Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home
    Bismillah

    Tentang Raudhatul Jannah. Ah iya, beberapa hari ini kami belajar tentang arti memberi. Menurut kalian, apa itu memberi?

    Bagi kami memberi adalah setiap hal. Saat Gayatri menemaniku begadang. Saat Yuni tidak pulang malam. Saat Resti tidak opname. Saat Wawa berbicara bahasa inggris. Saat Fida ikut kami makan malam. Saat Mba Hasna menemukan tangisanku kemudian mengetuk dan memberiku es krim. Saat Nurini mendatangiku hanya untuk mendengarkan aku mengadu.

    Aku lupa, kalau Gayatri akan menemaniku kapan pun, tidak harus begadang. Yuni juga lebih sering pulang awal. Resti selalu berusaha agar tidak sakit, aku kadang yang lupa masak, Resti jadi harus makan diluar. Wawa juga selalu belajar bahasa inggris. Fida lebih senang saat makan malam bersama kita. Dan Mba Hasna, tanpa membawa es krim akan memelukku begitu menemukan tangisku pecah di malam buta. Mereka ada. Tanpa pernah aku minta.

    Tapi seringnya, aku lupa.


    Raudhatul Jannah, 27 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Jepang. Ah, iya, antara pasrah dan pasrah. Selisih dua jam dari tempat aku berpijak melawan tiga puluh derajat garis bujur. Tentang negeri dengan bunga berkelopak pink yang berguguran di jilbabku. Tentang suasana menyenangkan yang ditawarkan di film-film Doraemon. Faghfirly...


    Sejujurnya aku takut menulis tulisan ini. Sama takutnya dengan membaca tulisan-tulisanku yang dulu. Tentang mimpi menjadi dokter gigi, yang telah mati terbunuh kenyataan.


    Ah iya, minggu yang panjang, ku rasa. Tentang Gamais Fair. Dan beberapa karya ilmiah yang lupa terjamah. Maaf jika kurang amanah. Besok sudah senin. Enzim Pangan. Matakuliah yang tiba-tiba menjadi favorit selain Evaluasi Gizi. Minggu-minggu sebelumnya belajar pendahulan, pengertian, dan ruang lingkup enzim, minggu kemarin belajar menjadi Presiden. Iya, belajar enzim membuatku merasa seperti presiden. Memikirkan feneomena dari segala aspek kehidupan, dituntut berpikir holistik. Dan satu hal, aku merasa menjadi manusia di sini, iya karena segala keputusan yang diambil harus didasari landasan filosofis. Menyenangkan kan?


    Cerita enzim hanya pengalihan, sejujurnya aku sedang galau. Beberapa hari yang lalu menemukan email mendarat di inboxku. Email yang terbang jauh-jauh dari Australia. Essay competition yang kukirim entah kapan itu, ternyata lolos. Ke Australia. Harusnya aku bahagia, kata Mba Hasna. Tapi entahlah. Paspor belum ada, pake biaya sendiri pula. Ah, Allah Maha Kaya kok. Jadi aku harus apa? 



    Gedung TP, 27 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Berulang aku mendegar, cinta itu fitrah, mencintai adalah pilihan. Dan betapa bodohnya aku memilih jatuh cinta. Ust. Salim A. Fillah dalam bukunya Jalan Cinta Para Pejuang pernah menjelaskan, saat jika kita diberi kesempatan untuk jatuh cinta pada siapa, harusnya kita tidak memilih untuk jatuh cinta pada siapa pun, karena cinta akan mengambil semua yang kita miliki. 

    Sedangkan aku? Memilih untuk jatuh cinta. Iya, aku memutuskan untuk jatuh cinta pada Gamais. Mencintai dengan sepenuh hati dan kesadaran penuh. Jangan tanya berapa kali aku merasa dikecewakan oleh keluarga ini. Bukankah cinta tumbuh karena kita pernah dikecewakan? Begitu sih kata saudara Liqoku. Dan aku mengiyakan. Aku pernah bertandang ke berbagai rumah, dan tinggal di sana, tapi rumahku di sini, di Gamais. 

