Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home


    Bismillah..
    Selamat siang, Purwokerto

    Mohon maaf, mungkin untuk beberapa hari ini kalian tidak akan menemukanku seperti biasanya. Maaf jika aku lebih suka tiba-tiba diam dan menjawab seperlunya saat kalian bertanya. Percayalah, aku baik-baik saja, setidaknya berusaha baik-baik saja


    Ah iya, benar, nyesek ya saat ngerasa tidak ada seorang pun dipihak kita.


    Ibu, syafakillah syifaan ajilan
    Maaf, Bu, belum bisa pulang :"


    Dan untuk adek yang sedang memperjuangkan kelulusannya, mba ingin mengajakmu kembali ke waktu dua tahun lalu.


    Masih ingat kan kalau hampir setiap hari mba menghabiskan waktu untuk menyelesaikan ratusan bahkan mungkin ribuan soal. Les setiap hari, sangat bersyukur masih bisa merasakan les. Dulu mba tinggal di kost, semuanya harus disiapkan sendiri, sering kalau qiyamul lail nangis, iri, iri dengan yang lain yang masih bisa mempersiapkan ujian di rumah, didukung penuh orang tua, ah iya, ibu pasti juga sering membuatkanmu segelas susu, makan masakan ibu setiap hari. Kau pasti lupa, iya karena dulu kau juga sibuk mempersiapkan kelulusanmu. 

    Jika kamu merasa kesulitan menyelesaikan soal-soal itu, teruslah berusaha, jangan malu untuk bertanya ke temanmu, ke gurumu, termasuk ke mba. Pagi tadi saat ibu telpon, ada yang tiba-tiba menghantam perasaanku, kau tahu apa? Kata ibu kau kesulitan menyelesaikan soal-soal kimia di try out-mu kemarin, sedang kakakmu ini pengajar private kimia. Saat itu juga mba rasanya pingin pulang, mengajarimu semua materi kimia, bagian mana yang kamu belum faham? bagian mana yang kamu masih belum bisa menyelesaikan? Kenapa tidak cerita sedikit pun ke mba? Ah tidak, mungkin kamu enggan, enggan mengganggu kakakmu, karena mba terlalu sibuk dengan urusan mba sendiri, karena mba sibuk dengan dunia mba sendiri, faghfirlii...



    Dek, saat mba menuliskan ini, yang mba ingat adalah masa-masa belasan tahun silam, saat begitu banyak waktu kita habiskan untuk berdua, kau dulu kecil, mba senang sekali menggendongmu, kau dulu selalu ikut ke mana pun mba pergi, bahkan saat ibu memarahimu, yang kau cari lebih dulu, yang kau panggil lebih dulu, aku. Ah, maaf, mungkin kau tak lagi merasakan kehadiranku, hingga saat kau kesulitan dengan soal-soal ujianmu kau sama sekali tidak memanggilku. Aku merindukan itu, merindukan saat kau memanggilku saat kau kesulitasan, saat semua orang tidak ada yang membelamu. 

    Kau tahu aku senang saat melihat foto-foto di medsosmu tentang Teknik Lingkungan, aku juga ingin begitu, aku ingin merasakan semangatmu di sini, meski jauh :''



    with love,
    your older sister :)
    Continue Reading

    Mungkin sebentar lagi kakak akan pergi

    Dan aku akan kembali disini sendirian

    Mungkin sebentar lagi kakak akan lebih memprioritaskan seseorang yang baru.. Sedang aku masih akan disini sendirian

    Aku tau waktu kakak denganku tidak akan lama.. Maka aku tau persis bahwa aku akan kembali berjuang sendirian

    Aku sadar aku tidak berhak menahanmu terlalu lama disampingku karena sudah ada yang pasti telah menunggumu diujung sana.

    Aku tau ini akan kembali seperti waktu dimana kita belum saling kenal. Dan aku paham betul bahwa sekali lagi, aku akan melanjutkan perjuangan ini sendirian. Dan aku baik baik saja.

    Semoga jannah bisa menjadi tempat kita melepas rindu.


    Kenalkan, ini kakak saya yang saya temukan di sini, panggil saja Mba Uzy

    Kata Mas Erwin sama Mas Bimo aku jelmaannya Mba Uzy, padahal bukan, Mba Uzy tinggi sedangkan aku hanya sepundaknya saja

    Foto ini diambil waktu aku ulang tahun, setahun lalu, dan tulisan ini aku tulis saat aku ulang tahun kemarin, 16 hari sebelum Mba Uzy wisuda, 30 hari sebelum Mba Uzy meninggalkan Purwokerto untuk entah sampai kapan.

