Just Note

Sejak aku jatuh cinta pada caramu membaca, sejak itu pula aku berjanji untuk tidak berhenti menulis

    • Home
    Mencintai perempuan yang gemar menulis
    Kau akan tahu
    Bahwa tak semua rindu harus diucapkan 
    Bahwa cinta tak selamanya harus diungkapkan
    Nyatanya, hadirmu di koridor kampus yang sebentar mampu menciptakan tulisan berlembar-lembar
    Karena itu caraku meredam rindu yang tak mau diam

    Mencintai perempuan yang gemar menulis
    Bagaimana pun sikapmu
    Namamu akan selalu ada di mana ia menggoreskan penanya, cek saja
    Dalam setiap goresan pikirannya
    Ya, kau akan abadi
    Baginya kau abadi

    Mencintai perempuan yang gemar menulis
    Kau harusnya rajin membaca
    Karena seringkali, diamnya adalah alat
    Dari sana kau tahu
    Bahwa sesungguhnya ia gemar berkata
    Hanya saja, bukan lewat ucapannya 

    Mencintai perempuan yang gemar menulis
    Kau harus berhati-hati
    Karena bila kau membuatnya sakit hati
    Kau akan terkejut
    Betapa tulisannya lebih dari sekedar mengiris nurani
    Ia bisa membuatmu sekejap ‘mati’

    Mencintai perempuan yang gemar menulis
    setiap tetes tintanya bukan hanya buah pikirnya tapi juga kau, yang dicintainya


    Rentang Tunggu, 31 Maret 2015
    Continue Reading
    Jangan mengajakku bicara hari ini, aku ingin menutup telingaku. Jangan pula membiarkanku diam, akan sulit untukku menahan air mata ini jika aku kalian biarkan diam. Jangan pula menawarkan apa pun, aku tak lapar, tak haus!

    Perjalanan pulang kali ini terasa menyesakkan dari biasanya, kenangan-kenangan 13 tahun silam membuat hati ini bebal, kenangan-kenangan itu mengkristal menjadi butiran air yang meresak turun turun dari balik kaca mataku, membiarkan mereka kering oleh angin yang memaksa masuk jendela

    Jangan mengajaku bicara hari ini.

    Dalam perjalanan ke Kebumen, 30 Maret 2015
    Continue Reading
    Jangan terlalu lembut membersihkannya
    Nanti ia mudah keruh dan ternoda
    Ia bagai permata keindahan

    Sentuhlah hatinya dengan kelembutan
    Ia sehalus sutera di awan
    Jagalah hatinya dengan kesabaran

    Lemah-lembutlah kepadanya
    Namun jangan terlalu memanjakannya
    Tegurlah bila ia tersalah
    Namun janganlah lukai hatinya

    Bersabarlah bila menghadapinya
    Terimalah ia dengan keikhlasan
    Karena ia kaca yang berdebu
    Semoga kau temukan dirinya
    Bercahayakan iman

    Maidany- Kaca yang Berdebu.

    Sangat pas rasanya, lantunan pengingat untuk terus sabar menemani seorang kakak yang hendak menjalankan amanahnya, dua sahabat tersayang -dan aku- yang tengah belajar menjadi kakak yang baik, dan 11 anak-anak tersayang yang akan menghadapi marathon lebih banyak.

    tenang saja, semua krisis pasti berujung pada kebangkitan.

    dan kamu, Bil, tetaplah tenang membersamai mereka.

    Untuk wajah-wajah dibalik layar yang selalu menguatkan

    Purwokerto, 30 Maret 2015 | Azifah Najwa
    Continue Reading
    Selamat pagi malam :)
    Semoga masih dalam balutan kehangatan rembulan

    Masih di temani sebuah benda yang aku berinama buku dan temannya siapa lagi kalau bukan pena, dua paket sahabat yang tak pernah berdusta, selalu bisa aku andalkan, bagaimana pun keadaanya.