    Ini tentang ukhuwah, ketika keluarga tak bisa kupandang, kehangatan mereka ada, kasih sayang mereka yang aku rasakan.

    Gamais organisasi, tapi bukan sekadar organisasi. Tentang ruhiyah yang diakrabkan iman. Awalnya tak percaya, jadi aku buktikan. Kita semua buktikan. Kita tak jarang bahkan sering kali merasa dikecewakan, tapi kita kembali ke rumah ini. Tak sedikit dari kita yang merasa pernah ditinggalkan, tapi nyatanya, kita, kami, mereka semua kembali ke rumah ini. 

    Gamais, bolehkan aku jatuh cinta berkali-kali padamu. Mencintai karena Allah. :')


    Purwokerto, 26 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Rasanya, dalam setiap cup es krim hanya ada rasa manis. Tak peduli walau manisnya setipis vanila, menjelma pahit yang disebut coklat, atau asam yang bermetamorfosis menjadi strawberry. Tidak ada rasa yang dominan. Semuanya sama.

    Mau sesekali aku ajak menikmati hidup bersama es krim? Tentang sebuah perjalanan yang mengajarkan pengendalian, pengendalian dari lemak yang menggendutkan. Juga pengendalian perasaan, bahwa ternyata perasaan lebih sulit dilupakan daripada rentetan aksara meski kutulis berlembar-lembar.

    Ah, aku baru sadar, selain menulis dan melukis es krim juga membuatku tiba-tiba autis :D


    Purwokerto, 25 September 2015
    Azifah Najwa

    Ah iya, udah ada yang nagih abstrak .-.
    Continue Reading
    Kita adalah siapa yang hidup pada imaji masing-masing. Saat khalayak mulai riuh bertanya-tanya siapa "ia" yang tengah digambarkan. Kita sepakat untuk terus diam sembari benar mengupayakan. Sebab kita sama-sama sepaham.

    Kita adalah siapa yang masih perlu memecahkan ego masing-masing.


    Dandelion, 25 September 2015
    Azifah Najwa

    Selamat pagi Purwokerto! :)
    Continue Reading

    Jika kau ingin mengeluh, pulanglah, mengeluh saja padaku. Kau boleh sepuasnya mengeluh, menyampaikan segala ketidaksetujuanmu atas apa pun. Tapi sungguh hindarilah mengeluh di depan khalayak.


    Purwokerto, 23 September 2015
    Azifah Najwa

    Pulang untuk mengadu :'
    Continue Reading
    Kita -kau lebih tepatnya- semakin paham satu sama lain. Kau tahu apa yang harus kau lakukan saat aku mulai puasa bicara. Memelukku dengan erat, itu saja. Tak perlu kalimat apa-apa. Tidak rayuan, tidak juga permintaan maaf.

    Diantara begitu banyak persoalan yang ada di dunia ini, sebagian besar dari mereka selesai bersama waktu. Dan solusinya, kesabaran untuk membiarkannya berlalu begitu saja. Iya, cukup dibiarkan katamu.


    Dandelion, 22 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Maka malam tadi aku belajar satu hal. Bahwa ketakutan bisa dirasakan karena ditularkan. Takut dengan film horor kemudian saat harus bermalam di pos renungan mulai menceritakan bayangan-bayangan tentang hantu gentayangan, tentang bulu kuduk yang tetiba berdiri. Takut dengan berbagai rentetan ketakutan yang bisa jadi karena kita ciptakan. Karena kita tularkan. Karena kita tak mau sendirian.

    Karenanya, tak semua cerita perlu kita percaya, tak perlu kita dengarkan. Untuk banyak kesempatan kita hanya perlu merenung, meminta diyakinkan oleh-Nya, dan melanjutkan perjalanan tanpa perlu banyak bertanya.

    Karena pada akhirnya, tak ada manusia yang benar-benar mencintai kesendirian, aku pun.


    Purwokerto, 20 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Ada yang pagi-pagi udah ngajak ribut. Iya iya, terbit, tunggu. :/


    Purwokerto, 19 Septemper 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Berhenti di tempatmu berdiri. Jangan kau lanjutkan meski pelan-pelan.

