Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home

    Setelah hari ini, kau tidak akan menemukanku di belahan bumi Purwokerto mana pun
    Tidak di tempat biasa aku membunuh waktu
    Tidak di tempat ke mana kita biasa makan
    Tidak di sekitarmu

    Kau tidak perlu repot-repot merindukanku,
    sebab aku selalu yang akan lebih dulu merindukanmu



    Purwokerto, 21 September 2017
    Azifah Najwa

    Continue Reading

    Untukmu yang sedang tersedu namun gagu untuk mengaku, 
    Jangan biarkan perasaanmu tercabik oleh ketidakberanianmu mengungkapkan, 
    Sebab kau butuh bebas, 
    Bebas hidup tanpa beban perasaan


    Purwokerto, 29 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Tidak ada yang membatasi mimpi. Yang ada hanyalah ketakutan kita yang terlampau tinggi. Pada ketakutan-ketakutan itu akhirnya mimpi kita menyerah. Padahal sama sekali belum mulai, tapi sudah pasrah

    Teori tentang menggapai mimpi rasanya kita sudah khatam. Kalimat seperti "Jika anda menyerah anda kalah" atau "Jatuh? Bangkit lagi" sudah sering kita dengar. Tapi apakah sudah kita terapkan?

    Setinggi apapun mimpi yang kita punya, sesulit apapun untuk menggapainya, atau mimpi-mimpi sederhana kita, kita punya kewajiban untuk mewujudkannya. Tinggal sekarang, mau atau tidak?


    Purwokerto, 28 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Dari sekian maaf yang bertebaran hari ini. Memaafkan diri sendiri adalah yang terberat. Berdamai dengan semua keputusan yang salah di masa lalu tidaklah mudah. Mengampuni kealpaan yang dulu lebih sering buntu

    Namun bukankah memaafkan diri sendiri adalah tingkatan paling dasar dari memaafkan? Karena bagaimana mungkin kita bisa memaafkan orang lain jika dirimu sendiri masih sering kau maki

    Maka hari ini, aku sedang bermufakat dengan diri sendiri. Tersenyum dan mengatakan "Aku sudah memaafkanmu, dan kini mulailah untuk memaafkan dunia."


    Purwokerto, 25 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Aku akan berdiri dibarisan paling depan, jika ada yang mengatakan wanita itu lemah. Kau harus tahu, wanita itu terlahir lembut, tapi bukan berarti lemah. Jika kau tak mau mengerti, coba lihatlah kerutan dibawa mata Ibu

    Ibu menyimpan banyak rahasia yang tak ingin ia bagi. Tentang kerasnya hidup, perjuangan yang belum usai, waktu yang tak pernah tepat, hingga permasalahan dalam keluarga yang ia simpan rapat. Tak ada yang pernah bisa menebak, seberapa lapangnya hati seorang Ibu hingga masih bisa tersenyum manis di hadapan kita semua

    Aku pernah bertemu dengan seorang Ibu. Dia tampak tegar. Dibalik kerudung panjang yang ia kenakan, wajahnya tampak bercahaya. Tapi jika aku perhatikan, ada garis lelah dibawah matanya. Mungkin semalam ia menangis, mungkin semalam ia merenung, ia tampak lelah

    Tapi lihatlah, ia masih mampu bercerita dan tertawa. Ibu, sebuah tiang kokoh🌷


    Purwokerto, 24 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Sabarlah hati. 
    Kita pasti mampu melewati ini semua. 
    Kita pernah menghadapi yang lebih berat. 
    Kita pernah terluka parah, tapi akhirnya kita bertahan bukan?🌷


    Purwokerto, 23 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Besok. Suatu hari setelah ini. Tunggu aku dengan kejutanku.

    Jangan bertanya tentang apa.

    Mungkin tentang masa lalu kita. Mungkin tentang hari ini.


