Dina Ulfi Bela
10:42 PM
Perkenalkan nama saya Nabila Faradina Iskandar. Teman-teman TPQ, TK, SD, dan SMP saya biasa memanggil saya Dina, tapi berdasarkan hasil musyawarah saat kelas X dulu nama panggilan saya berubah menjadi Nabila, dan bervariasi menjadi Nabilo, Kubil, Nabil, Bila, bahkan Iskandar sejak saya kuliah. Tidak mempermasalahkan kalian panggil saya apa. Hanya saja saya paling suka dipanggil Fara. Kenapa? Karena itu panggilan dari ibu saya :D
Sebenarnya saya ingin cerita, cerita apa? Cerita tentang dua adik saya. Ulfi Uswah Iskandar dan Salsabila Najwa Iskandar. Harusnya saya juga menceritakan dua kakak kembar saya, mungkin di edisi selanjutnya :)
Ah iya, panggil saja mereka Ufi dan Bela. Kenapa Ufi? Karena dulu sejak saya punya adek dia saya sulit sekali melafalkan huruf "L" ditengah namanya, jadilah dia saya panggil U f i sampai sekarang.
Saya bingung harus menceritakan apa tentang mereka. Yang jelas saya sedang rindu. Rindu dengan segala hal yang bisa kita lakukan bertiga. Rindu juga berbagi makanan dengan mereka. Pun rindu mempersilakan tamu pergi, eh. Hahaha
Perangai kami bertiga berbeda sedikit sama sedikit berbeda. Ufi sangat lembut hatinya, lebih pendiam jika dibandingkan aku dan Bela, dia juga lebih sabar. Kalau kata ibu anak perempuan harusnya kaya gitu. Berbeda sekali dengan Ufi, Bela sangat jauh dari kata pendiam dan lemah lembut. Perangainya mirip sekali denganku, kata ibu. Keras. Tidak hanya sifatnya, tapi juga suaranya. Alhasil, dia yang meneruskanku menjadi pemimpin upacara, haha. Kami juga sama-sama sering diminta pidato, ditambah kemiripan nama membuat guru-guru tidak hanya di SD kami, di beberapa SD di kecamatan kami sulit membedakan mana Nabila mana Salsabila, jadilah beberapa kali saat diminta pidato di acara-acara gabungan SD-SD Bela lebih sering dipanggil Nabila, maaf ya Bel, nama mba lebih dahulu melegenda :p
Diantara kami bertiga, Bela paling bisa baca puisi tapi juga paling tidak bisa menggambar.
Untunglah aku pakai rok, Ufi jadi ikut-ikutan pakai rok, Bela pun juga pakai rok. Coba kalau tidak, entah jadi apa tiga anak ibu ini.
Jika dari perangai kami berbeda, apalagi dari fisik kami. Kami sangat berbeda. Yang membuat sama, kami sama-sama perempuan, sisanya kami berbeda. Bela sempat mirip sekali denganku sejak kecil hingga kelas 2 SD, sekarang? Entah ibu beri makan apa anak itu, dia tumbuh begitu cepat. Ufi, sejak dahulu kami memang tidak pernah mirip. Bahkan teman-temanku sempat tidak percaya jika dia adekku, kejam. Tapi sungguh dia adek kandungku, itu pembelaanku dulu.
Diantara begitu banyak ketidakmiripan kami, kami bertiga memilki mata yang sama. Ini yang membuat kami sekilas nampak mirip. Bulat dengan tatapannya yang tajam. Iya, dulu sebelum kacamata mines 4 bertengger di hidungku dan membuat mataku seperti mata ikan. Mata yang diwariskan bapak.
Percayalah, meski tidak mirip kita pernah hidup bergantian di rahim ibu selama 9 bulan. Seharusnya kita berlima. Iya seharusnya berlima.
Purwokerto, 27 Oktober 2015
Azifah Najwa
0 komentar