    Aku tahu. Ketika kau menyayangkan aksara yang mampu berbicara lebih jujur dari apa pun. Ketika kau menyangkan tak menemukan diriku sebagai aku.

    Jangan kau tanyakan, apakah aku tidak merasa bahwa kita begitu di manja takdir? Bertemu. Berjumpa. Dan tanpa sadar, kita pernah -bahkan seringkali- saling merindu.

    Tentang semua ini. Berhentilah bertanya, "apa maksudku?" Kumohon.

    Melepaskanmu untuk pergi barangkali seperti melepaskan bayang-bayang yang selama ini kita kutuki.

    Aku akan baik-baik saja

    Segera baik-baik saja

    ........

    Ah, bukankah merasa kehilangan hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki? Kenapa aku harus takut kehilangan? 

    Menjauh untuk menjaga, kau tahu, sejujurnya aku benci konsep itu. Tak ubahnya ungkapan klasik matahari yang mencintai bumi dengan jaraknya. Terdengar tegar, tapi tetap menyedihkan. Ungkapan legimitasi bagi kerapuhan jiwa.

    Setelah paragraf ini berakhir, tak perlu ada tanya yang harus dijawab. Tak perlu ada percakapan apa pun. Berhentilah di sana. Jangan kau lanjutkan.

    Kebahagiaan tidak pernah bergantung pada kepemilikan atas sesuatu, kan?


    Dandelion, 18 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    http://www.unsoed.ac.id/id/berita/mahasiswa-unsoed-berhasil-raih-gelar-juara-2-dalam-ajang-lkti-tingkat-nasional


    http://www.unsoed.ac.id/id/berita/unsoed-juara-1-dan-2-lkti-gebyar-farmasi-2014


    Dulu waktu masih SMA sering buka web-web universitas, buat liat apa aja yang biasa dilakukan mahasiswa. Terus bilang sama adek, "Liat ya, kalau mba kuliah besok bisa berapa kali masuk web universitas"

    Baru 2X dek :D
    Iya, "baru" kok. Kamu ga iri? :p

    Ah iya, kenalkan ini adekku yang paling lembut hatinya. Sangat lembut. Perangainya juga. Seperti namanya, Ulfi Uswah, dia benar-benar teladan. Ibu sering membanding-bandingkan, "harusnya, jadi perempuan itu kaya adekmu". Ah iya, maaf bu, belum bisa menjadi anak perempuan yang baik. Dari kecil kelakuanku jauh dari kelakuan anak perempuan yang ideal. Untung saja ibu kenalin TPQ, aku ketemu Rohis, Bu, ketemu Gamais, dan tersalurkanlah bakat "pendiamku" di KAMMI. :D

    Semangat buat Teknik Lingkungannya, Dek!
    Ingat, jangan sampai apa yang kamu lakukan tanpa orientasi.
    Semangat juga buat olimpiade di Unairnya.
    Setiap dari kita punya kelebihan, Dek, kelembutannmu sebagai perempuan adalah kelebihan yang sangat ingin kakakmu ini miliki :') :p 
    dudududuuu~


    Purwokerto, 18 September 2015
    Azifah Najwa

    Continue Reading


    Sepertinya perempuan ditakdirkan untuk menjadi makhluk yang sulit dimengerti, dan kalian, laki-laki memang dilahirkan sebagai makhluk yang tak cukup peka.

    Atas ketidakmengertian itu, seringkali kita tak benar-benar tahu apa yang sedang terjadi; apa yang bergemuruh di hatiku dan apa yang berputar-putar di kepalamu. Aku bisu menahan kata, dan kau gagap karenanya.


    Dandelion, 17 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Tulisan tulisan.
    Mereka ada untuk membekukan kenangan. Dengannya aku membekukan yang cair, dan mencairkan kembali sesuka hati. Bagaimana lagi, aku tak punya kuasa untuk memperbudak waktu.

    Pada setiap apa yang kutulis, namamu ada di sana, tersirat meski jelas tersurat. Tak pernah habis menjadi tema yang aku bahas. Aku yakin, kalian menilai ini berlebihan. Tapi beginilah perasaan jatuh cinta, menurutku. Ia seperti perasaan paling berlebihan di dunia. Dan aku, jatuh di sana.