    Lebih dari setengah usiaku yang lalu, seseorang mengenalkan aku pada mereka. Katanya, aku bisa menceritakan apa saja kepada mereka. Benar memang. Meski tak jarang aku melupakan mereka, membiarkan mereka berteman sepi, mereka tetap mengizinkan baris demi barisnya aku habiskan saat gundah tiba-tiba hadir. Sering kali, baris demi baris itu tak ubahnya sebuah pundak, di mana aku bisa menangis sepuasnya, seakan lupa bahwa kemarin aku membiarkan mereka di bagian paling tersembunyi dari kamar ini.

    Seperti malam ini, saat suhu tubuhku membuatku payah memejamkan mata lagi, kalian, mengizinkan aku menumpahkan segala yang aku rasakan hari tadi dan akumulasi-akumulasi perasaan yang tertahan selama ini. Betapa lelahnya menunggu hujan, betapa lelahnya menjadi seorang aku yang hanya bisa menunggu.


    Rentang Tunggu, 27 Maret 2015 | Azifah Najwa
    Continue Reading
    Aku selalu merindukan saat di mana kopi kita semakin dingin, namun percakapan kita semakin hangat


    Rentang Tunggu, 27 Maret 2015
    Continue Reading
    Baru saja tiba di kosan. Dan baru sempat membuka pesan masuk. Ada sekitar 26 pesan yang belum sempat aku baca dan aku balas. Kebanyakan dari semua pesan itu menanyakan tugas mata kuliah rancangan percobaan untuk besok, dan satu lagi pesan singkat tanpa tuan.

    Pesan singkat yang membuat habis air mataku senja ini. Pesan singkat dari seorang anak yang tepat sembilan tahun lalu aku sambut dengan bahagia kelahirannya di dunia. Masih ingat benar saat-saat aku menggenggam jari mungilnya, masih ingat benar betapa hangatnya saat ia tidur di gendonganku. Seorang anak yang menjadikan alasanku untuk segera pulang selepas bel pulang sekolah berbunyi.

    Pesan singkat itu benar-benar singkat. Tapi mengatakan segala yang ia risaukan. Ia hanya merindukan saat perayaan hari ulang tahunnya semua personel lengkap di rumah, menghabiskan kue ulang tahun lalu kita menghabiskan malam sambil mengenang masa setahun lalu.

    Anak kecil itu tak pernah mengutuk aku yang sibuk dengan segala aktivitasku, dengan segala organisasi-organisasiku. Dia hanya iri, kenapa dia tidak bisa menjadi seperti organisasi-organisasiku yang setiap saat aku habiskan dengan memikirkannya, yang waktuku habis hanya untuk bercengkrama dengannya.

    "Bela senang saat Bela harus menjadi Mickey Mouse mba, Bela bisa setiap malam menjadi teman tidur mba"

    Faghfirlii, faghfirlii

    Dek, maaf :'(

    Barakallah fii umrik
    Jadi anak yang sholehah, hafalannya tambah terus ya, biar kita bisa sama-sama ngasih mahkota ke ibu, ke bapak
    Bela udah gede, jangan nakal :'))

    Mba sayang Bela :')))

    26 Maret 2015
    Continue Reading
    Tidak ada yang berbeda dengan hari-hari Kamis yang lalu? Tidak ada yang berbeda juga dengan kuliah metabolisme zat gizi hari ini, mata kuliah favorit. Aku masih menjadi yang paling aktif di kelas, menjawan pertanyaan yang dosen lemparkan atau berbalik melempar pertanyaan ke dosen. Pandanganku tak teralihkan oleh apa pun, kelas yang becek selepas hujan kemarin sore, atau kelas yang mulai panas karena kita berebut oksigen. Aku masih nyaman, duduk dengan tegak saat yang lain mulai kelimpungan menahan kantuk sebelum materi terakhir yang dosen sampaikan.

