Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home
    Kau tau apa yang istimewa dari sebuah perjalanan?
    Dalam perjalanan berlaku hukum statistik, peluang bertemu dan berpisah, jika saat ini kau bertemu dengan entah siapa mereka, peluang bertemu sekaligus berpisah terjadi dalam satu waktu

    Saat ini aku berada diantara orang-orang yang tak sadarkan diri (tidur.red) diam-diam aku mengamati mereka

    Apa semua orang dalam gerbong ini berhenti di tempat yang sama? Seorang teman yang baru pertama kali naik kereta menanyakan hal itu.
    Aku menggeleng, tidak, diantara mereka ada yang mengakhiri perjalanannya sebelum kita, ada pula yang masih harus melanjutkan perjalanannya.

    Aku tiba-tiba mengingat sesuatu, suatu saat nanti kau yang akan menjadi teman hidupku, untuk beberapa waktu kita akan melakukan perjalanan bersama, dan banyak hal akan kita lakukan selama perjalanan itu, perjalanan ini bisa diibaratkan sebagai representatif dari perjalanan kita nanti.

    Aku akan memiliki segudang pertanyaan yang kadang aku sendiri bingung menyelesaikannya, dan kamu yang harus bisa menjawabnya, kenapa? Karena aku memilmu dari ilmumu.

    Lalu aku punya apa?
    Aku punya apa ya, hmmmm aku punya telinga untuk lebih bijak mendengarkanmu, aku punya tangan, mata.

    Seperti yang aku sampaikan tadi, tempat pemberhentian kita berbeda, mungkin aku yang harus mengakhiri perjalanan ini dulu dan meninggalkanmu mungkin pula sebaliknya.

    Lalu?
    Lanjutkan hidupmu, maaf jika selama perjalanan ini tanganku tak cukup kuat untuk merengkuhmu, lisanku tak cukup fasih menyemangatimu

    Kau hanya meninggalakan kata maaf?

    Kau boleh mencari tangan lain yang lebih kuat untuk merengkuhmu, lisan yang lebih fasih untuk menyemangatimu

    Bagaimana jika sebaliknya?
    Kau akan mencari yang lebih bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanmu?

    Tidak.
    Aku ingin menjadi bidadarimu tidak hanya di dunia, tapi hingga di surga-Nya

    Rentang Tunggu, 10 Februari 2015 | Azifah Najwa
    Continue Reading
    Dalam hidup kita terkadang memiliki orang-orang yang begitu kita dengarkan, kita patuhi, atau kita anggap dewasa (tua). Tentu orang itu adalah orang tua kita, kemudian kakak kita, dan suami-istri kita. Karena saya anak pertama, jadi saya punya banyak sekali kakak.

    Allah kadang mendatangkan orang yang kita rindukan dengan berbagai cara, seperti Allah mendatangkan kakak saya tadi. Dalam perjalanan ke kota rantauan, tidak biasanya kakak saya yang satu itu mengirim sebuah pesan lewat WhatsApp, saya kutipkan isinya..
    "Hahaa, semoga pesan singkat dari kakakmu ini adalah cara Allah untuk mengobati rindumu padaku nak :p
    Ehem, gimana kabarmu dek? Sehat kan? Melihatmu opname itu menjadi luka tersendiri untukku, percayalah semua orang akan merindukkan leluconmu yang meskipun tak lucu selalu membuat kita tertawa, atau ide-idemu yang hanya membuat kita terbengong-bengong dibuatnya dan semoga di tempat rantauanmu yang baru itu kau menemukan orang yang mau mendengar ide-idemu itu"

    "Huaaaaa, pedeeee, tapi Allah memang selalu punya cara untuk menyampaikan rindu-rindu itu
    Sehaaat Kak, selalu sehat malah...."

    "Bagaimana rencana studi S2, S3 mu?"
    "Terkadang iri, karena kakakmu ini baru mempunyai mimpi di usia yang sudah tak lagi muda ini"

    "Bilang aja tuaaaaaa, pake majas segala :p
    Majas tak akan menyembunyikan kenyataan dibaliknya kaaak, weeek :p
    Hehehe, berharap sekali suamiku kelak tidak akan mempermasalahkan studiku :D"

    "Heee, ga boleh ngomongin suami, sensitif -__-"

    "Ups"
    "Kak, tapi...."

    "Eh dek, kamu kapan pertama kali ketemu sama doktor?"