    Dandelion, 16 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Bismillah
    Sedang di Lab TP, bukan untuk berburu vector, karena leptopku sedang aku minta istirahat setelah aku paksa mengerjakan desain untuk final kemarin. Sedang menunggu panitia makrab, katanya malam ini ada technical meeting untuk pemateri makrab, sambil belajar untuk mengajar private setelah ini. Rabb, beri aku fisik yang kokoh, setidaknya untuk minggu ini dulu. Untuk minggu depan aku usahakan baik dari minggu ini. Entahlah, merasa tidak baik sejak pulang dari Malang kemarin.

    Ah iya, sudah mulai sok sibuk lagi. Gamais Fair. Sekolah mapres. Semusim. Tekad. DM 1 -dan 2-. Di list dulu saja yang harus diselesaikan semester ini. Setidaknya itu. Sedikit kok. Ah iya, karya ilmiah untuk seleksi mapres, harus segera ke pembimbing nih. KTI Unsoed. Dan PKM.

    Hari ini setiap kali ketemu orang-orang selalu ditanya "Bil, kok bisa juara?", "Mba, ajarin bikin KTI", "Nab, ayo setim sama aku"
    Ah kalian, ayo, aku juga mau ngajarin kok, aku juga mau setim. Tapi kalian yang kadang ga tau ke mana. Saat kalian menanyakan itu, diotakku lebih banyak rentetan pertanyaan yang ingin kutanyakan
    "Ayo, kamu punya ide apa?"
    "Ayo sama-sama dikerjakan"
    "Kemarin kan kita udah janji mau maju yang di IPB, kok kamu saya sms ga dibalas?"
    "Padahal saya mau minta tolong, bisa ke pembimbing dulu? Saya masih harus menyelesaikan masalah OSMB dengan biroktat"
    "Bisa tolong cari tinjauan pustaka? Saya sudah siap latar belakang"
    "Bisa bayar dulu mungkin? Biar timbul sense of competitionnya"

    Dan rentetan pertanyaan lain yang mengkristal, yang hanya mampu terutarakan oleh senyum, "iya boleh, besok ya, aku mau istirahat dulu"...


    Lab. TP, 15 September 2015
    Azifah Najwa

    Ah iya, ususlan P K L!
    Continue Reading
    Sayang, eh sebentar, boleh kan aku memanggilmu sayang? Kau saja aku izinkan, masa kau tidak mengizinkanku memanggilmu sayang

    Sayang, pertemuan sebelum satu bulan tadi membuatku belajar banyak hal
    Bahwa segala hal yang kita cintai akan pergi nantinya. Segala yang kita kagumi akan terganti nantinya. Segala yang kita tunggu kedatangannya adahal hal yang sekaligus datang dengan kepergiannya. Sayang, kadang kita hanya bersiap pada hal yang membuat kita bahagia, lupa bahwa bersama bahagia kesedihan akan mengikuti, begitulah kesempurnaan katanya.

    Dan dunia,
    Begitulah ia, tempat bersinggah yang hanya sementara. Begitupun pertemuan kita, kau dan aku. Hingga aku merasa perlu mengingat kau dengan baik, membuat kau merasa bahagia dengan berada di sampingku. Karena esok kita tak pernah tau bagaimana jalan yang akan kita lalui, kita tak pernah tau pertemuan mana yang merupakan pertemuan kita yang paling akhir.

    Yang kita tau adalah Tuhan akan bertanya bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang datang pada hidup kita. Bersyukurkah kita pada orang-orang yang kita sayangi, ataukah kita ingkar pada-Nya tentang nikmat bertemu dengan mereka.

    Bila setiap yang datang pada kita adalah kepergian, mari kita bersiap. Bukan tentang siapa yang dulu pergi. Hakikatnya bertemu denganmu, adalah selangkah menuju perpisahan denganmu. Do'aku semoga Tuhan mengekalkan kita selalu bertemu, di sana.


