Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home

    Aku masih belajar tentang hakikat membutuhkan. Untukku mungkin dia seperti menulis, tanpa pernah aku mengejanya setiap saat, aku selalu membutuhkannya. Membutuhkan juga bukan berarti cukup begitu terpenuhi. Tidak perlu mendatanginya jika hanya butuh, disetiap kehadirannya itulah sebenarnya yang dibutuhkan.

    Kau tidak pernah tau jika sebenarnya aku lebih membutuhkanmu. Kau juga tidak pernah tahu bahwa setiap pagi ada pesan yang begitu aku tunggu. Selelah apapun, aku masih ingin menunggumu pulang, pun saat kau tak memberikan kabar. Bahkan aku begitu menunggu ceritamu di tempat kerja. 


    Tidak pernah kau tahu, aku begitu rapih menyimpannya bukan? :)

    Setia itu tahu hatinya milik siapa. Meski tidak bilang, itu tetap cinta bukan?



    Rentang Tunggu, 29 Oktober 2014 | Azifah Najwa
    Continue Reading

    ....Banyak hal yang masih tak aku mengerti. Terkadang aku juga bingung. Entah harus membenci atau menyukai hujan. Bagaimana ia begitu anggun mengenalkan kita. Jika waktu itu ia tidak menahan kita, mungkin kita akan selamanya seperti itu. Mengira sama-sama tertutup satu sama lain. Mengira sama-sama kaku satu sama lain. Merasa sama-sama penasaran dengan kehidupan masing-masing. 

    Kita pernah tau jawaban semua perkiraan itu, ya, pernah tau dan sekarang kita kembali lagi, kau lebih memilih acuh, aku pun begitu. Walau aku lebih sering mangkir, masih sering menggunakanmu dalam berbagai ceritaku. Ini yang aku benci dari hujan, ia begitu sempurna membuatmu larut dalam kehidupanku, menyatu, dan mengikatnya....




    Cuplikan novel Retorika Rindu | Azifah Najwa


    Continue Reading

    Peluang kita bertemu dan berpisah itu sama. Sama-sama 1 dan peluang sebaliknya adalah 0. Maka, jika kemarin kita bertemu dengan siapalah mereka, polisi yang sedang patroli, tukang bubur ayam, tukang somay, supir taksi, siapapun mereka yang sejatinya belum pernah kita temui lantas bertemu, maka ketika itulah peluang bertemu sekaligus berpisah terjadi dalam satu waktu. Kemungkinan akan bertemu dan berpisah kembali, yang kedua, ketiga, dan seterusnya akan mengikuti aturan semula secara random yang melibatkan seluruh manusia di dunia.

    Begitu pula apa yang terjadi dengan mereka yang menjadi sahabat, teman, kawan, relasi, atau dengan mereka yang sangat dekat dengan kita hari ini, masing-masing mereka punya peluang bertemu yang sama, yaitu 1 dan peluang berpisah juga 1. Hanya yang membedakan adalah rentang tunggu dari peluang bertemu hingga berpisah. Rentang tunggu inilah yang menjadikan banyak peristiwa menjadi cover dalam buku-buku novel, puisi, syair, dan lain-lain. Rentang tunggu inilah yang banyak membuat kita memilih dan menjalankan pilihan. Rentang tunggu inilah yang memberikan kita jeda untuk belajar. Rentang tunggu inilah yang juga banyak menawarkan kesempatan dan peluang yang beragam. 

    Peluang untuk bertemu dan berpisah itu sama karena sudah menjadi sunatullah yang sangat adil, bahwa yang bertemu pasti akan berpisah. Secara randomik, seluruh manusia di dunia ini berpeluang untuk salung bertemu dan berpisah satu sama lain dalam kisaran 1 banding 7 milyar, yang membedakan hanyalah rentang tunggu yang disebabkan oleh faktor penyebab bertemu dan berpisah. 

    Catatan ini hanyalah tentang bertemu dan berpisah, sama juga seperti kehiduan kita yang diliputi lingkaran bertemu dan berpisah setiap harinya. Setiap peluang yang terjadi secara statistik sejatinya adalah rahasia besar Allah tentang lingkaran takdir manusia. Setiap manusia sudah punya catatan statistiknya masing-masing. Maka yang nanti akan membedakan adalah bagaimana masing-masing individu menyikapi rentang tunggu yang diberikan. Rentang tunggu terjadi diantara peluang bertemu dan berpisah atau berpisah dan bertemu. Faktor yang paling menentukan tentang bagaimana setiap peristiwa bertemu atau berpisah terjadi adalah apa saja yang bisa kita lakukan, kerjakan, manfaatkan selama rentang tunggu yang diberikan Allah berlangsung.

