Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home
    mungkin yang kamu perlu bukan jalan-jalan, bukan makan enak, bukan teman hahahihi atau teman curhat, bukan barang bagus, bukan film kesukaan, bukan tampak sukses dan bahagia, bukan pengakuan sosial, bukan diperhatikan dan dimengerti dan diterima,



    melainkan pulang.


    Masing-masing dari kita akan pulang. Hari ini giliran antum, besok, lusa, kami di sini akan menyusul antum. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'aafiji wa'fu'anhu. Semoga desain-desain antum menjadi pemberat amal kebaikan antum di yaumul hisab kelak. Dan hari ini kembali diingatkan, bahwa sebenar-benar jodoh kita adalah kematian.

    'Afwan jiddan karena ane sering berantem sama antum :'(



    Purwokerto, 13 Juli 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Perpisahan yang paling menyakitkan adalah perpisahan yang tidak terucap. Tiba-tiba hilang. Tiba-tiba tidak berkabar. Kemudian meninggalkan beribu tanda tanya.


    Purwokerto, 12 Juli 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Segala hal yang kita cintai akan pergi nantinya. Segala yang kita kagumi akan terganti nantinya. Segala yang kita tunggu kedatangannya adalah hal yang sekaligus datang dengan kepergiannya.

    Kadang kita hanya bersiap pada hal yang membuat kita bahagia, lupa bahwa bersama bahagia kesedihan akan mengikuti, begitulah kesempurnaan, katanya.

    Begitupun pertemuanku denganmu. Hingga aku merasa perlu mengingat kau dengan baik, membuat kau merasa bahagia dengan berada di sampingku. Karena esok kita tak pernah tau bagaimana jalan yang akan kita lalui, kita tak pernah tau pertemuan mana pertemuan yang akan menjadi pertemuan terakhir kita.

    Yang kita tau adalah Tuhan akan bertanya bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang datang pada hidup kita. Bersyukurkah kita pada orang-orang yang kita sayangi, ataukah kita ingkar pada-Nya tentang nikmat bertemu dengan orang-orang saleh.

    Bila setiap yang datang pada kita adalah kepergian, mari kita bersiap. Karena bertemu denganmu, adalah selangkah menuju perpisahan denganmu.

    Semoga Tuhan mengekalkan kita selalu bertemu, di sana :)


    Kebumen, 9 Juli 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Ini masih tentang kepenatanku yang hinggap di penghujung juni lalu. Ketika aku merasa bahwa 24 jam begitu kurang untuk men-checklist agenda harianku. Ketika aku merasa 7 hari begitu kurang untuk menyelesaikan tumpukan deadline. Ketika aku merasa semua agenda dan rutinitas datang beruntun tanpa henti  dan begitu mengganggu, sangat mengganggu malah. Kemudian dengan kejam aku memutuskan untuk ‘masa bodo’ dengan semua tanggung jawabku. Lalu mengemas semuanya pulang, berharap tidak membawanya ke rumah apalagi menyentuh dan membukanya. Aishh

    Maka saat-saat seperti ini, yang ingin aku lakukan adalah menghilang, melepaskan semua beban, melangkahkan kaki kemanapun pergi, jauh, dan berharap mereka tak membuntutiku pulang.

    Pagi ini matahari menyinari Kebumen dengan teriknya, tidak hanya pagi ini saja sih, hampir setiap hari. Mungkin karena letak geografisnya yang dekat sekali dengan pantai. Sudah lama aku tidak ke sini. Aku menyebutnya bukit belakang SMA. Walau sebenarnya lebih tepat aku sebut "gundukan tanah" belakang SMA. Biasanya aku pergi berdua. Menghabiskan waktu hingga sore. Menatap langit dan berharap ada helikopter yang datang lalu membawa kami ikut serta. Tempat ini jauh dari keramaian, sangat jauh malah. Silakan saja kalau mau berteriak, menangis, ataupun hanya diam saja seperti yang aku lakukan sekarang. Dari sini kau bisa melihat seluruh kota Kebumen. Aku bisa melihat alun-alun dengan jelas. Bangunan sekolahku dan bahkan ruang kelasku. Kau bahkan seolah dapat menyentuh menara masjid agung. Bagaimana, bisa dibayangkan kan bagaimana damainya tempat ini? 

    Aku sudah menyiapkan koran. Apalagi kalau bukan untuk tiduran. Karena membawa tikar akan sangat berat. Beberapa kali ke sini aku bisa menyimpulkan, jika di seluruh dataran Kebumen hanya tempat ini yang mungkin menjadi satu-satunya tempat yang tidak terpapar panasnya matahari. Maka aku bisa melanjutkan "tidur"ku yang tertunda. 