    Rentang Tunggu, 14 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Kamu belum jadi pelupa selama kamu masih ingat bahwa kamu pelupa, dan tak segan serta malu menuliskan apa yang memang sekiranya penting.

    Dan mimpi-mimpi itu masih penting. Akan selalu penting. Ah, sudah di perjalanan pengelilingan matahari ke-20. Perjalanan pengelilingan dunia. Makkah. Jepang. Jerman. Umroh. Ah iya, harus di 20 tahun ini. Sudah berapa tabunganku? Allah Maha Kaya kok, iya Allah Maha Kaya.


    Malang, 13 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Selamat dini hari Malang :)

    Bismillah
    Benar memang, terkadang kita memang harus mengambil jarak, agar kita tau, bahawa rindu dapat tumbuh tanpa pernah kita tanam.
    Iya, aku sedang rindu, dengan kedua orang tuaku, dengan Ulfi yang hendak olimpiade di Unair, dengan Bela yang baru saja lomba MTQ, dengan PPU, dengan Althofunnisa, dengan Raudhatul Jannah, dengan Gamais, dengan ilpus, dengan KAMMI, dengan ITP 13, dengan Purwokerto, lebih lagi denganmu. Ah, kalian, tentangnya aku tak pernah ingin berhenti mengucap syukur.

    Boleh aku mengulang cerita kemarin. Aku baru saja mendapat juara 2 LKTIN UB, dengan standar KTI yang cukup tinggi, diantara top ten university, ah, kalian tahu bagaimana berkecamuknya perasaanku saat satu per satu peserta dari berbagai universitas datang? Itu sebabnya dua hari di Malang aku lebih banyak diam. Ini bukan kali pertama, bahkan beberapa tim adalah rivalku di final-final LKTI yang lalu-lalu, jadi aku tidak heran jika mba Nurul berkali-kali menyatakan kegugupannya.

    Aku masih ingat. Dua bulan lalu saat mempersiapkan KTI ini mas Tri bilang "Bil, nyari temen satu lagi, kalau lolos biar ada temennya kamu".
    Dari sini aku mulai belajar, bahwa kita jangan pernah sekalipun main-main dengan apa yang kita kerjakan, saat keraguan menyelubungi perasaan kita sekalipun! Akhirnya, kita masukkan lah nama Mba Nurul.

    Tentang final kemarin, atmosfer presentasi beda sekali dengan final LKTIku yang lalu-lalu meskipun dari segi Juri, juri dari Unsoed aku akui kepiawaiannya, kritis. Oh ya, sudah pernah kuceritakan kan, aku sudah bersyukur lolos LKTI UB, jika belum juara aku akan menjadikan ini pelajaran berharga. Jadi jangan heran betapa tidak menyangkanya kami saat nama Universitas Jenderal Soedirman berada diantara top ten university. UB masih menduduki peringkat pertama, disusul Unsoed, dan UI diperingkat ketiga, serta ITB sebagai juara favorit. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

    Belum selesai sampai di sini perjuanganku. Masih ada kompetisi kepenulisan lain yang menanti untuk aku ikuti. Seleksi Mapres 2016. Dan lebih lagi PKM, tentang PIMNAS yang tak dirindukan, faghfirlana, beberapa kali lolos, tapi tidak ikut PIMNAS :')

    Tapi dari semua itu, yang penting adalah prosesnya :)



    Malang, 13 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Yang ingin aku lakukan sejak berangkat ke Malang adalah berteriak!

    Sudah sejak beberapa minggu lalu sebenarnya. Ketika Mas Tri bercerita banyak tentang penelitian. Ketika orang-orang yang kukenal satu persatu meninggalkan Indonesia, karena apalagi selain prestasi mereka. Ketika pesaing-pesaingku mulai mempersiapkan untuk seleksi mapres tahun depan. Ketika mereka membuatku iri karena prestasi-prestasi mereka.

    Sedang aku? Untuk apa waktuku selama 9 bulan di 2015 ini aku habiskan?

    Aaaaaah, kembalikan orientasimu, Bil!!



    Malang, 12 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Sebelum menutup kisah ini, boleh aku bertanya kepadamu?