    Bertemu dan berpisah adalah rahasia Allah yang menakjubkan. Rahasia dalam bentuk apapun, mungkin tidak jarang membuat hati kita gelisah, namun sejatinya rahasia tentang suatu peristiwa itu adalah bentuk rencana Allah yang terbaik. Rahasia adalah cara Allah menyampaikan makna dan arti penting tentang mengapa suatu peristiwa itu akhirnya terjadi atau sebaliknya.


    I have found a word to explain how the paths of life crossing the right circle. Each part has the destination towards every people in this world. There's no one comes by accident, unless they're come for a reason. Enjoy your waiting destiny to find how the plans talk for a beautiful reason to you :D



    Rentang Tunggu, 17 Oktober 2014 | Azifah Najwa

    Continue Reading
    Peluang kita bertemu dan berpisah itu sama. Sama-sama 1, dan peluang sebaliknya adalah 0. Maka, jika kemarin kita bertemu siapalah mereka, polisi yang sedang patroli kah, tukang rujak keliling kah, tukang bubur ayam kah, supir taksi kah, petugas gedung kah, tukang ojek kah, siapapun mereka yang sejatinya belum pernah kita temui lantas bertemu, maka ketika itulah peluang bertemu sekaligus berpisah terjadi dalam satu waktu. Kemungkinan akan bertemu dan berpisah kembali, yang kedua, ketiga dan seterusnya akan mengikuti aturan semula secara random yang melibatkan seluruh manusia di dunia.

    Begitu pula, apa yang terjadi dengan mereka yang menjadi sahabat, teman, kawan atau relasi kita hari ini, masing-masing mereka punya peluang bertemu yang sama yaitu 1, dan peluang berpisah juga 1. Hanya yang membedakan adalah rentang tunggu dari peluang bertemu hingga berpisah. Rentang tunggu inilah yang menjadikan banyak peristiwa menjadi cover dalam buku-buku novel, puisi, syair dan lain-lain. Rentang tunggu inilah yang banyak membuat kita memilih dan menjalankan pilihan. Rentang tunggu inilah yang memberikan kita jeda untuk belajar. Rentang tunggu inilah yang juga banyak menawarkan kesempatan dan peluang yang beragam.

    Peluang untuk bertemu dan berpisah itu sama, karena sudah menjadi sunnatullah yang sangat adil, bahwa yang bertemu pasti akan berpisah. Secara randomik, seluruh manusia di dunia ini berpeluang untuk saling bertemu dan berpisah satu sama lain dalam kisaran 1 banding 7 milyar, yang membedakan hanyalah rentang tunggu yang dipengaruhi oleh faktor penyebab bertemu dan berpisah. Maka, tidak mustahil untuk kita yang belum berpasangan akan menemukan pasangannya dalam kisaran angka tersebut, tidak mustahil bahwa peluang 1 banding 7 milyar itu akan benar terjadi. Sama tidak mustahilnya dengan kasus syndrome down yang berpeluang terjadi hampir 1 banding 1 juta kasus, maka yang 1 bukan kebetulan, tapi peluang pasti yang memang berlaku.

    Catatan ini hanyalah tentang bertemu dan berpisah. Sama juga seperti kehidupan kita yang diliputi lingkaran bertemu dan berpisah setiap harinya. Setiap peluang yang terjadi secara statistik sejatinya adalah rahasia besar Allah tentang lingkaran takdir manusia. Setiap manusia sudah punya catatan statistiknya masing-masing. Maka yang nanti akan membedakan adalah, bagaimana masing-masing individu menyikapi rentang tunggu yang diberikan. Rentang tunggu terjadi di antara peluang bertemu dan berpisah atau berpisah dan bertemu. Faktor yang paling menentukan tentang bagaimana setiap peristiwa bertemu atau berpisah terjadi adalah apa saja yang bisa kita lakukan, kerjakan, manfaatkan selama rentang tunggu yang diberikan Allah berlangsung.