    Aku baru saja main ke Baitunnisa, biasanya di kamar kedua aku menemukan Mba Uzy, lalu aku masuk tanpa permisi dan tidur di situ seenaknya, hingga lupa waktu, tapi kali ini tidak, kamar itu terkunci rapat, penghuni barunya sedang pergi, aku iseng mengetuk pintunya, berharap Mba Uzy membukakan pintu, ah aku salah, Mba Uzy tidak lagi di sini.

    Saat-saat seperti ini biasanya aku segera menemui Mba Uzy, menceritakan segalanya, kemudian sembarangan membuat bantal dikamarnya basah. Tapi  saat ini tidak. Saat aku mengeluhkan segala hal, apa pun itu, Mba Uzy selalu bilang "Bukan Nabila kalau kaya gini".

    Dua hari lalu aku ketemu Mba Tia, aku bilang rindu padanya, tapi kata Mba Tia aku sebenarnya rindu Mba Uzy, aku mengiyakan. Kemarin ketemu Mba Tika, aku juga bilang kalau aku rindu padanya, tapi kata Mba Tika, aku rindu Mba Uzy, aku mengiykan. Karena dulu Mba Uzy sepaket dengan Mba Tia dan Mba Tika.

    Biasanya sepulang kuliah aku selalu ke Lab. TP lantai 2, menemui Mba Uzy di Lab. Manajemen Industri untuk setoran hafalan. Iya, dulu setiap hari aku menyetorkan hafalanku, ah iya mba, menjaga hafalan lebih sulit dari menambah hafalan. Hafidzah sejatinya bukan yang selalu menambah dan menambah hafalannya, tapi yang bisa menjaga hafalannya, ah Mba Uzy, betapa sekarang aku merasa kesulitan untuk menyetorkan hafalanku, setiap hari yang aku lakukan hanya muroja'ah, mengulangnya tanpa tahu kapan akan menambahnya :'(


    Mba Uzy, gamau liat aku jadi mapres dulu apa? :'(


    Ana, uhibbuki fillah...

    Baitunnisa, 12 November 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Perempuan tidak harus sama dengan pasangan hidupnya. Namun harus bisa mengimbanginya. Perempuan juga tidak harus menjadi ilmuwan yang diakui pun dipercaya oleh seisi dunia. Namun harus menjadi ilmuwan terpercaya yang dipercaya oleh anak-anaknya.

    Maka saat saya mulai malas meningkatkan kapasitas saya, saya selalu ingat, bahwa anak saya berhak dilahirkan dan dididik wanita cerdas, bahwa suami saya berhak didampingi wanita cerdas (:


    Ar Razy, 12 November 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Mari ku kenalkan kalian pada laki-laki paling pertama dalam sejarah hidupku.

    Orang pertama yang mengenalkan aku pada Rabbku, mengajari aku bagaimana tahu tentang-Nya.
    Laki-laki pertama, yang dirinya menanggung sebagian dari kesalahanku terdahulu, laki-laki paling pertama yang selalu memberikan perlindungan.

    Dialah, ayahku.

    Tahukah kalian bagaimana bentuk cintanya? Bisakah kalian bayangkan seberapa banyak, seberapa besar cintanya terhadapku? kalian tak akan pernah mengetahuinya hingga kalian berdiri pada sepatunya.

    Segala jenis cinta yang paling aku mengerti, semua jenis kebahagiaan yang paling aku inginkan. Ayahku, yang paling pertama mencintaiku, menjagaku dengan segala yang ada padanya, menjamin semua citaku tanpa tapi. :)

    Selamat hari Ayah :)
    Entahlah, sejak kuliah saya bukannya merasa semakin mandiri tapi malah semakin manja. Paling manja malah diantara 3 anak ibu. Setiap kali pulang, malam sebelum kembali ke Purwokerto saya selalu minta agar tidur ditemani mereka berdua. Sering rebutan sama Bela buat dipeluk sama Ibu.

    Ah mereka
    Setiap saat saya rindu.
    Saya rindu saat-saat menghabiskan sore dan malam hari bersama mereka. Saya rindu saat mereka mendengarkan aku bercerita tentang apa pun seharian. Sekarang bedanya saya menceritakannya dari balik handphone. Hal tidak penting pun aku ceritakan. Jadilah mereka hafal siapa-siapa saja teman SD, SMP, SMA, bahkan kuliah, yang melihatnya saja mereka belum pernah. Jadilah mereka hafal sifat-sifat temanku, yang pernah dengar suaranya saja belum pernah. Saya rindu mereka. Sangat.

