Bersyukur!
6:01 PM"Andai ya ibu punya anak laki-laki, kan ga harus bapak yang nganterin ke mana-mana?"
"Apa, Bu, apa? Ibu mau dicariin anak laki-laki kayak gimana sih?," candaku suatu sore
"Laki-laki yang mudah bersyukur," jawab ibu
"Ibu mau anak laki-laki kayak gitu?," aku mengaskan
"Iya. Kenapa? Kamu mau nyariin?"
*Nyengir*
Percakapan itu telah melewati empat musim. Melewati siang dan malam. Melewati hujan dan terik. Melewati ratusan kilometer. Melewati begitu banyak detik.
Aku tidak tahu maksud ibu, seperti apa laki-laki yang mudah bersyukur itu.
"Bukankah aku bu yang harusnya menjadi prempuan yang mudah bersyukur?"
Hidup di zaman yang sangat meterialistik ini, segala sesuatu diukur secara materi. Dikalkulasi secara matematis, didata dengan benda-benda dan kepemilikan. Dan semakin ke sini, semakin menjadi-jadi.
"Bukankah lebih dibutuhkan prempuan yang bersyukur, Bu?"
"Minta ajarin aja nanti sama suamimu"
Entah harus menunggu berapa musim berganti lagi. Entah harus menunggu berapa kilometer yang dilalui lagi.
Purwokerto hujan, do'aku, "Ya Allah semoga hanya Engkau yang menjaga dan menjadi tujuannya..."
Rentang Tunggu, 24 September 2016
Azifah Najw
0 komentar