    Bertemu dan berpisah adalah rahasia Allah yang menakjubkan. Rahasia, dalam bentuk apapun, mungkin tidak jarang membuat hati kita gelisah, namun sejatinya rahasia tentang suatu peristiwa itu adalah bentuk rencana Allah yang terbaik. Rahasia adalah cara Allah untuk menyampaikan makna dan arti penting tentang mengapa suatu peristiwa itu akhirnya terjadi atau sebaliknya.

    I have no found a word to explain how the paths of life crossing the right circle. Each part has the destination towards every people in this world. There's no one comes by accident, unless they're come for a reason. Enjoy your waiting destiny to find how the plans talk for a beautiful reason to you. :D


    Rentang Tunggu, 17 Oktober 2014
    Azifah Najwa

    Continue Reading

    Selalu ada perjalanan untuk sebuah pencarian akan jawaban dari harapan yang dilemparkan ke langit
    Selalu akan ada jeda untuk sekadar berdamai dengan diri sendiri, bersandar pada sepi, menemukan ketidakadaan, berhenti melanjutkan langkah, mengulang, atau menemukan destinasi yang baru

    Dan, tak ada yang bisa menyembunyikan ketulusan. Dia selalu hadir dari bagaimana kau menatap, mendengar, berbicara, dan bersikap.



    Cuma mau bilang, terima kasih, Kak :)


    Purwokerto, 16 Oktober 2014 | Azifah Najwa
    Continue Reading

    Karena kita tidak pernah tahu kapan kita akan berpulang menghadap sang pemilik jiwa ini.
    Maka, mengapa tidak untuk mulai berdamai dengan segala kerumitan takdir.
    Mulai menjalani hari demi hari hidup kita dengan menjadi orang yang benar, mulai menggiatkan ibadah kita dengan niat yang tulus.
    Selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada siapapun orang-orang di sekeliling kita. Mulai menjadi manusia yang paling semangat memperbaiki diri.

    Jika lelah dengan bagaimana hidup ini memperlakukan kita, maka ingatlah kembali, bahwa kita pasti akan menemui fase istirahat yang panjang. Hanya saja, kita tidak pernah tahu kapan masa itu akan tiba


    Sakit itu tentang belajar bersyukur dari nurani yang terdalam


    Purwokerto, 16 Oktober 2014
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Tidak perlu menjadi orang lain untuk mempertahankan seseorang, tetap jadilah diri sendiri.

    Karena jika memang sudah tiba masanya, akan ada orang yang cukup luas hatinya untuk kau tinggali. Cukup bijaksana pikirnya untuk kau ajak bicara.

    Tidak perlu menjadi orang lain untuk mempertahankan seseorang, tetaplah jaga diri selayaknya menjaga orang yang paling berharga untukmu. Karena nantinya kamu akan sangat berharga untuk seseorang yang sangat berharga untukmu.

    Tidak perlu menjadi orang lain untuk mempertahankan seseorang, selalu lah menjadi diri sendiri. Akan ada orang yang cukup kuat kakinya untuk kau ajak jalan bersama. Cukup erat genggamannya untuk membuatmu tenang. Lebih dari itu, ia mampu menerimamu yang juga serba cukup.



    Untuk mencintaiku kamu harus menjadi dirimu sendiri terlebih dahulu.
    Seperti tabiat air, dia akan berubah dengan sendirinya saat sudah berikatan. 


    Purwokerto, 13 Oktober 2014
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Allah, aku ingin meminta waktu lagi
    Waktu 24 jam yang Kau berikan sehari sama sekali tidak cukup
    Aku susah sekali meluangkan waktu untuk tilawah
    Terlebih untuk menghafal, waktu untuk muroja'ah saja tidak ada

    Susah sekali untuk sekadar sholat berjama'ah
    Bahkan munfarid pun sering aku tunda-tunda


    Allah, boleh ya aku meminta waktu lagi
    7 hari dalam seminggu yang Kau berikan masih kurang
    Aku tidak punya waktu lagi untuk sekadar pulang, mencium tangan ayah-ibu
    Tidak muluk-muluk untuk bisa birul walidain


    Begitu banyak amanah dakwah-Mu yang harus aku emban
    Lelah sekali rasanya
    Meskipun aku tahu
    Kau pasti memaklumi semua itu


    Allah, boleh kan aku meminta waktu lagi
    Lelah rasanya
    Berjalan di jalan ini sendirian
    Aku tak cukup istiqomah
    Acap kali aku berpikir
    Yang lain saja tidak peduli
    Kenapa aku harus peduli?