    Ah saya rindu sekali dengan ayah saya
    Seorang laki-laki yang paling saya cintai. Yang hanya ada aku di pikirannya saat tahu aku opname. Yang tiba-tiba di pintu kosku saat tahu aku sakit. Yang tiba-tiba menelpon dan meminta aku pulang saat Gn. Slamet kala itu erupsi, padahal aku sedang kuliah saat itu. Yang tidak pernah membiarkan aku menunggu jemputannya. Yang tidak pernah meninggalkanku sebelum aku naik angkot untuk berangkat sekolah. Yang sering ke kantor pos hanya untuk mengirimkan surat rujukan untuk berobat. Yang selalu menengokku sebelum beliau tidur. Yang mengajariku memancing. Yang mengajariku membuat ketupat. Yang mengajariku untuk bermanfaat bagi yang lain. Ini sifat yang sangat dicontohkan ayahku pada anak-anaknya. Beda lagi dengan Ibu, Ibu selalu mengajari kami untuk selalu berbagi dengan yang lain, dari apa pun yang kita punya. Rabb, terima kasih menakdirkan kami menjadi anak mereka.

    Bahagia ya Bu, Pak, seandainya kita ber 7 bisa bersama. Ah, sudahlah, toh kakak juga sudah di surga


    To our lovely parent :*
    With love,

    Annisa Zaynab Iskandar
    Ummi Kultsum Iskandar
    Nabila Faradina Iskandar
    Ulfi Uswah Iskandar
    Salsabila Najwa Iskandar
    Continue Reading

    That's the simple love that makes me want to marry you

    -no emoticon-

    Rentang Tunggu, 10 November 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Tiba-tiba menemukan lukisan ini di file foto-foto SMP. Lagi-lagi aku rindu melukis, aih. Ini lukisan terakhir yang aku buat saat lomba melukis tingkat provinsi, yang mengantarkanku berangkat final kalau kecelakaan itu tidak terjadi, ah sudahlah. Lukisan ini aliran romantisme, mungkin memang tidak terkesan ada nilai seninya, abstrak, bukan seperti lukisan biasa, permainan warnanya pun juga sederhana, menggunakan warna-warna monokrom -hitam dan putih-. Medianya cat minyak. Ini merupakan potongan relief di candi borobudur. Diantara begitu banyak aliran lukisan, saya paling suka ini, aliran romantisme, paling PD membuatnya. Ah engga, sebenarnya biar ga perlu beli banyak cat minyak. Mahal si. Bahkan dulu saat melukis saya juga lebih sering menggunakan kanvas bekas kakak kelas yang lukisannya udah di nilai. Pelukis ga bermodal kalau kata Pak Agus, "Kalau cat minyak yang udah buat nglukis bisa dilarutin di pake juga kali sama Nabila," kata pak Agus gitu. Hahaha

    Buat saya melakukan hobi ga harus mengeluarkan uang banyak. Daripada jadi limbah mending saya manfaatin. xD

    Cat minyak, kanvas, pallet, tinner, tahu betapa rindunya aku dengan kalian? :')


    Purwokerto, 9 November 2015
    Azifah Najwa

    besok 10 November :)
    Continue Reading

    Berlarilah menapaki pematang-pematang itu
    Aku cukup di sini
    Terlalu sulit bagiku menghitung rinai rindu yang tak pernah dirindu

    Teruslah mendaki puncak pelangi yang kau lukiskan laksana mimpi
    Aku cukup di sini
    Ketika mentari kembali
    Izinkah aku bermain dengan gradasi
    Kau tau aku sangat menyukai gradasi

    Terus dan lanjutlah
    Selalu ada ribuan mata yang melihatmu tertawa dalam suka
    Selalu ada ribuan bulir embun yang menemanimu

    Aku cukup di sini
    Bermain dengan resonansi-resonansi rindu ini


    Resonansi Rindu, 7 September 2012
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ▼  2021 (10)
      • ▼  November (1)
        • Jogja
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • Pertemuan
      Seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada pertemuan yang tanpa sengaja pun yang sengaja untuk tidak disengaja atau tidak sengaja untuk mencoba...
    • 08.17 p.m.
      Cinta adalah ibu yang setiap hari memasakan makanan untuk kami, dan tak sabar melihat anak dan suaminya tak beranjak dari meja makan karena ...
    • Do'a-Do'a
      Apa yang ada di benak kita, apa yang terus kita khawatirkan adalah do'a-do'a yang tanpa sengaja terus kita dengungkan Iya, do'...
    • Dandelion - Perbedaan
      Aku suka saat kita memperdebatkan hal-hal kecil. Aku suka saat kau memarahiku karena sesuatu yang aku anggap benar tapi salah bagimu, begad...
    • Dandelion, Done!
      Sebelum menutup kisah ini, boleh aku bertanya kepadamu? Tentang kapan Waktu yang diperbolehkan untukku berhenti menghitung cinta yang ka...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top