    "Mmmm, waktu kuliah Kak, guru2 SMA rata2 baru S2"

    "Sama, kakak juga.."

    "Teruuus??"

    "Jika kamu sudah menjadi seorang doktor, orang yang pertama kali anakmu temui adalah seorang doktor, yang mengajarinya membaca, berjalan adalah seorang doktor...

    ...dia didik doktor sejak dia lahir"

    Speechless

    Mendidik bukan hanya soal bagaimana menghadapi anak. Lebih dari itu, bekal awal mendidik adalah keluarga yang bahagia yang berdiri di atas nilai-nilai agama yang kokoh

    Aku tidak mencari kau yang rupawan, aku juga tidak mempermasalahkan status sosial atau sebagainya, agama, hanya itu.


    Rentang Tunggu, 9 Februari 2015 | Azifah Najwa

    Continue Reading
    "Adakah hal yg lebih menyakitkan dibandingkan kekasihmu merindukan orang lain?"

    "Ini bukan hanya sekedar cemburu.."

    "Apa yg kau rasakan jika aku mengaku masih memikirkan mereka?"

    "Masih merindukan mereka?"

    "Apa yg km rasakan?"

    "Mengijinkanku untuk merindukannya kah?"

    "Sakit rasanya, km mengaku masih menunggunya, masih berharap, masih memikirkannya..."

    Mengapa kau masih bisa memaafkanku?



    Rentang Tunggu, 8 Februari 2015 | Azifah Najwa
    Continue Reading
    Sudah hampir 1 jam aku mengajak anak laki-lakiku mengelilingi kota, tapi bibirnya masih saja manyun, bahkan tidak mau menatapku. Mirip ibunya, pikirku.

    "Kakak mau ayah ajak ke mana lagi nih?," sambil menunggu kereta api lewat aku kembali menanyakan apa kemauannya.

    "Ke tempat mainan, udah." Tidak berubah ternyata.

    "Hmmm, kak, liat deh, kalau ayah bekerja jadi pengamen di pintu perlintasan kereta api, kira-kira apa ayah bisa ngajak Kakak jalan-jalan naik Mobil begini?"

    Dia mulai memikirkan apa yang aku katakan.

    "Bahkan sepertinya ayah akan lebih tidak punya waktu lagi karena harus terus berasa di pintu perlintasan ini untuk menunggu pengguna jalan berhenti baru lah ayah bisa mencari uang," lagi-lagi anak ini tidak bergeming, sok sibuk melihat luar jendela.

    Hmmmm

    Sesampainya di areal persawahan, aku memarkirkan mobil, mengambil tikar dan menggelarnya di luar sambil menikmati hamparan padi yang baru saja ditanam, menemukan areal persawahan di kota seperti ini adalah hal yang sangat menakjubkan.

    "Yah, ngapain si lama-lama di situ?!"

    "Kakak sini deh turun dari mobil"

    "Ga mau lah, panas, Yah"

    Yes, dia mulai bisa aku kendalikan. Baiklah, lipat tikar dan kembali ke mobil.

    "Kakak di dalam mobil aja ngeluh panas, lalu mereka? Yang setiap pagi mengantarkan sarapan untuk kakak ga pernah ngeluh"

    "Maksudnya, Yah?"

    "Iya, yang Kakak makan tiap hari apa? Yang Bunda masak buat sarapan kita apa?"

    "Nasi?"

    "Nah, yang nanam padi siapa? Petani-petani tadi kan?" 

    Jagoanku sudah mulai diam, saat nya memberikan pelajaran lain.
    Tempat selanjutnya, rumah singgah. Tempat ini aku dirikan bersama teman-teman satu gerakan saat masih menjadi mahasiswa dulu, letaknya tidak begitu jauh dari pusat kota, tujuannya apa lagi kalau bukan untuk menampung anak-anak jalanan yang tidak berkesempatan merasakan nikmatnya sekolah itu. Saat didirikan dulu, rumah ini hanya punya satu ruang kelas yang dipakai bergantian, tapi sekarang sudah ada empat kelas dengan empat tenaga pengajar jadi tidak heran begitu memarkirkan mobilku anak-anak yang sedang bermain segera menghampiriku dan mencium tanganku, mereka anak-anak yang aku lahirkan sebelum jagoan kecilku lahir, jangan kaget kalau mereka juga memanggilku ayah.