    Aku menemukan tempat ini 5 tahun lalu. Tidak sengaja menemukannya. Aku punya kebiasaan buruk, susah menghafal jalan, definisikan saja, aku menemukan tempat ini saat aku tersesat. Seperti pertemuanku dengan banyak orang. Tidak sengaja satu kelas. Tidak sengaja satu organisasi. Tidak sengaja bertemu dalam satu seminar. Tidak sengaja bertemu saat mengikuti tes seleksi masuk. Dan begitu banyak rentetan ketidaksengajaan yang lainnya. Tapi aku selalu percaya satu hal, bahwa tujuan yang sama akan menyatukan orang-orang dalam perjalanan.

    Mungkin sudah saatnya aku menutup semua akses komunikasi dengan orang-orang di luar sana. Seharian di sini. Jangan khawatir, di dekat sini ada air terjun kecil, kau bisa ke sana untuk mengambil air wudhu. Yang masih belum berani aku lakukan di tempat ini adalah ngecamp, bermalam. Seseorang melarangku, katanya harimau bisa saja keluar kalau malam, sebenarnya aku tidak percaya ada harimau di tempat ini, tapi aku percaya saja karena dia yang mengatakan.


    Bukit belakang SMA, 8 Juli 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Kau tahu apa yang paling aku takutkan saat aku membereskan barang-barang saat SMA? Menemukan kenangan. 

    Kali ini aku sengaja membongkar barang-barang yang aku kemas rapih sejak 3 tahun lalu. Lengkap dengan kenangannya. Ada buku diary, ada foto lengkap dengan bingkainya, ada boneka, ada cincin dari bunga yang kini sudah kering, ada album kenangan, dan satu kotak surat cinta dari adik-adikku saat aku menjadi fasilitator mereka. Dua itu yang menjadi fokusku saat ini. Album kenangan sekaligus kotak surat cinta itu.

    Jangan tanya apa isi album kenangan itu. Jelas, semua halamannya berisi kenangan. Setiap individu yang mengisi halaman-halaman itu memberikan kenangannya sendiri. Aku buka lembar pertama ingatanku melesat jauh ke masa MOS kami, lembar selanjutnya aku diajak mengingat bau lumpur saat pengukuhan Bantara, hingga halaman terakhir saat masing-masing dari kami harus berpisah, menampilkan perpisahan terbaik, menampilkan drama musikal yang menceritakan masa-masa SMA kami. Ah, berani sekali buku ini mengacaukan ingatanku, mengajakku kembali pada masa itu. Isshhh -___-

    Kemudian aku buka surat demi surat pada amplop merah itu. Surat cinta. Bukan yang diselipkan di loker mejaku atau dititipkan ke temanku. Bukan dari orang yang diam-diam aku kagumi atau yang diam-diam mengagumiku. Ini surat cinta, kalian hanya aku izinkan untuk tahu bahwa ini surat cinta.

    Surat cinta yang kemudian membuatku mengingat Nanda. Nanda Maulidina. Aku masih ingat bagaimana perkenalanku dengannya. Seorang anak yang membuatku kagum dengan permainan gitar dan biolanya. Seorang anak yang ragu-ragu memanggilku "Kakak" setelah tahu bahwa fasilitatornya ini adalah "Sekbid Adat" MOS mereka. Seorang anak yang masih tidak percaya bahwa aku bisa menempatkan diri kapan aku harus menjadi Sekbid Adat dan kapan aku menjadi fasilitator mereka. Itu isi surat darinya. Tidak itu saja. Mungkin tentang apa isi surat selanjutnya, biarkan aku saja yang tahu, aku dan Nanda.

    Selamat jalan dek, semoga mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin



    Kebumen, 6 Juli 2016
    Azifah Najwa

    Kakak baru ingat dek, hari ini 4 tahun lalu kita pertama kali bertemu ya :'
    Continue Reading

    Kisah kita ceritanya panjang, singkatnya, bertemu denganmu membuatku berhenti mencari :p

    Ceritanya lagi bacain ulang catetan entah dari kapan, sebagian aku bikin cerpen, sebagian aku terjemahkan dalam puisi, sebagian aku upload di blog ini, dan banyak sekali yang aku jadikan catatan pribadi, aku password lalu aku simpan di folder tersembunyi :v

    Udah niat dari kapan tahu buat dijadiin novel, tapi ketilep sama lomba ini-itu, ketilep sama urusan organisasi, dan sekarang ketilep sama proposal beasiswa penelitian.