    Atau mungkin tentang masa depan kita
    Tunggu saja. Jangan buru-buru cari tahu. Ini kejutan!


    Purwokerto, 20 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Di kota ini, kota di mana rasa lelah selalu di akhiri dengan bertemu kamu
    Aku menimang baik-buruk sebagai sebuah hal yang tabu
    Yang hanya ada siapa cepat, siapa lambat


    Purwokerto, 18 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Aku sedang tidak ingin mengingatmu
    Aku sedang tidak ingin mengingat bagaimana caramu berbicara
    Aku sedang tidak ingin mengingat bagaimana caramu tertawa

    Aku sedang tidak ingin memikirkanmu
    Aku sedang tidak peduli dengan apa yang kau lakukan
    Aku sedang tidak peduli bagaimana kabarmu.

    Aku sedang lupa bagaimana rupamu
    Aku sedang lupa bagaimana suaramu
    Aku sedang lupa tatapmu
    Aku sedang berbohong 💐


    Dandelion, 17 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Azizah.
    Aku pernah memuat suratnya di blog ini. Dia salah satu sahabatku, yang selalu membuatku kagum dengan impannya, yang dulu juga sering menemaniku menulis. Yang paling tahu bagaimana payahnya aku untuk bisa masuk Sastra Indonesia, yang sering mengajariku Bahasa Inggris, yang juga sering menemaniku menghabiskan waktu di kantin sekolah. "Yang paling pintar yang harusnya jadi guru". Itu prinsipnya. Yang membuatku ingin sekali menjadi dosen. Yang membuatku begitu ingin belajar, belajar, dan terus belajar. Iya, aku belajar darinya. Bayangkan, murid dengan rangking 10 besar di kelas, cita-citanya menjadi guru SD. Saat pertama main ke rumahnya, aku sering membayangkan Azizah akan menjadi guru di SD sebelah rumahnya, bercerita, menulis huruf tegak sambung yang sangat rapih dengan kapur, dan menceritakan murid-muridnya. De javu! Ini seperti yang aku bayangkan, Zah. Azizah memilih menyiapkan anak-anak menjadi orang yang harus lebih baik darinya. Azizah faham betul bahwa menjadi guru adalah amal jariyah. Azizah memilih ingin menjadi ini dan itu melalui anak-anak yang dididiknya. 



    Purwokerto, 17 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Sekalipun berusaha sabar, suatu hari nanti aku pun akan marah. Membanting pintu. Atau menendang ember cucian di hadapanku. Tapi tak usah khawatir, karena aku tak akan berpikir pendek lalu pergi meninggalkanmu.

    Suatu hari nanti aku mungkin akan cemburu pada gadis-gadis di sekelilingmu. Mereka terlihat menarik. Meski katamu kau hanya mencintaiku. Ah salah ya, kau bahkan tak pernah lagi bilang 'aku mencintaimu'

    Ada hari di mana kisah kita diuji. Mungkin oleh waktu yang membuatmu semakin jenuh atau oleh jarak yang menghalangi untuk bertemu.

    Tapi kumohon agar kau bertahan.

    Berjanjilah untuk tidak membiarkan kisah kita kalah..

    Berjanjilah untuk menjadi air saat aku menjadi api..

    Berjanjilah untuk tetap di situ
    Karena aku tengah melukiskan banyak kisah tentangmu



    Dandelion, 16 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Aku sudah menyiapkan kalimat perpisahan
    Kutulis indah dengan majas dan berbagai perumpamaan
    Menyimpan kisah denganmu dan memulai hidup baru
    Menepi dari kisah kita yang indah meski tak sempurna

    Tapi nampaknya kau tau, sekeras apa aku mencoba, aku tak pernah sanggup benar-benar pergi🍃




    Kabarnya selasa kemarin Fayfay sedang sibuk, sehingga tak sempat ke Graha. Makanya, tadi ke kos dan meminta aku memakai toga seolah baru diwisuda. Biar ada foto sama aku katanya. Thank's Fay, it's the sweetest memories ever❤

