Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home

    "Andai ya ibu punya anak laki-laki, kan ga harus bapak yang nganterin ke mana-mana?"

    "Apa, Bu, apa? Ibu mau dicariin anak laki-laki kayak gimana sih?," candaku suatu sore

    "Laki-laki yang mudah bersyukur," jawab ibu

    "Ibu mau anak laki-laki kayak gitu?," aku mengaskan

    "Iya. Kenapa? Kamu mau nyariin?"

    *Nyengir*


    Percakapan itu telah melewati empat musim. Melewati siang dan malam. Melewati hujan dan terik. Melewati ratusan kilometer. Melewati begitu banyak detik.

    Aku tidak tahu maksud ibu, seperti apa laki-laki yang mudah bersyukur itu.

    "Bukankah aku bu yang harusnya menjadi prempuan yang mudah bersyukur?"

    Hidup di zaman yang sangat meterialistik ini, segala sesuatu diukur secara materi. Dikalkulasi secara matematis, didata dengan benda-benda dan kepemilikan. Dan semakin ke sini, semakin menjadi-jadi.

    "Bukankah lebih dibutuhkan prempuan yang bersyukur, Bu?"

    "Minta ajarin aja nanti sama suamimu"

    Entah harus menunggu berapa musim berganti lagi. Entah harus menunggu berapa kilometer yang dilalui lagi.



    Purwokerto hujan, do'aku, "Ya Allah semoga hanya Engkau yang menjaga dan menjadi tujuannya..."


    Rentang Tunggu, 24 September 2016
    Azifah Najw
    Continue Reading

    Malam ini kau boleh mengeluh sejadinya, tapi berjanjilah esok hari kau harus lebih berani menghadapi. Bukan untuk sesiapa, pada akhirnya hatimu sendirilah yang akan merasakan nyamannya membinasakan rintangan.

    Kau lebih hebat dari segala ketakutan yang kau ceritakan, sungguh aku sudah melihatnya ratusan kali. Kau hanya butuh lebih berani. 

    Jangan membiasakan memilih kalah sebelum mencoba. Kekuatan Rabbmu jauh lebih dahsyat dari segala macam batas fikiran. Letakkan Dia baik-baik sebagai pegangan, sebagai muara, dan sebagai sumber pengusir ketakutan.

    Setelah kau mencobanya, kembalilah ke sini, kita nikmati lagi senja yang sama. Tak perlu merisaukan hasil, biar Rabbmu saja yang uruskan


    Dandelion, 20 September 2016
    Azifah Najwa

    suka pake banget bunga warna putih!

    Continue Reading

    Ini salah satu aplikasi olah data yang akan aku gunakan untuk merancang dan menganalisis penelitian yang akan aku lakukan. Ada cerita yang menurutku menarik dan romantis, entah buat kalian menarik atau engga, buatku menarik dan romantis, wkwkwk

    Perlu diketahui, salah satu hal yang paling aku ga bisa adalah perihal install-menginstall program, sebenernya bukan ga bisa, cuma ga mau bisa #alibi. Inggit pernah bilang, "Bil kamu jadi prempuan jangan apa-apa bisa sendiri lah, pasang gas, benerin sakelar listrik, benerin kompor, ke mana-mana naik motor sendiri, bawa mobil sendiri bisa. Nanti suamimu ngapain?" 
    Ekspresi gue waktu Inggit bilang gitu 
    "-__-".

    Nginstall program salah satu hal yang aku ga bisa. Bingung harus insert-insert serial number, dsb. Termasuk aplikasi ini. Gatau kenapa setelah diinstall aplikasinya baru bisa dibuka setelahbuka "rlm", dan rlm itu terletak tersembunyi di C.

    Terus "tukang installnya" bilang gini; 

    "Ini aku pin di taskbar ya, biar kamu gampang bukanya, ga harus nyari di foldernya."

    Romantis ga?

    Biasa aja ya?

