Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home

    Jika caraku untuk memberitahunya bahwa aku mencintainya adalah dengan mengatakannya, menulis tentangnya, menyatakan kekagumanku padanya, juga menyampaikan apa yang tidak aku suka, maka caranya lain, yang hingga detik ini aku juga tidak pernah tahu bagaimana cara yang ia lakukan untuk meyakinkanku bahwa ia adalah orang yang aku cari. 

    Iya aku tidak tahu, aku tidak tahu apakah bahasa cintanya dengan memberikan waktu terbaiknya, apakah bahasa cintanya dengan mengajakku mengenal dunianya, tahu apa film kesukaannya, tahu apa makanan kesukaannya, apakah bahasa cintanya dengan memastikan aku merasa aman dengannya, merasa nyaman bersamanya, bebas mengekspresikan semuanya.

    Ia tak pandai merangkai kalimat cinta, aku tahu. Tak akan mau memberiku bunga. Tidak jua memahami bagaimana penelitian membuatku jatuh cinta.

    Karenanya, sejak mengenalnya lima tahun lalu, aku juga tidak berharap ia seperti orang-orang pada umumnya, membawakanku bunga, mengirim pesan cinta, dan sebagainya. Mungkin begitu caranya melatihku agar tidak bergantung padanya, yang pasti itu bukan keahliannya.

    Hingga siang tadi, saat lelah benar-benar tiada tertahankan, dan aku yang aku butuhkan hanya tidur sebentar. Tepat sebelum terlelap aku bilang, "Duluan aja, nanti kalau udah setengah jam aku nyusul". Maksudku benar-benar aku baik-baik saja tidur di mushola sendiri, toh aku terbiasa tidur di mushola-mushola stasiun selama ini, belum lagi cuaca yang panas siang tadi, sedangkan aku tahu AC adalah tujuannya ke toko buku ini. Aku tidak masalah ditinggal, aku akan baik-baik saja.

    Lalu aku terlelap dengan nyenyaknya, entahlah berapa lama, yang jelas aku tidur sangat nyenyak. Hingga saat mushola mulai sesak aku terbangun, dan terkejut melihatnya menungguku. Iya, aku benar-benar terkejut. 

    Ah ternyata selama ini aku abai, begitu banyak bahasa cintanya yang tak pernah aku menyadarinya.


    Surakarta, 3 April 2019
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Kesal tapi tak layak jika protes, tak tahu malu, jika protes, tidak tahu diri jika bilang kesal.

    Ya seperti biasa. Ya sudah, aku sudah terbiasa.


    Bogor, 29 Januari 2019
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Titik terendah seorang anak di usianya yang tak lagi anak-anak mungkin adalah ketika pendapatnya sama sekali tak dipertimbangkan oleh orang tuanya. Ketika pencapaiannya tak pernah dihargai, ketika keputusannya selalu diragukan. Pada titik ini rasanya tak ada hal yang diinginkan selain menjauh, berharap memiliki kehidupan baru, tanpa mengenal dan dikenal orang lain..


    Bogor, 24 Januari 2019
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Jika ada do'a yang tak pernah berhenti aku rapalkan, salah satunya pastilah kesempatan melanjutkan S2, dengan beasiswa. Meskipun qodarullah, aku masih harus lagi menyusahkan bapak-ibu. Apakah S2 terasa mudah bagi seorang Nabila? Aku jawab tidak.

    Aku harus berkali-kali meyakinkan diri sendiri apakah benar aku S2 karena memang aku dapat memanfaatkan ilmu itu, atau aku hanya ingin lari dari kehidupan yang sedang aku jalani sekarang? Dari pekerjaan yang membuatku acap kali mengeluh. Atau aku hanya ingin membuktikan kepada orang-orang kalau aku bisa S2? Faghfirlii...

    Tidak sampai di situ saja, aku masih bertanya-tanya, apakah aku bisa benar-benar menjadi dosen setelah aku S2? Ataukah justru sama saja dengan sekarang? Apakah aku bisa mendapatkan beasiswa? Kuliah seperti apa yang akan aku jalani nanti? Apakah aku harus sambil bekerja part time? Ataukah aku harus full time wirausaha? Apakah nanti jualanku akan laku? Apakah aku bisa membiayai hidupku sendiri? Jika aku tidak bisa mendapatkan beasiswa setidaknya aku tidak menyusahkan orang tuaku dengan membiayai hidupku sendiri. Apakah sebaiknya aku menikah setelah selesai S2? Jika aku menikah saat menjalani S2, apakah harus aku meminta suamiku membiayai kuliahku? Bagaimana jika gajinya hanya cukup untuk hidup sehari-hari. Apakah orang tuaku yang harus membiayainya? Tapi aku sudah bukan lagi kewajiban bagi keduanya....

