Sebuah Opini: Ospek dan Tidak Ospek

11:56 PM

Setelah beberapa hari disibukkan oleh agenda musyker, malam ini pembahasan di sekre BEM lain. Musyker masih belum selesai tapi pekerjaan kami sudah banyak. Salah satunya OSMB yang selanjutnya akan disebut ospek.

Sejak SE Rektor yang diturunkan rektor tahun lalu menyebutkan bahwa ospek masuk dalam agenda akademik, beberapa fakultas dengan otomatis melaksanakan SE tersebut, memegang penuh kendali ospek, Fakultas Pertanian dan Ekonomi salah duanya. Beruntung pihak dekanat Fakultas Hukum dan ISIP masih memperbolehkan ospek dipegang oleh mahasiswa.

Di sini saya akan menyoroti sedikit terkait ospek di Faperta, mulai dari konsep acaranya maupun teknis keberjalanannya. Tentu saya harus menyajikan data jika ingin menunjukkan bagaimana ospek berjalan sesuai tujuan atau tidak. Dimulai dari konsep acara, saya rasa tiga tahun sejak saya terjun langsung ke dalam ospek, konsep ospek sangat jauh dari kebutuhan mahasiswa baru. Terlalu ekstrem memang jika saya mengatakan bahwa konsep ospek sangat jauh dari kebutuhan mahasiswa baru. Jika kita jeli, sudah bukan saatnya lagi mahasiswa baru dijejali dengan heroiknya sejarah pergerakan mahasiswa tahun 1966 ataupun 1998. Mahasiswa baru tidak suka belajar sejarah, itu kenyataannya. Tapi ajak mereka menciptakan sejarah. Atau pun hal-hal filosofis seperti Cinta Dunia Pertanian, ataupun Wawasan Dunia Pertanian. Wawasan Dunia Pertanian masih relevan tapi bukan pada konteks masalah yang ada di dunia pertanian. Bulshit jika mengatakan cinta dapat tumbuh dari masalah dan tidak sepenuhnya benar jika mencintai tapi tidak ingin menanggung masalah yang ada. Pertanian tidak hanya terkungkung pada masalah alih fungsi lahan. Pertanian juga tentang Hidroponik, pengembangan pestisida nabati, dan banyak sekali hal-hal yang bisa ditunjukkan bahwa mahasiswa baru memiliki alasan untuk mencintai pertanian. Memang benar, membentuk kepribadian seseorang tidak cukup kalau hanya dalam waktu tiga hari, apalagi di ospek terdapat beratus-ratus orang. Tidak usah berkhayal! Yang bisa dilakukan adalah membuka maindset mahasiswa baru, bahwa pertanian memiliki "prospek" yang menjanjikan, itu bukan yang memang mahasiswa baru cari di awal?

Saya yakin benar, para pegiat organisasi faham benar jika pembacaan kondisi objek menjadi hal penting yang harus dilakukan pertama kali sebelum membentuk konsep acara. Terwujudnya tujuan yang ingin dicapai diawali dari pembacaan konsep ini.

Selanjutnya adalah Peran Fungsi Mahasiswa. Jika melihat kondisi pergerakan mahasiswa dewasa ini, khusunya di Faperta, perlu adanya revitalisasi pergerakan mahasiswa. Salah satunya dengan gerakan sosial.  Mahasiswa masih dinantikan keberadaanya. Tapi bukan lagi sebagai aktor yang berlaga di jalanan. Lagi-lagi ini tentang pembacaan zaman.

Yang tidak kalah penting dari pembacaan kebutuhan ospek adalah redefinisi pelatihan kedisiplinan. Komisi kedisiplinan yang selanjutnya saya sebut komdis pun harus melakukan pembacaan zaman. Tidak relevan jika mereka masih harus berteriak-teriak hanya untuk mengatur barisan. Kampus bukan militer. Dan yang ingin saya soroti serta garis bawahi adalah, para pegiat komdis harusnya mereka yang bisa menjadi teladan, tidak hanya saat ospek berlangsung tapi juga saat ada di kampus. Tentu tidak lucu saat di ospek adik tingkat diperlakukan demikian tapi saat di kelas tugas saja harus menyontek.


Tulisan tanpa kesimpulan. Udah ngantuk.

Purwokerto, 12 Mei 2016
Azifah Najwa

You Might Also Like

0 komentar