Dandelion - Desember.
10:54 PM
Berhenti di tempatmu berdiri. Jangan kau lanjutkan meski pelan-pelan.
Aku tahu. Ketika kau menyayangkan aksara yang mampu berbicara lebih jujur dari apa pun. Ketika kau menyangkan tak menemukan diriku sebagai aku.
Jangan kau tanyakan, apakah aku tidak merasa bahwa kita begitu di manja takdir? Bertemu. Berjumpa. Dan tanpa sadar, kita pernah -bahkan seringkali- saling merindu.
Tentang semua ini. Berhentilah bertanya, "apa maksudku?" Kumohon.
Melepaskanmu untuk pergi barangkali seperti melepaskan bayang-bayang yang selama ini kita kutuki.
Aku akan baik-baik saja
Segera baik-baik saja
........
Ah, bukankah merasa kehilangan hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki? Kenapa aku harus takut kehilangan?
Menjauh untuk menjaga, kau tahu, sejujurnya aku benci konsep itu. Tak ubahnya ungkapan klasik matahari yang mencintai bumi dengan jaraknya. Terdengar tegar, tapi tetap menyedihkan. Ungkapan legimitasi bagi kerapuhan jiwa.
Setelah paragraf ini berakhir, tak perlu ada tanya yang harus dijawab. Tak perlu ada percakapan apa pun. Berhentilah di sana. Jangan kau lanjutkan.
Kebahagiaan tidak pernah bergantung pada kepemilikan atas sesuatu, kan?
Dandelion, 18 September 2015
Azifah Najwa
0 komentar