    Aku ingin berhenti saja
    Mundur
    Mengurus akademikku yang selama ini terbengkalai

    Aku ingin berhenti saja
    Hengkang
    Mengurus urusanku yang selama ini aku sampingkan

    ................................................................................................................................................................


    Astaghfirullah, astaghfirullah
    Rabb, maafkan diri ini yang terlalu banyak menuntut
    Malu rasanya, saat yang lain menganggap ibadah yang kita lakukan sebagai sesuatu yang "wah" tapi tak ada efeknya sama sekali.
    Malu rasanya saat mulut, kaki, tangan ini menyerukan kebaikan tapi hati ini seakan berbelok

    Jalan ini memang hanya untuk mereka yang istiqomah
    Maka dari itu masukkan kami ke dalam golongan orang yang istiqomah itu

    Jalan ini memang hanya untuk mereka yang kuat
    Maka dari itu masukkan kami ke dalam golongan orang yang kuat itu

    Jangan Kau kurangi beban kami
    Cukup beri kami kekuatan lebih


    Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinik
    Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinik
    Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinik
    Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi 'ala diinik...





    Purwokerto, 13 Oktober 2014
    Azifah Najwa
    Continue Reading



    Menunggu detik-detik pulang, yeeaaaaayyy    \(^o^)/
    #3 hari lagi padahal -____-

    Kebumen memang jawaban dari begitu banyak   alasan kepergian. Ke manapun muaraku kelak, aku pasti akan kembali ke kota kecil ini. Membangun kota ini. Menyiptakan peradaban baru dari kota kecil ini #fullhope

    Ehem, dari begitu banyak alasan pulang, yang membuatku selalu rindu rumah adalah dua makhluk kecil -yang kini malah lebih dewasa dariku-  Ulfi dan Bela. Ufi, ya, hahaha, maafkan kakakmu ini ya, karena dulu susah sekali saat harus menyisipkan huruf “L” di anatara namamu, akhirnya hingga sekarang mba memanggilmu Ufi. Hehe
    Mba lagi dengerin lagu kesukaan kita bertiga hlo sambil liatin foto kita bertiga –Andaikan Aku punya Sayap-

    Aaaaaa, kangen. Selalu kangen.
    Tapi kalo di rumah kita selalu berantem ya, eh engga, kita sama Bela ya dek. Maafkan kakak-kakakmu ini ya, Bel, kita jahil karena kita sayang #uhuk

    Tidak punya kisah begitu banyak dengan Bela, karena usia kita yang terpaut sangaaat jauh, 11 tahun. Bela si, lahir lama-lama, aku sering menyalahkan dia begitu. Hahaha

    Yang paling diingat dengan Bela adalah saat tanganmu melepuh karena kembang api, hiks, usiamu saat itu baru satu tahun, baru bisa jalan tapi sudah sok sekali ikut bermain kembang api dengan kita. Alhasil, kakakmu ini kabur, haha, takut kena marah ibu, tapi bagaimana pun kau tetap membutuhkan dua kakakmu yang nakal ini, Bel, ah anak kecil memang mudah sekali memaafkan, itu sebabnya aku begitu menyukai anak kecil.

    Oh iya, dulu kan kakakmu ini yang selalu mengajakmu main, pagi, sebelum berangkat sekolah, ibu masak, bapak nyuci, terkadang mba mengajakmu melihat kambing, sapi, ayam –tapi kita tidak pergi ke kebun binatang- atau mengajakmu bersepeda, hingga pukul 6.45 mba siap-siap berangkat sekolah, iya baru mulai siap-siap, dan begitu bel sekolah berbunyi, kakakmu ini cukup lari, hahaha, aaaa, rindu sekali saat –saat ini, ingin sekali rasanya mengutuk segala kesibukan ini, yang membuatku tertahan dan tak bisa mengajakmu bermain lagi.  Besok kita main sepuasnya ya? ;)

    Hmmmmm, tidak banyak cerita denganmu Bel, bagaimana lagi, selepas SMP, SMA, hingga kuliah sekarang, kakakmu ini sok sibuk sekali. Maaf ya, bahkan terkadang lupa menanyakan kabarmu :’)))

    Kalau dengan Ulfi beda lagi, hanya terpaut usia 3 tahun membuat kita menghabiskan sebagian masa kecil kita bersama. Ke manapun aku main aku selalu mengajakmu, tak pernah merasa terganggu karena harus mengajakmu. Belajar yang rajin ya, hahaha, udah itu aja.