    Tentang kapan
    Waktu yang diperbolehkan untukku berhenti menghitung cinta yang kau beri

    Saat bumi yang tak pernah lelah mengelilingi matahari
    Memilih pasrah, gagu menjawab pertanyaanku


    Dandelion, 11 September 2015
    Azifah Najwa

    Finally, Dandelion d o n e!
    Saatnya editing :D
    Continue Reading
    Allah, boleh aku menulis surat ini untukmu?
    Tentang segala rasa yang minggu ini aku biarkan diam
    Segala rasa yang berkecamuk yang membuatku hanya selalu mengucap "Aku masih punya Allah yang Maha segalanya"

    Tentang LKTI UB, yang mungkin hanya segelintir orang yang tahu betapa inginnya aku lolos, standar LKTI UB cukup tinggi dibanding univ-univ lain, itu setidaknya alasan mengapa aku ingin sekali lolos, bukan, bukan karena ingin sombong dan membuktikan kemampuan menulis ilmiahku, karena bisa dibilang, LKTI kali ini aku yang paling dapat banyak bimbingan dari mas Tri, thank's a lot mas. Tapi aku belum ingin berpuas hati. Kami masih harus memperjuangkan nama Unsoed. Mempertanggungjawabkan apa yang kami tulis di draft yang kami ajukan dua bulan lalu. Fighting!!

    Tentang sekolah mapres, tentang squad ilpus, masih ingat ceritaku tentang career sharing? Sekolah mapres berbeda, sekali. 125 peserta hadir dari 168 pendaftar. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
    Gerakan 100 proposal PKM Pertanian! Ingin membuat gerakan 50 proposal PKM Gamais, gerakan 50 proposal PKM ITP! Kalian yang tahu pasti menanyakan, jurusan yang lain? Ah, maaf, aku rasa aku terlalu egois jika memaksakan anak-anak agrotek dan agribisnis, dengan laporan tulis tangan mereka, membebani mereka dengan proposal PKM? Siapa aku? Biar mereka yang masuk sekolah mapres yang sama-sama kita bina, mereka yang ada di Gamais yang sama-sama kita karyakan, keluargaku yang ada di ITP yang sama-sama membuktikan, semoga yang akan datang kalian bisa tahu, betapa Indonesia membutuhkan begitu banyak peneliti, hakikat kita diciptakan untuk bermanfaat bagi yang lain kan? Kita perlu tahu, fardhu kifayah tidak hanya tentang menyholatkan jenazah.

    Tentang orang-orang yang berdiri di belakangku. Yang lebih ribut dibanding aku untuk persiapan lomba ini.

    Tentang mereka, aku berterima kasih pada-Mu Rabb :)



    Malang, 11 Septemper 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Buruh Tani

     buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
    bersatu padu rebut demokrasi
    gegap gempita dalam satu suara
    demi tugas suci yang mulia

    hari hari esok adalah milik kita
    terciptanya masyarakat sejahtera
    terbentuknya tatanan masyarakat
    indonesia baru tanpa orba

    marilah kawan mari kita kabarkan
    di tangan kita tergenggam arah bangsa
    marilah kawan mari kita nyanyikan
    sebuah lagu tentang pembebasan

    di bawah kuasa tirani
    kususuri garis jalan ini
    berjuta kali turun aksi
    bagiku satu langkah pasti

    berjuta kali turun aksi
    bagiku satu langkah pasti
    bagiku satu langkah pasti



    Finally, PADI -nyaris- selesai. Tidak perlu kami ceritakan bagaimana kami memulai rapat tiga bulan lalu. Bagaimana kami masih malu-malu -bahkan meminta minum- hingga kami merasa segalanya milik bersama, makanan, minuman, barang, dsb. 

    Kita selalu tertawa bersama. Tak lupa tersenyum. Meski tak jarang kami merasa kecewa. Tapi semua itu bukanlah masalah. 