    "Yah, kenapa mereka memanggil Ayah, ayah juga!," makanya nampak kesal, yang dia tahu, aku hanya miliknya, dan tidak ada yang boleh memanggilku ayah selain dia.

    "Hahaha," aku hanya tertawa, lucu sekali anak laki-lakiku ini

    "Ayo Ka, ayah kenalkan ke anak-anak yang lain"

    Meskipun ragu, dia mengekor saja dibelakangku.

    Membuatnya akrab dengan yang lain bukan perkara yang sulit, tabiatnya memang persis seperti ibunya, liat saja, dengan sekejap dia sudah lupa bahwa sepanjang perjalanan tadi merajuk.

    Selepas sholat ashar berjamaah, aku pamit pulang, anak-anak melambaikan tangan ke arah mobil kami

    "Raihaaaaan, jangan lupa main lagiiiii yaaa??" beberapa dari mereka berteriak demikian.

    "Iyaaaa, besoook akuu maiiiiin lagiiii!!" mobil yang semakin menjauh membuat nya harus berteriak, agar teman-teman barunya tidak kecewa.

    "Sesuai janji ayah, sekarang kita beli mainan!"

    Tanpa aku komando, begitu mobil ini berhenti, dia langsung lari.

    "Raihan boleh milih mau beli mainan apa"

    "Yah, Raihan boleh ambil 10 mainan?"

    Apa?!!!! Tepuk jidat, pengajaran yang aku berikan salah nampaknya

    "Buat temen-temen di rumah singgah ya, kasian mereka tidak punya mainan"

    Ohhh, "hmmm, boleh, ambil seperlunya saja ya?"

    Setelah puas mengambil mainan, tanpa aku minta bagian kecilku itu langsung membawanya ke kasir

    "Berapa totalnya, Mba?"

    "Totalnya, Rp 878.000"

    Oke, Bun, besok Ayah juga harus mengajari anak kita tentang manajemen keuangan.


    Rentang Tunggu, 5 Februari 2015| Azifah Najwa

    --- mengajari anak bukan dengan teori, tapi dengan praktik langsung di lapangan :)
    Continue Reading





    Aku belum mengakuimu sebagai kekasihku, meskipun sepertinya kau sebaliknya. Lalu aku menyebut hubungan kita apa ya? Hmmm, yang jelas kita bukan "sepasang kekasih" pada umumnya, yang  selalu mengisi waktu bersama atau bahkan sekadar menanyakan "kau sudah makan?"  aku sibuk dengan duniaku begitu pula denganmu, kita bertemu saat malam, sudah, begitu seterusnya hingga entah kapan. Aku juga tidak tahu apa yang membuat orang seperti kita begitu dekat.


    Tapi kadang kita juga saling membenci, eh tidak, aku yang lebih sering mengaku membencimu. Aku membenci sikap protektif dan khawatirmu yang berlebihan itu. Dan kau barangkali begitu mengutuk sikap kekanak-kanakanku yang membuatmu harus menggunakan kesabaran ekstra untuk menghadapiku atau sikap cemburuku yang kadang tak bisa aku sembunyikan dan membuatmu merasa bersalah. Tentang sikap dinginku, aku yakin kau sangat mengutuknya.

    Barangkali aku memang bukan kekasih yang baik. Sebagaimana cerita kita yang tak selalu berjalan baik. Kadang kita begitu akrab, kadang kita menjalani hari dengan penuh kekhawatiran. Kadang kita juga menghabiskan malam dengan masing-masing kesibukan, kadang kita juga menghabiskan malam hanya berdua saja.


    Kau kini di sini, hidup dengan manusia penuh dengan ketidakpastian.
    Kau yakin telah memantapkan hati untukku?




    Rentang Tunggu, 30 Januari 2015 | Azifah Najwa

    --- Hujannya turun rintik-rintik, tapi rindunya turun brutal sekali
    Dalam perjalanan ke Jember
    Continue Reading
    Pernah suatu ketika aku dan teman-temanku melakukan sebuah perjalanan yang cukup jauh, menempuh waktu yang lama dan membutuhkan tenaga yang ekstra, les SBMPTN :)

    Menjadi manusia-manusia yang "tercampakkan" oleh makhluk tak berwujud bernama SNMPTN, membuat kami merasa satu nasib tapi tetap tidak satu penanggungan, les setiap hari mulai dari langit diluar yang tadinya terang benderang menjadi gelap tak berawan, tak jarang akhirnya tak pulang karena ketinggalan kendaraan. Aiiiiih, betapa manisnya SBMPTN itu.

