Jejak-jejak Pelangi

8:04 PM

Tak pernah ada yang berhasil tau, kemana jejak pelangi pergi. Entah sore, entah senja, entah kemana. Tiba-tiba hujan mereda, menyisakan dingin dan tanya. Jejak-jejak pelangi. Masih disana, jejak-jejak pelangi. Aku dan kau.

Hanya wajahmu yang kemudian membuatku terkekeh dan lupa bahwa hidup yang kita jalani ini mensyaratkan banyak hal hanya untuk satu kata: bahagia. Di setiap jalan, bahkan persimpangan. Datang dari arah yang berbeda, sudut-sudut budaya dan bahasa. Ah, kau ini siapa, aku. Saling tidak tahu dan aku pun memang tidak berniat ingin tahu.

Cerita pertamamu membuatku tahu, bahwa derita lalu tak perlu lagi hadir untuk hari ini bahkan esok atau lusa. Aku suka biru, kau suka hitam. Aku benci dan kau suka tak kepalang. Aku akan tertawa dan berteriak tentang gemintang musim kemarau, kau berkeluh dan merindukan musim hujan yang telah lama lewat. Kau, masih menjadi orang pertama yang sangat berisik saat malam mulai larut. Seringkali, kau lebih mengenalku dibanding aku mengenalmu. Dan itu membuatku sangat malu pada diriku.

Jalanan musim hujan masih menyisakan cerita. Tentang suatu ketika kau jatuh dan menangis menyesali banyak hal dalam hidupmu. Aku hanya bisa menunduk, memberikan telingaku dan mendengarkan semua keluhmu. Aku tetap percaya kau. Sering kali, hanya untuk membantuku, kau berkorban apapun yang kau miliki, bahkan ketika badanmu telah berkata “tidak”. Saat itu pun, aku merasa menjadi seseorang yang paling beruntung juga paling bodoh.

Kau selalu suka apa yang kubenci, dan aku selalu suka apa yang kau benci. Pernah aku bertanya, mengapa orang seperti kita bisa begitu dekat. Lalu, aku menunjuk ke satu arah di ujung horizon jingga senja itu. “ Andai ada pelangi, maka itulah kita “. Sore itu aku langsung tahu, mengapa Tuhan mendatangkan kau padaku. Ia hanya ingin mengajarkanku bagaimana perbedaan bisa menjadi satu-satunya hal yang bisa membuatmu bahagia ketika kau mengenal dirimu dari orang lain.

Musim kemarau bulan Agustus. Di musim ini mungkin kita takkan menemukan pelangi. Tapi, aku telah menuliskan cerita pendek tantangmu. Sebuah cerita singkat yang tak pernah benar-benar ku tulis.

Aku masih biru, kau hitam, jingga, bahkan kuning menyala. Kita masih menyatu dalam satu kroma, meski musim hujan masih lama, akan selalu ada jejak-jejak pelangi di tempat pertama kali kita bersua.


Rentang Tunggu, 22 Agustus 2014 | Azifah Najwa

Love you :)


You Might Also Like

0 komentar