    Tapi tiba-tiba, pandanganku nanar, ada butiran air yang memaksa keluar dari balik kacamataku saat dosen menyampaikan judul materi terakhir kuliah metgiz hari ini. Diabetes. Ingin sekali menutup telingaku dengan earphone. Kuliah 30 menit terakhir itu menjadi kuliah yang paling tidak aku inginkan. Aku hapal benar setiap jengkal penyakit itu. Bagaimana ia mulai membuat tubuhmu lemah hingga akhirnya menarikmu dari kehidupanku.

    Pertanyaan yang dosen lemparkan menjadi tak menarik meski aku tahu semua jawabannya. Berkali-kali dosen melihat ke arahku, setiap itu. pula aku pura-pura tak melihatnya, diskusi di kelas menjadi tak menarik lagi.

    Kak, bagaimana kabarmu? Semoga kau selalu berada di tempat terbaik di sisi-Nya.



    Rentang Tunggu, 26 Maret 2015 | Azifah Najwa

    Continue Reading
    Hari sudah berganti, tapi aku belum juga beranjak dari meja belajarku, leptopku masih menyala, nampaknya ia mulai kelelahan, mesinnya menderu-deru semakin kencang saja.

    Tiba-tiba pandanganku teralihkan oleh sebuah buku yang entah sudah berapa lama buku itu menghuni rak bukuku, mengklaim aku sebagai tuannya, karena si empunya memang tak pernah lagi menanyakan kabarnya.

    Sebuah novel, yang berkali-kali diklaim memiliki jalan cerita yang sana dengan kehidupan tuannya, jujur saja, aku belum rampung membacanya.

    Setiap kali membeli buku, aku selalu berpikir, suatu ketika buku-buku yang mengisi rak-rak ini akan memiliki tuan yang lain, yang sama cintanya dengan mereka

    Dan ternyata, kau juga mengatakan hal yang sama, lebih lagi jika hobi menulisku menjadi preferensi buku yang hendak kau beli, kau tahu? Aku tersenyum setiap kali mengingat hal itu

    Mungkin buku-buku itu yang membuat masing-masing dari kita bisa hidup dalam pikiran satu sama lain. Karena konstruksi pikiran kita diisi oleh buku yang sama, karena aku punya hobi meminjam bukumu :p


    Rentang Tunggu, 24 Maret 2015 | Azifah Najwa

    01.58 _(._.)_
    Continue Reading
    Masih di temani hujan yang sedari tadi asyik berebut turun dari langit, bersama tiga skripsi yang harus saya babat habis malam ini, dan sambil menunggu ia -kakak, teman, musuh, hahaha- mengirim pesan -ya, karena kakak saya ini sudah akan mulai sibuk sekali- saya ingin menceritakan pengalaman saya tadi.

    Dosen!
    Mungkin perasaan ini sama hanya dengan kalian yang saat SMA dulu pernah iseng-iseng mengenakan jas dokter lengkap dengan stetoskop di telinga, hmmmm, amaziinnggg!! 

    Berdiri di depan ruang kuliah, dengan pusat perhatian ada pada kalian, entahlah ada sensasi yang beda dari biasanya, jika biasanya saya merasa deg-degan, tadi begitu dosen menawarkan siapa yang hendak menggantikannya mengajar, kaki ini seakan tanpa beban melenggang ke depan, mengambil alih kemudi dosen untuk menyampaikan materi, dan ruang kelas tadi tak ubahnya rumahku sendiri, aku bisa dengan bebas berlagak seperti dosen, dalam hati aku bergumam, sensasiya tidak jauh berbeda dengan saat aku melatih public speakingku di depan kaca, dan dosen mengapresiasi caraku menyampaikan materi, hamdalah hamdalah hamdalah!!

    Dalam setiap malam-malamku, dosen masih menjadi sebongkah kata sakral yang selalu akan aku perjuangkan, dengan do'a dan ikhtiar.