    Buatku romantis, bangeeeet :3


    Purwokerto, 20 September 2016
    Azifah Najwa


    Continue Reading

    Jalan dakwah itu terjal, curam, dan sedikit yang mau melewatinya. Gamais adalah tentang cinta. Dan cinta bagiku adalah selalu tentang memberikan yang terbaik. Perhatian terbaik. Waktu terbaik.


    Windujaya, 17 September 2016
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Happy international hijab solidarity day ^^
    Padahal udah telat banget :D

    Whatever :D

    Aku sering di kasih pertanyaan
    "Bil, kenapa kamu harus pake kaos kaki terus sih?"

    "Soalnya kaki itu aurat, nanti kalau diliat sama cowok, cowoknya harus nikahin aku"


    Wkwkwkwk intinya kaki itu aurat, biar dibawa asik aja jelasinnya, aku bilang aja gitu. Dan alhasil itu jadi trend di desa selama KKN, ga cuma sama anak-anak di posko, tapi juga sama ibu-ibu, bapak-bapak, juga pemuda desa sana, hahaha

    Aku merasa dilindungi dengan hijabku, intinya itu. Dengan jilbabku yang lebar. Dengan rokku. Dengan kaos kakiku. Dengan manset. Aku merasa dilindungi oleh mereka. Kalau anak-anak cowok bisa seenak jidat nyolek-nyolek cewek, ke aku mana berani. Kalau anak cowok bisa seenak jidat narik-narik tangan cewek, ke aku mana berani. Kalau anak cowok mau ngajak nyari stroberi hutan mesti pasukan se posko ikut semua, jadi seru kan?

    "Bila, aku mau nyuci piring nih di dapur, kamu mau lanjut masak apa gapapa nih kita berdua?"

    atau

    "Bila, aku pakai celana pendek, bentar ambil sarung dulu, jangan ke ruang tengah!"

    atau

    "Bila, lenganmu keliatan, kok ga pake manset?"

    atau

    "Biiil, aku mau masuk posko nih, udah pake kaos kaki beluum?"

    Wkwkwkwk
    Itu cuplikan percakapan lucu setiap di posko, dan sebagai prempuan aku merasa dihargai karena itu. 

    Kalau ada yang nanya, ribet ga ke mana-mana pakai rok sama kaos kaki gitu? Nih aku jawab pake speaker ya, ENGGA!!! :D



    Purwokerto, 17 September 2016
    Azifah Najwa

    Liat di foto, itu posisi duduk favoritku, dan aku sering ditegur karena itu, apa yang salaah coba? -_-
    Continue Reading

    Aku sedang berada di sebuah ruangan di mana kenangan-kenangan kita pada masa itu berkelindan. Waktu bergerak begitu cepat. Dua tahun terakhir ruangam ini ramai akan segala cerita, tawa, juga sikap "tak pedulimu". Dan hari ini, ruangan itu mendadak sepi. Ingin rasanya aku memperbudak waktu. Membiarkan semuanya tetap di sini, di sampingku, terus bercerita padaku, terus menerus terlelap di bahuku. 

    Aku suka kata-katamu, bahwa dengan kau tidak memiliki alasan mengapa kau jatuh hati padaku, kau juga tidak punya alasan mengapa harus berhenti jatuh hati padaku. Aku terdiam mendengar perkataanmu, hari ini aku mengetahui alasan yang kau maksud sejak dulu.