    Sekarang mba mengerti rasanya rindu itu. Saat rindu sudah membuncah di dada, maka hanya do’a senjatanya. Tidak menyalahkan kalau selama ini kalian sering protes kenapa kakakmu ini jarang pulang. Atau pulang hanya sebentar. Atau pulang tapi masih saja berurusan dengan pekerjaan. Maaf ya, lama sekali mba memahami ini. Pernah iseng baca diary kalian, mba tidak pernah terbesit akan hal ini, atau karena mba memang tidak memiliki kakak, “Ingin sekali menahan mba di sini, selamanya, menjadi sahabat kita, menjadi teman berantem, tapi bagaimana pun, suatu saat mba juga bakal jadi punya orang, ga tau tinggal di mana, dan apakah masih bisa pulang walau hanya sebulan sekali seperti sekarang, kalau kita meminta, mba masih akan memberikan semua waktu liburnya untuk kita, tapi besok, akan ada orang yang lebih berhak meminta semua waktu liburnya, akan ada orang lebih wajib disayang mba, akan ada anak-anak yang akan lebih wajib diajari belajar mba....”

    Begitu ya kalau kalian sudah rindu. Kalian begitu menakutkan banyak hal. Ingat selalu pesan kakakmu ini, “Saat rindu kalian membuncah, berdo’lah”

    Maaf ya karena belum bisa menjadi kakak yang baik untuk kalian, maaf belum bisa meluangkan waktu untuk kalian...



    Nabila Faradina Iskandar - Ulfi Uswah Iskandar - Salsabila Najwa Iskandar
    Continue Reading
    Seharusnya saya sedang menyelesaikan PKM, hehe, untuk ketua kelompok PKM saya, nanti lagi ya mas ta seleseinnya. Kebiasaan burukku ini nih, kalo udah buka leptop, mesti mampir ke mana-mana dulu -,-

    Udah hari jum’at lagi aja, perasaan baru kemarin. Ehem. Itu artinya seminggu lagi saya pulang! Yeay!

    Sambil muter backsong “Mother”...

    Seminggu terakhir otak saya dipenuhi mimpi-mimpi yang sempat tercecer. Sudah saya bereskan dan saya rapihkan barusan. Tinggal direalisasikan satu per satu –bismillah-. Bermula dari sharing pasca Eval OSMB yang gagal, saya seakan kembali menjadi diri saya lagi. Huu, betapa bodohnya, dua semester ini hanya jalan di tempat. Meskipun beberapa teman tidak membenarkan pernyataan saya. “IPmu berapa? Udah menang lomba apa aja dua semester ini? Beasiswa dari mana-mana, masih dibilang jalan di tempat? Kalau kamu hanya jalan di tempat, lalu aku ngapain? Ngesot?,” ada teman yang menimpal seperti itu saat saya bilang kalau dua semester ini saya hanya jalan di tempat. Jleb. Bukan saya tidak bersyukur. Sungguh bukan. Jika kalian tahu apa-apa saja yang seharusnya saya realisasikan di dua semester masa kuliah saya, kalian pasti akan mengatakan hal yang sama. Dua semester ini gerak saya stagnan, diam dalam fase pencarian pembenaran.

    Selama ini, segala hal yang saya lakukan seakan masih setengah-setengah. Tidak pernah sempurna fokus. Akan saya bocorkan sedikit impian saya di perjalanan 3,5 tahun ini. Ya ini, menyelesaikan studi  3,5 tahun. Mustahil. Begitu kata orang-orang. “Mustahil menyelesaikan studi 3,5 tahun di prodimu.” 10 dari 10 orang yang saya beri tahu hal ini mereka mengatakan demikian. Sebal? Tentu iya. Jadi kalian meremehkanku? Awas saja! Saya hanya menggerutu demikian di dalam hati. Tetap saya dengarkan, masukan telinga kanan keluarkan telinga kiri, hehehe. Masa bodoh apa kata orang, mereka hanya bisa mencibir dan menertawakan, tidak tahu seberapa kuat saya berusaha.