    Tapi ada yang lebih penting dari sekadar belajar untuk memperjuangkan agar aku bisa menjadi dosen, setiap kali malas belajar, aku selalu ingat bahwa anak-anakku kelak berhak lahir dari rahim wanita cerdas, suamiku kelak berhak didampingi wanita cerdas :)

    Purwokerto, 12 Maret 2015
    Continue Reading
    Someday my father will hear someone says "Give me a change to live together with your daughter. Trust me I promise to keep your daughter until I couldn't breathe anymore father in law".

    I collecting any reason to stay here, to waiting for you, you, who I don't know who you are


    March 11st 2015 | Azifah Najwa
    Continue Reading
    Aku selalu nyaman berada di ruang kuliah, bagaimana pun keadaannya, bagaimana pun suasananya, ruangan ini mengajarkanku banyak hal, mimpi yang aku sketsakan dalam malam-malamku, senyum orang-orang terkasih, dan rasa syukur atas nikmatnya merasakan bangku kuliah.

    Seperti sore ini, dalam suasana terjebak hujan, aku mencoba membuka kembali ingatanku pada masa tiga tahun silam. Masa di mana aku menemukan sebuah keluarga baru. Jika melihat keluargaku sekarang, ingin rasanya aku mengulang masa putih abu-abu. Iri. Itu saja. Rumahku sekarang telah di huni oleh mereka-mereka yang hanya beberapa saja yang aku ingat. Oleh mereka yang memiliki semangat lebih dari aku, atau pendahulu-pendahuluku. Dan di situ kadang saya merasa iri.

    Dulu, di setiap kami kumpul, orang yang dituakan dalam keluarga kami -entah aku harus menyebut beliau apa- beliau selalu mengatakan, "jika hari ini, besok, dan besoknya lagi ada 10 pemuda lagi yang seperti kalian, bukan tidak mungkin kalian akan menemukan Kebumen yang tidak seperti hari ini."

    Dan sore ini, saya merindukan rumah saya lengkap dengan anggotanya.
    Mba Maul, Mas Fa'i, Mas Sumbul, Mas Arsyad, Didin (wiwi.red), Iqbal, Arief, Mba Tika, Satriyo, Mba Nurma, Aim, dan all first team of NeoRamdhanz yang karena usia saya mulai lupa siapa-siapa saja namanya :D


    Kau bukan senyawa polar, tapi aku mengajakmu larut dalam air tapi NR adalah surfaktan yang menyatukan kita -para senyawa polar dan non polar- sehingga kita bisa bereaksi, menjadi pribadi yang bermanfaat di mana kaki kami berpijak.


    Purwokerto, 11 Maret 2015
    Continue Reading
    Aku tidak tahu bagaimana orang menetapkan kapan ia jatuh hati pada seseorang dan kapan ia memutuskan membenci orang yang sama pula. Kedua hal yang sangat bertolak belakang itu seakan tanpa sekat.

    Jika hari ini kau mengatakan jatuh hati padaku misal, besok dengan berbagai alasan keadaan kau dengan mudahnya mengatakan sebaliknnya.
    Semua keadaan ini seakan hanya main-main, bukankah kita sudah menetapkan tujuannya?

    Itu sebabnya aku tak pernah mau punya alasan kenapa aku harus jatuh hati padamu agar keadaan apa pun tak menjadi alasan untuk membuatku berhenti jatuh hati atau tidak jatuh hati lagi padamu

    Rentang Tunggu, 7 Maret 2015 | Azifah Najwa


    "Jika aku sudah jenuh misal.. krn berbagai alasan keadaan.. bukan tidak mungkin aku bisa membencimu..."
    Continue Reading
    Untuk banyak sekali kesempatan, kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa yang bergemuruh di hatiku dan apa yang begitu mengusik pikiranmu. Kau gagap dibuatnya dan aku bisu karenanya.