    Yang aku rasa, waktu seketika menjelma kenangan ketika semua yang tersisa dalam kenangan hanyalah serangkaian peristiwa membahagiakan yang kita miliki. Aku ingat bagaimana aku pertama jatuh hati hanya karena menganggap kau pendiam. Aku ingat bagaimana sifat kekanakanmu membuatku memanggilmu "Nduk". Ketika perasaan cinta kita masih biasa-biasa saja. Ketika aku menceritakan hidupku dan kau dengan khidmat mendengarkan. Hari itu aku mengajakmu jalan-jalan. Benar-benar jalan-jalan, Mengajakmu ke kebun stroberi. Menikmati satu gelas teh di kebun teh. Tawaku membeku bersama dinginnya cuaca ketika kau menggerutu tak menemukan satu stroberi pun di sana, saat aku menemukanmu dengan muka bingung karena gagal pulang. Atau ketika aku kesal bukan kepalang karena melihatmu tak bergeming dari balik tumpukan jurnal dan analisis-analisismu. Aku masih mengingatnya, meski aku bukan pengingat yang baik.



    Cukup.... :)



    Cerpen Lampion


    Purwokerto, 16 September 2016/
    Azifah Najwa



    Continue Reading

    Solo karier. Entahlah sejak kapan aku begitu suka dengan frasa itu. Sebuah frasa yang menggambarkan sebuah ketangguhan, ketegaran, kemandirian, tidak bergantung, tidak butuh diperhatikan. Terlalu berlebihan juga mungkin definisi itu. Entahlah. Yang jelas entah diucapkan dengan sungguh-sungguh atau pura-pura frasa itu seakan mengalirkan energi positif bagi para pelakunya.

    "Bil, jalanan di sana curam, boncengan sama Wowo atau Aldi aja ya"

    "Bil, jalanan ke balai desa naiknya tinggi banget, kamu dibonceng aja ya?"

    "Nabila bisa naiknya? Sini tangannya, gapapa, aku ga ngapa-ngapain kok"

    "Bil kalau lewat Windujaya gelap, ati-ati ya pulangnya, jangan kesorean"

    "Nabila berani lewat jembatan gantung cibun? Bonceng aja ya?"

    "Kamu nanti bawa piala sama LCD loh, bisa bawa sendirinya? Bonceng aja ya?"


    Kalimat itu sering aku dengar di kehidupanku sehari-hari dan lebih sering lagi aku dengar saat KKN kemarin. Mungkin karena tubuhku yang kecil ditambah aku yang selalu pakai rok dan kaos kaki membuat mereka meragukan kemampuanku dalam bersolo karier. 

    Aku sudah terbiasa melakukan segala hal sendiri. Makan sendiri. Ke toko buku sendiri. Beli pakaian sendiri. Belanja sendiri. Meskipun sebenarnya aku akan lebih suka saat harus melakukan segalanya dengan seorang teman. Ada yang diajak ngobrol. Ada yang dijadiin sandaran kalau ngantuk. 

    Sendiri memang nyaman, tapi bersama banyak orang aku jauh merasa aman :)

    Jangan suka sendiri ya, apa-apa sendiri tidak seenak yang dibayangkan, percayalah.

    Salam, 
    Wanita solo karier

    Lab. TP, 15 September 2016
    Azifah Najwa

    Ditulis di Lab. TP seorang diri :)
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ▼  2021 (10)
      • ▼  November (1)
        • Jogja
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • Pertemuan
      Seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada pertemuan yang tanpa sengaja pun yang sengaja untuk tidak disengaja atau tidak sengaja untuk mencoba...
    • 08.17 p.m.
      Cinta adalah ibu yang setiap hari memasakan makanan untuk kami, dan tak sabar melihat anak dan suaminya tak beranjak dari meja makan karena ...
    • Do'a-Do'a
      Apa yang ada di benak kita, apa yang terus kita khawatirkan adalah do'a-do'a yang tanpa sengaja terus kita dengungkan Iya, do'...
    • Dandelion - Perbedaan
      Aku suka saat kita memperdebatkan hal-hal kecil. Aku suka saat kau memarahiku karena sesuatu yang aku anggap benar tapi salah bagimu, begad...
    • Dandelion, Done!
      Sebelum menutup kisah ini, boleh aku bertanya kepadamu? Tentang kapan Waktu yang diperbolehkan untukku berhenti menghitung cinta yang ka...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top