, hingga pengusaha, akhirnya pilihan pertama kami adalah seorang trainer, masih muda, tapi bisa dibilang prestasinya luar biasa, beliau pun pakar dalam bidang gerakan sosial, sesuai tema kami. Setelah saya hubungi, beberapa kali saya dibuat pening, sungguh sangat pening rasanya, bayangkan untuk acara Career Sharing pembicara meminta agar saya mencarikan pesawat, Rabb! Untung di Purwokerto ga ada bandara, saya hanya bis berucap itu kala itu. Setelah saya jelaskan kondisinya, pembicara setuju menggunakan kereta, dengan catatan kereta eksekutif, yang saya tahu Allah Mahakaya, cuma bisa berucap itu, selesai itu pembicara minta fee yang luar biasa fantastis, uang beasiswa saya habis kalau cuma untuk membayat fee itu, berkali-kali saya istighfar, dan bismillah akhirnya kita batalkan, kondisinya H-7, pembicara belum ada, jelas publikasi belum disebar.

    Karena tidak juga menemukan titik temu, akhirnya kami syuro, dan diputuskan bahwa pemateri adalah dosen, dosen-dosen yang saya rasa kompeten saya hubungi, tidak terhitung berapa kali saya keluar masuk ruangan dosen, LPPM, rektorat, dsb, yang saya tahu, hasil tak akan mengkhianati proses. Setelah keluar masuk ruangan dosen, akhirnya saya belum juga menemukan siapa dosen yang tepat, faghfirlana ya rabb! Tapi akhirnya, salah satu dosen merekomendasikan sebuah nama, tanpa berlama-lama, saya hubungi dosen itu dan alhamdulillah, deal. Besok paginya saya menemui beliau. Saya jelaskan TOR Career Sharinh dan waktunya, dan lagi-lagi, Allah masih ingin menguji ketangguhan kami, pembicara meminta agar Career Sharing diundur menjadi tanggal 6 Juni, dosen keberatan kalau acaranya hari Minggu, dan bismillah, kami undur untuk ke 5 kalinya menjadi tanggal 6 Juni.

    Segalanya persiapan kami cek ulang dari awal, publikasi langsung kami sebar. Tapi lagi-lagi Allah punya skenario lain yang saat itu kami juga tidak tahu apa, H-7 sebelum hari H, staff saya mengubungi saya, dia mengabarkan kalau tanggal 5-7 ada praktikum untuk seluruh mahasiswa agroteknologi dan agribisnis 2014, faghfirlana ya Rabb!! Keep calm meskipun sebenarnya awut-awutan.

    Dan saat itu juga saya segera menghubungi waketum, meminta pendapat beliau bagaimana kalau Career Sharing diundur menjadi tanggal 13 Juni, waketkum pun mempertimbangkan dulu, karena tanggal 13 ada agenda Evaluasi Gamais, sambil menunggu kabar dari ketum, Akh Gempur, mengirimkan screen shoot status Facebook, sejak hari itu, mood saya untuk online menurun, saya tidak ingin melihat chat room Ilpus Cerdas, saya tahu dan faham benar kegundahan yang dirasakan staf-staf saya. Kalian tahu itu screen shoot status Facebook siapa? Akh Kiki Yulianto, di status Facebooknya beliau mengabarkan bahwa beliau ada di Jawa sejak tanggal 2-7 Juni, tanpa pikir panjang, segera saya hubungi, berbagai pikiran mulai berkecamuk, bagaimana nanti biayanya, bagaimana nanti pesertanya, tempatnya, dsb, yang penting saya hubungi dulu.

    Agak lama menunggu jawaban beliau, saya maklum. Dan alhamdulillah, beliau bersedia, dengan syarat saya menyediakan 200 peserta. Itu urusan nanti.

    Alhamdulillah, Career Sharing berjalan lancar, setelah diundur 7X, dan alhamdulillah tak kurang 80 peserta berhasil terinspirasi oleh akh Kiki.
    Ada banyak rasa syukur dari berjalannya Career Sharing. Allah tahu benar kalau saya ingin Akh Kiki yang menjadi pembicara, dan akhirnya, kesampaian juga, tidak harus membelikan tiket pesawat pula, dengan peserta yang lebih banyak dari perkiraan. Dan satu hal, Allah tidak mengizinkan Career Sharing dilaksanakan tanggal 6 karena saya harus final LKTI, dan kalian tahu? Tanggal 6 kemarin tidak ada praktikum untuk 2014.


    Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? :')


    Ditulis di bumi satria, semoga sampai di arsy-Nya :)

    7 Juni 2015
    Hari ini saya pengumuman final LKTI .-.
    Continue Reading
    Bagaimana kalau kau tahu jika di luar sana ada orang lain yang juga sangat mencintai orang yang kau cintai?
    Bahkan memaksa Tuhan agar menjodohkannya
    Medo'akannya tanpa sepengetahuanmu dan orang yang kau cintai
    Kau tahu kan kalau do'a yang dipanjatkan secara diam-diam lebih mustajab?

    Bagaimana?
    Kau akan ikut-ikutan memaksa Tuhan juga agar menjodohkannya denganmu?
    Mendo'akannya diam-diam juga agar berjodoh denganmu?


    Tidak


    Lalu?


    Aku akan memintanya untuk datang ke orang tuaku
    Memintaku baik-baik
    Tidak harus dengan memaksa


    Jadi?


    Jadi, kapan kau akan datang ke orang tuaku? :)




    Dandelion, 6 Juni 2015
    Azifah Najwa

    Continue Reading
    Ga kerasa ya sudah selama ini kita dekat


    Kerasaa yaaa
    Sudah berapa kali coba aku ngambek


    Ga keitung udah berapa kali


    Ga keitung?
    Segitu seringnya aku ngambek ya?


    Coba kamu itung, berapa kali? Aku ga pernah tahu berapa kali kamu membuatku jengkel, 

    Yang aku tahu hanya berapa kali kamu membuatku tertawa bahagia


    Berapa?


    Selamanya :)



    Dandelion, 3 Juni 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Remember the day
    I borrowed your phone and left it

    I thought you'd kill me

    But you didn't

    Remember that day,
    I'm forget to eat all along day and I get stomachace

    I tought you'd abandon me

    But, you didn't


    Remember that day
    I required you to take a bath before you go and you left out the train

    I thought you'd hate me

    But, you didn't


    And last night,
    I required you to make a poster
    You didn't sleep all along night

    I thought you wouldn't cared me

    But, you didn't


    There where lots of things you didn't do

    But, you loved me

    Protect me

    Care me

    There were lots and lots of thing I wanted to make up to you

    Thank's a lot :)



    Dandelion, June 4th 2015
    Azifah Najwa


    Love you :)
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ►  2021 (10)
      • ►  November (1)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ▼  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ▼  Juni (47)
        • Hari Ini
        • Menemukan Imam
        • Rumit
        • UAS Day-1
        • Pertemuan Pertama
        • No Matter
        • Mereka
        • Nothing
        • Rindu
        • Melukis
        • Apa Rasanya?
        • Perasaan Perempuan
        • Duniaku
        • Meja Makan
        • Selembar Gambar
        • No Title
        • Romantic by Accident
        • Seperti Fatimah
        • Mencintaimu
        • Bidadari Surga
        • Rindu
        • Buku
        • Tulisan
        • 22.00 p.m
        • 06.38 a.m.
        • Dandelion - Kristal
        • About
        • Dari SC untuk Calon DK 3
        • Dandelion
        • Mimpi
        • Kita
        • Dongeng Seorang Perempuan
        • Karena Aku
        • Aneh
        • Wisuda
        • Selain
        • Menjaga
        • Kenapa
        • Cinta?
        • :D
        • You said....
        • Persepsi Jarak
        • Cerita Selepas SSC
        • Career Sharing
        • Jadi?
        • Berapa?
        • But, You Didn't
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • Pertemuan
      Seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada pertemuan yang tanpa sengaja pun yang sengaja untuk tidak disengaja atau tidak sengaja untuk mencoba...
    • 08.17 p.m.
      Cinta adalah ibu yang setiap hari memasakan makanan untuk kami, dan tak sabar melihat anak dan suaminya tak beranjak dari meja makan karena ...
    • Do'a-Do'a
      Apa yang ada di benak kita, apa yang terus kita khawatirkan adalah do'a-do'a yang tanpa sengaja terus kita dengungkan Iya, do'...
    • Dandelion - Perbedaan
      Aku suka saat kita memperdebatkan hal-hal kecil. Aku suka saat kau memarahiku karena sesuatu yang aku anggap benar tapi salah bagimu, begad...
    • Dandelion, Done!
      Sebelum menutup kisah ini, boleh aku bertanya kepadamu? Tentang kapan Waktu yang diperbolehkan untukku berhenti menghitung cinta yang ka...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top