    Pokoknya jangan lupa makan Fay, karena pura-pura bahagia selama penelitian itu butuh banyak tenaga😌


    Purwokerto, 16 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Menua bersamamu, aku sudah membuat beberapa daftar yang juga sering kita lakukan sejak dulu

    Saat usia kita 50 tahun, kita harus pergi ke pasar malam, atau ke SKE di Jogja. Menikmati malam-malam berdua. Makan jagung bakar yang sampai sekarang belum juga kesampean. Dan yang paling penting kita wajib naik kora-kora. Jantung kita tidak boleh di manja.

    Saat usia kita 60 tahun, saat anak-anak kita protektif soal makanan. Boleh lah beberapa kali kita diam-diam membeli martabak telur kesukaan kita, martabak telur spesial dengan daging sapi. Semoga saat itu aku sudah bisa menerima, kalau apa pun makananmu harus ada cabai menyertainya.

    Saat usia kita 70 tahun, sesekali kita harus ke bioskop. Nonton film action terbaru kesukaanmu. Pergi dengan mengendarai motor sendiri. Satu hal yang perlu kau tahu, aku tidak akan pernah bosan berada di belakang kemudimu mendengar ceritamu, walau seringnya aku tak dengar dan memintamu mengulangi berkali-kali, jangan bosan ya


    Saat usia kiyta 80 tahun, kau harus bercerita tentang perjalanan kita. Aku pasti sudah menjadi pelupa. Jika aku lupa tentangmu, suruh aku membuka blog ini. Karena sejak usiaku 18 tahun aku selalu mengukir namamu di sini...


    Dandelion, 15 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading


    Ada yang selalu mereka cari dari matamu,
    pesan kerinduan yang diam-diam tabah mereka simpan
    setiap kali kepergianmu menuntaskan kewajiban🌷


    Purwokerto, 12 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Jarak yang tercipta nantinya adalah 
    sebuah perjanjian tak terucap, tak tertulis. 
    Hanya perlu saling mengerti, 
    sebelum kita sepakat saling pergi🍃


    Purwokerto, 12 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Beberapa hari pasca dinyatakan lulus dan beberapa hari menuju pelepasan. Tidak ada kegiatan yang berarti yang mengharuskan saya untuk tetap di Purwokerto

    Selain untuk melangkapi keperluan beasiswa dan pengajuan hak paten, saya 'hanya' sibuk mengemas barang-barang -sekaligus kenangannya- sembari sesekali mengutuk diri, mengapa saya belum sempat melakukan hal-hal yang sudah lama saya impikan atau mengapa saya belum melunasi janji-janji saya pada diri saya sendiri atau mengapa saya membiarkan komunikasi saya dengan teman-teman saya tidak seintens dulu dan deretan atau lainnya yang membuat saya menyesal. Nampaknya saya yang dulu sibuk sekali, ckckck

    Kemudian saya mulai berpikir, ada kalanya untuk kita diam sejenak. Duduk paling depan dan menikmati menjadi penonton. Sekadar mendengarkan keluh kesah atau menemani kesepian. Kita perlu menjadi peran tambahan untuk kehidupan orang lain

    Bisa jadi jawaban dari kesulitan atas pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab karena kita terlalu sibuk menjadi aktor utama. Bukankah Allah selalu memberikan kesempatan untuk belajar dari orang-orang sekitar?



    Purwokerto, 6 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Sungguh, wanita mampu menyembunyikan cinta selama 40 tahun, namun tak mampu menyembunyikan cemburu walau hanya sesaat (Ali bin Abi Thalib)


    Purwokerto, 6 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Entah siapa yang memulai. Semua menjadi hening ketika berbicara denganmu. 
    Kau yang enggan mengatakan banyak hal dan aku yang takut bertanya lebih dulu. 

