-Menjadi- Keluarga
3:00 PM
Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling
indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara
tiada tara adalah keluarga.
(Ost Keluarga Cemara)
Saat aku masih kecil, aku
selalu senang menonton sinetron Keluarga Cemara yang disutradarai oleh salah
seorang penulis favoritku, Arswendo Atmowiloto. Sinetron ini berkisah tentang
pergulatan hidup yang dialami oleh sebuah keluarga sederhana yang terdiri atas
Abah, Emak, serta ketiga anaknya, yaitu Euis, Ara, dan Agil.
Dari beratus episode yang ditayangkan,
semuanya berkisah tentang satu hal. Yakni kebijaksanaan hidup sebuah keluarga
dalam menyikapi segenap persoalan yang melanda. Sinetron ini sepi dari hiruk
pikuk gemerlap modernitas, ia justru menghadirkan potret kesederhanaan yang
memikat.
Melalui konflik dalam setiap
episodenya, aku belajar bahwa keluarga merupakan satu-satunya rumah kembali
paling nyaman, tempat berlindung paling aman, pelabuhan tempat berlabuh dan
bersandar paling dinanti. Keluarga adalah segalanya, karena dari keluarga lahir
pula segalanya. Kebaikan yang menjadi nilai utama sebuah keluarga akan
melahirkan cabang-cabang kebaikan lain yang dialirkan terus menerus, tanpa
henti.
Sebagai keluarga yang
demokratis, mereka senantiasa melakukan refleksi untuk memaknai pengalaman hidup
yang telah dilalui. Segala harap, asa, kecewa, suka dan duka menjadi bahan
bakar utama dalam menjalani hidup sebagai bentuk kepasrahan dan ketundukan
mereka pada Sang Pencipta.
Bersama pemahaman yang baik,
setiap anggota keluarga menjalankan perannya di masyarakat dengan teramat
luwes, tulus, terbuka, dan rendah hati. Mereka mengajarkan arti kebahagiaan
yang sesungguhnya. Kebahagiaan yang lahir dari penerimaan dan syukur atas apa
yang dimiliki, bukan apa yang tak dimiliki.
Kebahagiaan ini tentulah
lahir dari cinta sejati. Cinta yang bersemi dalam kelembutan, kesabaran,
perbaikan diri, penerimaan yang tulus, serta keikhlasan. Kita akan sama-sama
belajar dalam menumbuhkan dan merawat cinta kita, kan?
Bila tiba saatnya Allah
persatukan kita, aku ingin kita menjadi keluarga yang saling menjaga tanpa
mengekang, menghormati kebebasan namun tetap memberi perlindungan, serta
menjadi sebaik-baik rumah tempat melabukan segenap asa dan kerinduan.
Rindu. Rindu untuk saling
bertemu dan memperbaiki diri, hingga kita kembali pada muara asal kita dengan
sebaik-baik penerimaan,
“Wahai jiwa yang tenang,
kembalilah pada Rabbmu dengan hati puas lagi diridhai, maka masuklah dalam
golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam jannahKu.” (Q.S Al Fajr 27-30)
Menggapai ridha Allah adalah
tujuan. Bagaimana menuju kesana? Kita akan bahas dalam rapat dan evaluasi rutin
keluarga kita :)
0 komentar