    Sebanyak itu, sebanyak itu pertanyaan yang berkelindan di pikiranku, yang acap kali membuatku lebih suka sendiri, yang acap kali membuatku berkecil hati... Lalu, yang kau lakukan meremehkanku? Ah, bahkan rasanya aku berdiri di kaki sendiri rasanya tak mampu, bagaimana mungkin aku bersandar pada sesuatu yang membuatku lebih rapuh?

    Bogor, 23 Januari 2019
    Azifah Najwa



    Continue Reading


    Pingin punya temen. Yang aku bisa cerita kalau aku kesel, tanggal tua, Bogor hujan sepanjang hari dan payungku ilang. Pingin punya temen, yang kalau aku cerita aku pingin jadi dosen, lalu mendo'akan, bukan meremehkan.

    Dan rasa-rasanya, aku menjadi ragu, semakin ragu~



    Bogor, 22 Januari 2019
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Semalaman aku memilih tidur lebih awal dibanding ikut merayakan hiruk pikuk tahun baru, 2018 adalah tahun yang cukup mendewasakanku. Aku akui, meskipun orang lain tidak. Sejak awal tahun lalu, saat aku memutuskan pergi ke Bogor. Menapakai kota baru yang tak pernah terpikirkan aku singgahi sebelumnya, menjalani kehidupan baru, mengenal kehidupan orang-orang, berdamai dengan ego dan juga rindu, gagal mendapatkan beasiswa berkali-kali, gagal interview kerja berkali-kali, mengerti bagaimana diremehkan, ditinggalkan orang yang aku sayangi, dan terakhir memutuskan resign, memutuskan keluar dari zona nyaman, memulai pencarian baru.

    Memutuskan S2 dengan segudang pertanyaan, merintis usaha dengan tertatih-tatih, meskipun aku tahu akan selalu ada Ulfi. Menikah? Aku belum berani memikirkan, meskipun tahun ini masuk target teratas. Hanya tiga target besar itu yang ada di list #2019Goals ku. Apakah menjadi dewasa seperti ini? Menjadi takut bermimpi?


    Bogor, 1 Januari 2019
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Bagaimana jika kita sudahi saja?

    Bukankah kau masih ingin memanjakan egomu, sedang aku sebaliknya
    Bagaimana jika nyatanya selama ini aku tidak menemukan apa yang aku cari
    Bagaimana jika nyatanya aku menyesal pernah punya kesempatan untuk pergi tapi memilih tinggal

    Bagaimana jika aku merasa berjuang seorang diri, pura-pura meyakinkan diri sendiri bahwa aku bahagia, meski nyatanya aku selalu merasa hampa

    Bagaimana jika aku sungguh ingin menyudahi semua ini?
    Bagaimana jika jujur aku katakan, bahagiaku bukan lagi tentang kamu


    Bogor, 19 Oktober 2018
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ▼  2021 (10)
      • ▼  November (1)
        • Jogja
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • Pertemuan
      Seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada pertemuan yang tanpa sengaja pun yang sengaja untuk tidak disengaja atau tidak sengaja untuk mencoba...
    • 08.17 p.m.
      Cinta adalah ibu yang setiap hari memasakan makanan untuk kami, dan tak sabar melihat anak dan suaminya tak beranjak dari meja makan karena ...
    • Do'a-Do'a
      Apa yang ada di benak kita, apa yang terus kita khawatirkan adalah do'a-do'a yang tanpa sengaja terus kita dengungkan Iya, do'...
    • Dandelion - Perbedaan
      Aku suka saat kita memperdebatkan hal-hal kecil. Aku suka saat kau memarahiku karena sesuatu yang aku anggap benar tapi salah bagimu, begad...
    • Dandelion, Done!
      Sebelum menutup kisah ini, boleh aku bertanya kepadamu? Tentang kapan Waktu yang diperbolehkan untukku berhenti menghitung cinta yang ka...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top