Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home

    Hal yang paling jago saya lakukan sebagai prempuan dan juga mahasiswa tingkat akhir adalah ketiduran. Ketiduran setelah subuh-subuh. Ketiduran sehabis nyuci. Ketiduran sehabis ngerjain revisian padahal baru 1 halaman. Ketiduran setiap kali kepala saya menyentuh benda yang cukup nyaman, tidak butuh waktu lama, tidak pandang bulu di mana tempatnya. Termasuk ketiduran pas udah bilang gamau tidur padahal ada yang nungguin makanan buat sahur padahal udah di telpon berkali-kali dan hanya adzan subuh yang bisa membangunkan. Semudah itu saya tidur dan tanyalah hanya pada "alarm" saya betapa sulitnya saya dibangunkan.

    Seperti sahur beberapa hari lalu, seingatku aku hanya merebahkan badan sambil nunggu nasi matang, tapi yang terjadi saya tidur dan hampir 1 jam,  dan setelah itu saya panik bukan kepalang. Hahaha. Saya menikmatinya, meski sering dibuat panik olehnya. Saya menikmatinya, meski sering dibuat bingung olehnya. hagahaghag


    Purwokerto,  20 Juni 2017
    Azifah Najwa


    Continue Reading

    "Udah di pinjemin buku?," tanyanya siang tadi. Aku baru membuka dan membalasanya sore, karena hapeku harus masuk tempat reparasi sejak siang dan baru bisa diambil sore hari.
    "Ga sempet," jawabku singkat
    "Hmmm," dari jawabannya dia nampak kecewa
    "Emang mau langsung dibaca?," tanyaku, sebut saja aku sedang membela diri
    "Suudzon," balasnya lagi
    "Kan biasanya juga gitu, ga langsung dibaca"
    "Suudzon mulu"

    Ah, deg. Rasanya aku baru saja mematikan semangat seseorang yang bahkan kemarin-kemarin aku harus berulang kali memaksanya untuk sekadar membaca, rasanya aku baru saja mematahkan keinginan seseorang yang mungkin dalam hati kecilnya mulai tahu kekhawatiranku tentang studinya, bukankah orang-orang yang hidup dalam impiannya hanya perlu dipercayai?
    ------------------------------
    Alangkah mudah hati ini berprasangka buruk. Bermodalkan ketidaktahuan dan ketiadaan keinginan untuk mencari tahu, prasangka itu tumbuh tanpa hambatan. Subur, bahkan.

    Padahal, jika mau menunggu sejenak lebih lama, jika mau bertanya “Apa?” dan “Mengapa?” Prasangka itu tidak perlu keluar dari kepala.

    Prasangka mungkin sangat sulit untuk dihindari. Barangkali ini berkaitan dengan kecenderungan naluriah otak manusia yang bekerja dengan salah satu prinsipnya, yaitu : mempertahankan eksistensi.

    Tapi,

    Kita punya pilihan untuk tidak mengungkapkannya. Menahannya agar tetap dalam kepala.

    “Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ada tiga perkara yang ketiganya memastikan bagi umatku, yaitu tiyarah, dengki, dan buruk prasangka. Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah cara melenyapkannya bagi seseorang yang ketiga-tiganya ada pada dirinya?” Rasulullah Saw. menjawab: Apabila kamu dengki, mohonlah ampunan kepada Allah; dan apabila kamu buruk prasangka, maka janganlah kamu nyatakan; dan apabila kamu mempunyai tiyarah (pertanda kemalangan), maka teruskanlah niatmu.“ (HR. Thabrani)

    Rasulullah saw tidak secara eksplisit meminta kita untuk tidak berprasangka. Namun, jika kita memiliki prasangka buruk, beliau meminta kita untuk tidak menyatakannya.

    Dalam ayat tersebut juga dikatakan "Jauhilah kebanyakan dari prasangka.” Bukan “Jauhilah seluruh prasangka,” karena boleh jadi ada prasangka buruk yang memang 'berguna’. Seperti prasangka soal sekumpulan orang bermotor membawa cangkul dan arit yang saya ilustrasikan tadi. Atau prasangka seorang petugas di bandara terhadap calon penumpang yang dicurigai membawa narkoba.

    Poinnya adalah, secara manusiawi, kita diberi otak yang darinya kerap muncul berbagai pikiran, termasuk juga prasangka. Dan otak kita tak serasional yang kita kira. Prasangka buruk seringkali muncul karena 'kemalasan’ otak untuk mau bertanya dan berpikir lebih luas.

    Sebagian prasangka jika diungkapkan sebelum nyata kebenarannya, hanya akan menyakiti, menimbulkan kegaduhan, dan bisa jadi menzalimi seseorang. Dan bukanlah termasuk muslim jika orang lain tidak selamat dari kejahatan lisannya.

    “Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” (HR Bukhari)

    Semoga denganmu aku senantiasa kembali belajar untuk menjadi tuan atas pikiran dan kecenderungan manusiawiku sendiri. Untuk tidak buru-buru menyatakan prasangka, untuk mau bersabar menunggu, untuk mau mencari tahu, untuk menjaga perasaanmu


    Maaf atas kemalasanku untuk bertanya lebih jauh padamu. Maafkan aku jika prasangkaku pernah menyakitimu..