    Tapi alasan terkuat mengapa belum aku sempatkan untuk menyusunnya karena ada kepingan yang lain yang kamu simpan, terutama kepingan 1000-an yang sedang kamu kumpulkan #eaa

    Duh kenapa deh aku ini, intinya lagi bongkar muat leptop gegara ga ngerti lagi gimana ini RSM bisa diinstal -_-


    Dandelion, 3 Juli 2016
    Azifah Najwa

    Kalau kamu nanyain buat apa aku moto-motoin gituan, buat ini ni :p
    Continue Reading

    "Sekali Mengudara Akan Tetap Mengudara"

    Itu jargon RRI Purwokerto. Tadi baru saja siaran di RRI Purwokerto, kali ke 2 selama menjadi mahasiswa dan entah kali ke berapa sejak mulai mengenal dunia broadcasting.

    Kalau kata temen-temen sekarang, "Kamu sekarang tobat ya, Bil" wkwkwk

    Ah, siaran tadi membuatku memutar ulang kenangan beberapa tahun silam. Saat kehidupanku masih erat dengan dunia broadcasting, dengan dunja jurnalistik, dengan dunia sastra dan drama. Berbeda sekali ya dengan hidupku sekarang? Lebih suka berkecimpung dibalik instrumen lab dan analisinya dibanding ke sana kemari berburu berita, atau membagi waktu antara kapan harus belajar untuk ulangan dan jadwal siaran.

    Aku tak pernah menyesal berada di dunia itu, aku tahu bagaimana getolnya pers mengawal badan eksekutif kampus, hadapi saja dengan senyum, toh dulu aku juga begitu.

    Aku masih ingat di mana pokok-pokok berita harusnya di letakkan di setiap paragrafnya. Bagaimana menempatkan anekdot. Bagaimana membuat kalimat-kalimat propagnda. Betapa dulu mereka dekat sekali denganku.

    Aku juga masih ingat benar bagaimana sebuah narasi drama harusnya ditulis. Bagaimana penempatan alur dan di mana letak dialog antara si antagonis dan protagonis. Aku lebih suka menjadi penulis naskah. Lebih suka menjadi narator. Ah sungguh, mungkin aku satu-satunya anak seni drama yang tidak pandai sekali bermain drama.

    Diantara sekian banyak masa laluku dengan dunia tulis menulis, aku hanya masih menjadi penulis cerpen, sesekali iseng nulis puisi, dan berkali-kali tidak sengaja menulis prosa.

    Aku suka sekali berbagi imaji dengan mereka yang juga suka menulis. Bahkan aku pernah berpikir untuk mencari pasangan yang juga suka menulis. Tapi sepertinya hidup kami akan membosankan nantinya. Aku menulis dia juga menulis. Aku menuliskan puisi untuknya. Ia menulis puisi juga untukku. Lalu, siapa yang akan menjadi pembacanya? 

    Abaikan pernyataanku di atas. Intinya aku suka menulis. Jika suatu ketika kau cemburu dan menanyakan siapa yang sering ku sebut "kau" dalam tulisanku, jangan salahkan aku ketika tiba-tiba aku tertawa.

    Apa kau tak bosan menjadi tokoh utama di setiap tulisanku? Aku suka menulis, itu saja, tanpa harus benar ada objeknya. 


    Purwokerto, 1 Juli 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ▼  2021 (10)
      • ▼  November (1)
        • Jogja
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • Pertemuan
      Seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada pertemuan yang tanpa sengaja pun yang sengaja untuk tidak disengaja atau tidak sengaja untuk mencoba...
    • 08.17 p.m.
      Cinta adalah ibu yang setiap hari memasakan makanan untuk kami, dan tak sabar melihat anak dan suaminya tak beranjak dari meja makan karena ...
    • Do'a-Do'a
      Apa yang ada di benak kita, apa yang terus kita khawatirkan adalah do'a-do'a yang tanpa sengaja terus kita dengungkan Iya, do'...
    • Dandelion - Perbedaan
      Aku suka saat kita memperdebatkan hal-hal kecil. Aku suka saat kau memarahiku karena sesuatu yang aku anggap benar tapi salah bagimu, begad...
    • Dandelion, Done!
      Sebelum menutup kisah ini, boleh aku bertanya kepadamu? Tentang kapan Waktu yang diperbolehkan untukku berhenti menghitung cinta yang ka...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top