    Mimpi kedua, mapres unsoed. “Udah masuk unsoed, masa ga bisa jadi mapres.” Saya selalu memotivasi diri sendiri seperti itu. Iri. Jujur iri. Iri dengan teman-teman yang bisa masuk universitas bonafide yang mana segala “fasilitas” terpenuhi. Saya hanya butuh fasilitas budaya kompetetif yang sehat. Itu saja, terlalu muluk-mulukkah? Kadang saya juga menertawakan diri sendiri. Punya apa saya untuk jadi mapres? Kemampuan Bahasa Inggris saya bisa dibilang masih standar. IP saya belum pernah 4, lalu apa lagi, persiapan saya untuk menjadi mapres masih stagnan pada modal tekad. Itu saja.  

    Mimpi ketiga, melanjutkan studi ke Jepang. Kalian tahu apa alasan saya ingin melanjutkan studi ke Jepang? Hanya satu. Jepang itu negerinya Doraemon. Tertawa? Silakan. Menganggap ini lelucon? Saya serius, sedang tidak melucu. Siapa si yang tidak ingin melanjutkan studi ke negeri matahri terbit ini, dengan segala sistem yang mutahir, fasilitas publik yang memadai, dan budaya masyarakatnya, Jepang menjadi tempat favorit kebanyakan mahasiswa Indonesia. Jadi, jika suatu saat Jepang tidak memiliki semua itu, saya masih punya alasan kenapa saya harus melanjutkan studi di Jepang, karena bagaimanapun sejarah dunia pernah mencatat kalau Doraemon lahir dan tumbuh di Jepang.

    Mimpi keempat, buku saya terbit, udah itu aja!

    Mimpi kelima, beras analog fungsional! Ahli pangan tetap harus memegang teguh idealismenya sebagai ahli pangan, tapi bukan berarti tidak melihat kebutuhan.

    Dan impian terbesar saya adalah kembali ke Kebumen. Membangun kota beriman ini. Punya apa saya? Punya semua itu di atas. Punya Allah. Kebumen tidak hanya tentang keluarga, rumah, dan kawan. Tapi juga tentang alasan dari banyak kepergian.

    Kalian pasti akan berpikir saya gila, mimpinya terlalu tinggi dan terlalu berani. Silakan.

    Jika hanya mendengarkan mereka yang tidak tahu bagaimana kamu seutuhnya dan baru hidup bersamamu barang beberapa semester, saya yakin kamu akan jatuh, hancur berkeping-keping. Saya pernah merasakannya, maka dari itu saya bicara. Saya meragukan diri saya? Sudah pasti. Tapi bagaimana mungkin saya meragukan kepercayaan kedua orang tua saya.

    Yang saya suka dari pelagi, pelangi tidak terbentuk hanya oleh adanya sinar matahari dan gerimis. Tetapi butuh sudut bias yang presisi. Allah sudah menyediakan sinar dan gerimisnya, tinggal bagaimana saya mengusahakan sudut biasnya.

    “Allah, jadikan setiap harap agar tak berlebihan, agar setiap rasa selalu dalam kadarnya, agar tiap cita selalu dalam bingkai niatnya...”


    #Ingatkan saya kalau saya punya cita-cita ini J
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ►  2021 (10)
      • ►  November (1)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ▼  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ▼  Oktober (10)
        • Hakikat Membutuhkan
        • Hujan
        • Retorika Statistik; Bertemu dan Berpisah
        • Retorika Statistik; Bertemu dan Berpisah
        • Terima kasih, Kak :)
        • Istirahat! Istirahat!
        • 11.54 p.m
        • Allah, Boleh Aku Meminta Waktu Lagi?
        • Begitu ya kalau Kalian sudah Rindu...
        • Beres-beres
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • Kau
      Kau lebih dari sekadar puisi, membahasakanmu mendamaikan hati Rentang Tunggu, 22 April 2015 Azifah Najwa Hati-hati :)
    • Perjalanan
      Perjalanan apa pun, yang dilakukan malam hari biasanya sukses memutar semua memori tentang apa pun yang ada di dalam hati Rentang Tun...
    • Berjalan Sendirian
      Berjalan sendirian bukan berarti kau membiarkan yang lain untuk berjalan sendirian Atas dasar apa pun mereka belum tentu bisa dipaksa berj...
    • Dandelion-11
      Engkau boleh bertanya pada matahari pagi yang masih setengah sayu tentang rinduku, dia tahu, dia sering menertawakanku karena itu Ren...
    • Dandelion - November
      Selamat datang November :) Be mine please Final LKTI, Tekad, Lomba debat, DM 2! Selamat dicetak Dan, semoga pemba...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top