    Terima kasih untuk tiga bulan ini. Ramzi yang selalu tabah. Hafiz, salam hidung, ngok. Adit, yang selalu telat rapat. Ilmi, the second markoneng. Andri yang suaranya kaya TOA. Vera, the first markoneng. Dika yang terisolir. Danu si Khadijah. Imam gendut. Dan Dita yang ga sempet foto, the mother of markoneng.

    Perbedaan bukan untuk disamakan tapi untuk disatukan :)


    Base camp Acara, 5 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Karena sesungguhnya aku anak manusia yang hanya bisa berkawan akrab dengan sepi. Aku perempuan yang gemar berlari dari kerumunan untuk menyendiri dan di sana temptku menulis segala tentangmu.

    Dibalik segala keistimewaan dan kesetiaanmu, kau adalah seorang sahabat :)


    Dandelion, 1 September 2015
    Azifah Najwa

    Aku rindu menjadikanmu bantal tidur
    Continue Reading

    Aaaaaaaa, mba entah sedang kenapa otak dan ruhiyahku. Kau tak akan menemukanku seperti itu beberapa hari ini dan entah untuk beberapa hari lagi. Aku lebih sering menekuk mukaku. Diam. Senyum pun hanya sekadarnya. 

    Terima kasih, Nu, Mba Hasna, mengajakku ke lab riset kemudian membacakanku murotal. Menceritakanku beberapa cerita sahabat dan sahabiyah. 

    Terima kasih para personel PPU, aku izin rapat acara dulu ya :)

    Lab. Riset, 1 September 2015
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Izinkan aku mengenalmu -untuk kesekian kalinya-. Aku ingin menuliskan cerita kita dari awal. Bagaimana kau memperkenalkan diri, menceritakan segala hal tentang kehidupanmu, kemudian semena-mena menuduhku membuatmu jatuh hati.

    Hingga akhirnya kita mengakui; sebuah rasa yang belum pernah kita diskusikan dan sepakati definisinya.

    Jadi, izinkan aku ingin mengenalmu -untuk kali kesekian-. Bagaimana inginnya aku memperbudak waktu. Menghentikan dunia seketika setiap kali kita berdua. Dunia ini milik kita berdua kan? Yang lain cuma ngontrak.


    Dandelion, 1 September 2015
    Azifah Najwa

    Sept, be mine please :)
    Final LKTI UB - PADI 2015 - Gamais Fair
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ►  2021 (10)
      • ►  November (1)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ▼  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ▼  September (24)
        • Petang Ini; Raudhatul Jannah
        • Jepang VS Australia
        • Pagi ini; Tentang Gamais
        • Es Krim
        • Dandelion - Siapa
        • P U L A N G
        • Waktu
        • Ketakutan yang Tak Mau Sendirian
        • Rrrrrrrr
        • Dandelion - Desember.
        • Ulfi
        • Dandelion - April Bercerita
        • Dandelion - Perjalanan
        • At Lab. TP
        • Petemuan Tadi
        • -Masih- Tentang Malang
        • Malang, Dini Hari
        • Orientasi!
        • Dandelion, Done!
        • Malang, Pagi Ini
        • Acara 2015
        • Berkawan Sepi
        • Lab. Riset Sore Ini
        • Izinkan Aku
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • SMANSA dan Sebuah Warisan
      SMANSA adalah satu dari 2 sekolah di mana saat aku diterima di dalamnya aku menangis. Iya, aku menangis, tentu bukan karena diterima di...
    • Jurnal 365
      Seperti gambar, tulisan adalah kapsul waktu, yang dapat membawa kita kembali mengenang. Mulai dari yang sangat ingin dikenang, hingga yan...
    • Drama
      Aku mengembangkan senyum terbaikku. Mencoba menikmati setiap waktu yang berjalan kala itu. Mencoba berdamai dengan kenyataan yang tidak s...
    • Berunding dengan Waktu
      Ketika waktu mempermainkan rindu, bersabarlah jangan menyerah. Bukankah hubungan jarak jauh memang seperti itu? Tidak ada lagi malam-ma...
    • Berjalan
        Kapan pun perjalanan membuatmu ragu, berhentilah sejenak, menepilah saja. Karena tak ada yang salah dengan memulai lagi segalanya. Mungkin...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top