    Di satu kesempatan les, kami, calon mahasiswa -yang entah kapan akan menjadi mahasiswa- berceloteh tentang masa depan, katakanlah pendamping hidup, ehem.

    Kepada temanku yang baru saja kami beri predikat jomblo aku berseloroh
    "Eh, kenapa kalian harus udahan si? Kalian jadian udah dari zaman kapan coba?"

    "Iya, dukungan masyarakat pun penuh kepada kalian," timpal yang lain

    "Aku hanya tidak mencari yang seperti itu"

    "What??"

    "Dia kurang apa coba?"

    "Dia pernah salah?"

    "Dia tidak punya kekuarangan apa-apa, bahkan saat aku diminta menyebutkan apa kesalahannya, aku tak tahu apa...."

    "(Lalu)...?" Pertanyaan itu menggantung di langit-langit ruang les ini

    "Aku tidak mencari yang seperti dia..."


    "Silakan dia memamerkan kecantikannya di publik, di media-media sosial, tapi aku tidak mencari yang seperti itu....

    Silakan dia menyalurkan bakat menyanyinya di publik, tapi aku tidak mencari yang seperti itu...

    Silakan dia sibuk berorganisasi, dia aktif di berbagai kegiatan, tapi aku tidak mencari yang seperti itu"

    "Eh maksudnya kamu tidak sepakat kalau perempuan aktif  berorganisasi??!" Aku segera menyergahnya, takut saja kalau kau juga berpikiran seperti itu.

    "Tidak, aku tidak pernah tidak sepakat siapa saja aktif berorganisasi, tapi aku tidak mencari yang demikian...."


    Lalu?

    "Kau mencari yang tidak aktif karena kau sudah aktif? Sehingga bisa saling melengkapi kah"

    Dia hanya tersenyum dan pergi

    Aku tidak sampai berpikir apa yang temanku tanyakan, yang aku ingin tahu, kau mencari yang seperti apa?




    Rentang Tunggu, 26 April 2013 | Azifah Najwa

    Catatan lama, ingin membuka saja gara-gara pertemuan tadi siang

    Continue Reading
    Memulai memang masih menjadi hal yang sulit termasuk saat harus memulai menulis cerita ini. Aku hanya ingin menulis kisah ini sekali dan tidak akan mengulangnya lagi, di novelku pun, di diaryku pun.


    Kau pernah mengutuk hidupmu? Menanyakan apa alasan kau harus hidup? Saat kau masih sibuk mencari alasan kenapa kau harus hidup, diluar sana tanpa kau tahu ada orang yang menaruh harapan besar kepadamu, saat kau masih belum tahu mengapa kau harus ada di dunia ini, ada orang yang menjadikanmu alasan hidup nya. Mungkin kau tidak merasakannya karena kau masih sibuk menata hati dan luka atas egomu sendiri.


    Bisakah kau tidak memanjakan aku? Bisakah kau pergi sebentar, agar aku bisa merasakan kehadiranmu, sebentar saja dan berjanji lah untuk kembali
    Orang keras kepala sepertiku memang harus kau perlakukan seperti itu, agar dia belajar dari pengalamannya sendiri



    Rentang Tunggu, 27 Januari 2015 | Azifah Najwa

    Maaf --
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ▼  2021 (10)
      • ▼  November (1)
        • Jogja
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • Pertemuan
      Seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada pertemuan yang tanpa sengaja pun yang sengaja untuk tidak disengaja atau tidak sengaja untuk mencoba...
    • 08.17 p.m.
      Cinta adalah ibu yang setiap hari memasakan makanan untuk kami, dan tak sabar melihat anak dan suaminya tak beranjak dari meja makan karena ...
    • Do'a-Do'a
      Apa yang ada di benak kita, apa yang terus kita khawatirkan adalah do'a-do'a yang tanpa sengaja terus kita dengungkan Iya, do'...
    • Dandelion - Perbedaan
      Aku suka saat kita memperdebatkan hal-hal kecil. Aku suka saat kau memarahiku karena sesuatu yang aku anggap benar tapi salah bagimu, begad...
    • Dandelion, Done!
      Sebelum menutup kisah ini, boleh aku bertanya kepadamu? Tentang kapan Waktu yang diperbolehkan untukku berhenti menghitung cinta yang ka...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top