    Jarak ternyata tak membunuhku. Tapi kebisuan ini. 


    Dandelion, 5 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Jus stroberi yang aku pesan tinggal tersisa sepertiganya. Berpura-pura menikmati pertemuan ini membuatku butuh banyak pengalihan, dengan terus minum misalnya. Sedang pertemuan ini belum membicarakan apa pun. 

    "Kau tidak berniat pesan yang lain?," tanyanya membuka percakapan.

    "Eeh, engga, minum aja," jawabku. Dari cara kami bertanya dan melempar jawaban kalian bisa menyimpulkan bahwa saat ini kami benar-benar canggung. 

    Kalau tidak salah ingat, pertemuan ini adalah kali pertama sejak wisuda tiga tahun lalu. Sejak kau kembali ke kotamu dan aku memilih menetap di sini, kita tidak pernah lagi bertukar kabar. Entahlah. Aku yang terlalu pengecut untuk memulai atau kau yang memang sudah tidak lagi peduli. Dan sore ini kau mengajakku bertemu? 

    "Gimana kabarmu, Nad?"

    Pertanyaan retoris, pikirku. "Baik, sangat baik malah," jawabku singkat.

    "Syukurlah," jawabnya, sembari meminum late kesukaannya. Tidak ada yang berubah darinya, kecuali mungkin orang yang kini menjadi tokoh utama di balik desain-desainnya.

    "Kapan ya kita terakhir ngobrol kayak gini? Rasanya canggung sekali." Benar kan apa kataku, tidak hanya aku, dia juga merasa canggung.

    Aku hanya tersenyum. Sembari mengingat-ngingat kapan terakhir kali kita bertegur sapa. Seingatku terakhir kali kita bertemu saat acara pelepasan, kau berdiri di depanku karena absenmu tepat di depanku, iya hanya berdiri, tanpa menoleh sedikitpun seolah tidak pernah ada aku dibelakangmu.

    "Nad, ada yang ingin aku sampaikan."

    "Hmmm," aku hanya berdehem, sambil terus memainkan sedotan di gelasku.

    Rafa menyodorkan sebuah kotak merah dengan cincin di dalamnya. Aku menatapnya tak mengerti. 

    "Maaf, Nad, jika hari itu aku mengacuhkanmu. Tapi semoga kau tahu, bahwa tak sehari pun aku tak mengetahui kabarmu, aku tahu saat kamu di rawat di RS, aku tahu saat kamu sedang sibuk dengan organisasimu, aku hapal jam biologismu, aku tahu kapan kamu tidur dan berangkat kuliah. Tak ada satu pun yang aku lewatkan darimu, Nad. Meski sapaku tak pernah menjumpaimu."

    Aku benar-benar semakin tak mengerti.

    "Seperti yang kau pikirkan, Nad, tidak ada yang berubah dariku, tidak juga tokoh utama di balik desain-desainku."

    "Tapi aku bukan lagi Nada yang dulu, Fa," jawabku sambil beranjak dari dudukku.

    Sudah terlambat, sungguh sudah terlambat. Cincin di jari manisku telah menjelaskan segalanya, gumamku sembari meninggalkan Rafa yang masih terpaku pada cincin yang seharusnya untukku..

    ***

    Cerita ini hanyalah fiktif belaka, percayalah. Hahaha
    Selamat menempuh hidup baru sahabatku, tidak ada lagi kita yang diam-diam bertanya kabarnya, tidak ada lagi kita yang diam-diam kegirangan saat tak sengaja berpapasan di koridor sekolah -meski sungguh hanya berpapasan, tidak ada saling tegur apa lagi sapa, tapi mampu membuat hari itu berbunga-bunga-, tidak ada lagi kita yang rela lewat pintu belakang yang artinya harus mengitari sekolah hanya demi lewat kelasnya, meski selalu tidak bertemu, karena kita berangkat terlalu pagi dan pulang terlalu siang, sedang ia sebaliknya. Selamat! Jika aku tidak hadir anggap saja aku marah karena kau terlambat memberiku kabar. Meski sebenarnya aku paling bahagia.