    Purwokerto, 16 Juni 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Pernah kau membayangkan, betapa kecewanya orang yang telah menaruh kepercayaan padamu, yang dalam diamnya ia susah payah menenangkan dirinya dari rasa curiga yang acap kali datang. Kau tahu betapa susah payahnya dia? Dan kau, diam-diam menyepelekan rasa percayanya


    Purwokerto, 13 Juni 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Semakin hari, aku semakin mengenal banyak hal tentangmu, hafal jam biologismu, tahu apa saja makanan yang membuatmu ingin makan lebih banyak, dan ternyata "berkawan" denganmu benar-benar membuatku nyaman. Semakin hari, aku semakin tahu, jika kamu benar-benar merekam banyak hal yang aku sampaikan, entah a,b,c, z kandungan bahan makanan, entah ceracauanku, entah kesalku yang acap kali meledak-ledak, entah apa saja yang aku ingin capai, entah apa yang aku tidak suka darimu, lalu diam-diam kau memperbaikinya. Semakin hari, aku semakin tahu, jika dibalik kemampuan mengingatmu yang sering aku bilang buruk, ternyata kau mengingat dengan baik apa-apa saja keinginanku, jika Allah adalah sebaik-baik nawaitu, maka you are the reason why I'm strong. 

    Semakin hari, aku semakin sadar bahwa waktu berjalan begitu cepat. Hingga kini aku sampai pada suatu titik di mana setiap keputusan yang diambil bersifat permanen, mulai dari karir hingga pasangan hidup. "Jangan terlalu pilih-pilih suami ya.." Kata saudaraku suatu waktu. Ah, bagaimana mungkin, milih suami itu sampai surga. 

    Semakin hari, aku semakin sadar bahwa semakin dewasa kita semakin ingin menjadi anak-anak. Di mana setiap keputusan tidak perlu memikirkan resikonya, bahkan tanpa memikirkan apa kata orang. Seperti keputusan ingin menjadi astronot misalnya.

    Semakin hari, semakin kita mengerti bahwa memaknai ramadhan bukan hanya sekadar memaknai euforianya, buka bersama di mana-mana atau baju lebaran. Tapi mempersiapkan kehidupan yang lebih baik untuk satu tahun yang akan datang. Juga mempersiapkan ramadhan terbaik seperti seolah-olah kita tidak akan menjumpai bulan suci ini. Faghfirly...


    Purwokerto, 11 Juni 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Tidak banyak yang tahu tentang perjuanganmu, tidak banyak yang mengerti tentang perjalanan dan upayamu untuk melaluinya selama ini. Jangan khawatir sebab itu sama sekali tidak mengurangi nilai dirimu, sama sekali tidak membuat perjuanganmu sia-sia.


    Bil, kayaknya kamu ga ada capeknya ya? Ngerjain ini-itu, lanjut S2, hak paten. Tau-tau abis ini kamu lanjut kuliah di negeri mana. Ah engga, tiba-tiba hafalanmu jadi 10 juz jangan-jangan.
    ___________________________________________________

    "Keracaa keong keraca keooong.....," terdengar suara seorang anak yang mungkin usianya baru 10 tahun melawan derasnya hujan. Sesosok anak yang pada usia yang sama aku menghabiskan waktu soreku untuk mengaji di TPQ 4 kali seminggu dan sisanya aku gunakan bermain, tapi dia? Menjajakan jualannya dari perumahan ke perumahan, "Rumahnya di mana, Dek?," tanyaku suatu waktu. "Deket stasiun mba." Cukup jauh dari kosku, bahkan aku pernah ketinggalan kereta yang jika ditempuh dengan sepeda motor membutuhkan waktu 10 menit, dengan kecepatan 70 km/jam, dengan menerobos lampu merah. Lalu apa yang membuat kakinya kuat melangkah sejauh ini? Menembus hujan Purwokerto yang derasnya acap kali membuat kita malas keluar kosan meski ada jas hujan.
    ___________________________________________________

    Itu hanya satu dari sekian banyak kisah atau cerita yang kita tahu. Apakah nampak berat? Apakah nampak bahwa ujian kita masih lebih besar dari yang lain? Dari kisah-kisah orang yang aku jumpai selama melakukan perjalanan they are strong for a reason, iya sebuah alasan. Entah karena orang tua, entah karena orang yang dicintai, entah karena anak-anak kita, alasan itu yang menjadikan impossible menjadi possible, yang menjadikan hal yang berat dapat di jalani, sesuatu yang sulit dapat diatasi. Menjadikan ridha Allah motivasi, bukankah itu sebaik-baik nawaitu?

    Coba ditengok lagi, jika kita masih berat menyelesaikan tugas-tugas kita, bisa jadi karena kita tidak punya alasan, tidak usah dibuat-buat, bahasa tubuhmu lebih jujur menjawabnya :)



    Hampir lewat tengah malam
    Purwokerto, 10 Juni 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ►  2021 (10)
      • ►  November (1)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ▼  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ▼  Juni (5)
        • Ketiduran
        • Prasangka
        • 10.56 p.m
        • Day-16, Semakin Hari
        • Ramadhan Day-15
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • Kau
      Kau lebih dari sekadar puisi, membahasakanmu mendamaikan hati Rentang Tunggu, 22 April 2015 Azifah Najwa Hati-hati :)
    • Perjalanan
      Perjalanan apa pun, yang dilakukan malam hari biasanya sukses memutar semua memori tentang apa pun yang ada di dalam hati Rentang Tun...
    • Berjalan Sendirian
      Berjalan sendirian bukan berarti kau membiarkan yang lain untuk berjalan sendirian Atas dasar apa pun mereka belum tentu bisa dipaksa berj...
    • Dandelion-11
      Engkau boleh bertanya pada matahari pagi yang masih setengah sayu tentang rinduku, dia tahu, dia sering menertawakanku karena itu Ren...
    • Dandelion - November
      Selamat datang November :) Be mine please Final LKTI, Tekad, Lomba debat, DM 2! Selamat dicetak Dan, semoga pemba...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top