    Salam sayang,
    Purwokerto, 3 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Beberapa hari pasca dinyatakan lulus dan beberapa hari menuju pelepasan. Tidak ada kegiatan yang berarti sebenarnya yang mengharuskan saya -terkesan memaksakan diri- untuk tetap di Purwokerto. Selain menyelesaikan jurnal ilmiah dan kelengkapan untuk pengajuan hak paten, selebihnya pekerjaan saya di Purwokerto adalah seorang pengangguran. 

    Anggap saja sedang rehat, hampir 4 tahun di Purwokerto rasa-rasanya 'waktuku' habis di kampus, 3 tahun dengan hiruk pikuk organisasi kampus dan sisanya dihabiskan di laboratorium. Sembari menyelesaikan jurnal ilmiah dan kelengkapan pengajuan hak paten, saya mulai mengemas barang-barang -sekaligus kenangannya-. Sambil mengutuk diri, mengapa saya belum sempat melakukan hal-hal yang sudah lama saya impikan atau mengapa komunikasi saya dengan teman-teman saya tidak seintens dulu. Nampaknya saya yang dulu sibuk sekali, ckckck

    Kemudian saya mulai berpikir, ada kalanya untuk kita diam sejenak. Duduk paling depan dan menikmati menjadi penonton. Sekadar mendengarkan keluh kesah atau menemani kesepian. Kita perlu menjadi peran tambahan untuk kehidupan orang lain. Saya jadi mikir, bisa jadi jawaban dari kesulitan atas pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab karena kita terlalu sibuk menjadi aktor utama. Padahal kan Allah selalu memberikan kesempatan untuk belajar dari orang-orang  sekitar.


    Purwokerto, 2 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading

    Aku mencintaimu sebagai pernyataan
    Di akhiri tanda titik, bukan tanda tanya
    Karena ini bukan sebuah keraguan
    Bukan pula tanda seru
    Karena ini bukan sebuah paksaan



    Purwokerto, 1 September 2017
    Azifah Najwa
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ►  2021 (10)
      • ►  November (1)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ▼  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ▼  September (21)
        • Setelah Hari Ini
        • Beban Perasaan
        • Mimpi
        • Memaafkan
        • Sebuah Tiang Kokoh
        • Bertahan
        • Kejutan!
        • Purwokerto
        • Sedang Berbohong
        • Azizah
        • Jangan Biarkan Kisah Kita Kalah
        • Fajar dan Laras
        • Hari Tua
        • Sept 12nd
        • Sebuah Perjanjian
        • Menjadi Penonton
        • 11.39 p.m
        • Tak Ada Lagi Nada
        • Terlambat
        • Menjadi Penonton
        • Tanda Baca
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ►  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ►  Maret (18)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • SMANSA dan Sebuah Warisan
      SMANSA adalah satu dari 2 sekolah di mana saat aku diterima di dalamnya aku menangis. Iya, aku menangis, tentu bukan karena diterima di...
    • Jurnal 365
      Seperti gambar, tulisan adalah kapsul waktu, yang dapat membawa kita kembali mengenang. Mulai dari yang sangat ingin dikenang, hingga yan...
    • Drama
      Aku mengembangkan senyum terbaikku. Mencoba menikmati setiap waktu yang berjalan kala itu. Mencoba berdamai dengan kenyataan yang tidak s...
    • Berunding dengan Waktu
      Ketika waktu mempermainkan rindu, bersabarlah jangan menyerah. Bukankah hubungan jarak jauh memang seperti itu? Tidak ada lagi malam-ma...
    • Berjalan
        Kapan pun perjalanan membuatmu ragu, berhentilah sejenak, menepilah saja. Karena tak ada yang salah dengan memulai lagi segalanya. Mungkin...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top