    Kau seperti selalu bilang, "keraguanmu itu yang membuat segala hal yang kau khawatirkan tampak akan menjadi kenyataan. Yakinkan hatimu dan biarkan aku mendengar apa yang kau rasakan. Diammu membuatku bosan, meski rindu tak menjadi layu karenanya"

    Love you...

    Rentang Tunggu, 7 Maret 2015 | Azifah Najwa
    Continue Reading
    Kebanyakan dari kita hanya merasa dekat dengan seseorang bukan mengenalnya. Tidak sedikit dari kita yang pernah menghabiskan begitu banyak waktu dengan seseorang tapi tidak satu pun dari hal yang disukainya kita tahu. Tidak satu pun dari hal yang dibencinya kita tahu. Bahkan sekadar makanan kesukaannya pun kita tidak tahu.

    Jadi, tidak elok jika kalian merasa sudah mengenal seseorang hanya karena intensitas kedekatan kalian, hanya karena kalian sering sekali berbagi kisah.

    Lebih lagi jika mereka yang kau ajak bicara lebih suka menutupi segala hal tentang dirinya. Jika mereka yang kalian merasa dekat dengannya senang sekali berpura-pura. Aku misal. Kau tidak ragu bagaimana jika perasaanku terhadapmu juga sebuah kepura-puraan?


    Rentang Tunggu, 7 Maret 2015 | Azifah Najwa

    Hanya meminta untuk menjadikanmu selalu sabar menghadapiku
    Continue Reading

    Tidak ada yang lebih menyenangkan di pagi hari kecuali menyesap sejuknya aroma tanah basah dan menyukuri kesempatan, kenikmatan, juga keindahan yang masih Allah beri.

    Terima kasih sudah mengobati rinduku dua pagi ini :)

    Purwokerto, 4 Maret 2015
    8.26
    Continue Reading
    Aku terlalu nyaman dalam senyap ku
    kau salah kalau datang pada ku untuk mencari keramaian. Karna kau tak kan temukan itu.


    Rentang Tunggu, 1 Maret 2015 | Azifah Najwa
    Continue Reading
    Selamat pagi, fajar!
    Jangan segera meninggi, aku lebih mencintaimu yang mengintip malu-malu di antara gugusan tulang-tulang daun pinus.

    Cahayamu menjari, menembus tanah hutan yang basah. Ia menyapa hangat batang-batang lembut para cendawan, memeluk mereka yang pucat dan yang pekat.

    Kau mencintai bumi dengan pelan dan sunyi, tak ramai, tak terang, tapi begitu dirindukan burung-burung dan embun yang muncul

    Kau yang begitu, mengingatkanku pada para pecinta yang memilih diam dalam menikmati perasaannya. Mereka, malu-malu mencintai, rindu, dan cemburu.

    Mereka khatam soal perih akibat luka, dari yang biasa hingga semena-mena. Mereka khatam soal dipukultelak kenyataan yang tak selalu baik. Mereka tangguh, hangat ketika orang yang dicintainya masih jauh terlelap. Mereka belajar rela setiap harinya.

    Fajar, adakah yang lebih pijar darimu setiap paginya?! Adakah yang lebih tabah darimu yang mengalah ketika matahari siang mulai menjajah langit, menyengat para pejuang gagah berbekal peluh yang tak mau kalah?!

    Kepadamu fajar, hingga pagi ini, aku mengagumimu. Lengkap dengan semua yang ada di siang dan malamku.


    Rentang Tunggu, 2 Maret 2015 | Azifah Najwa
    Continue Reading
    Ada kok yang menulis bukan agar tulisannya disukai orang lain.
    Ada kok yang menulis karena ia memang ingin menulis, mengutarakan apa yang sudah berjejalan di pikiran.
    Ada kok yang menulis karena ia tak mampu mengatakannya langsung lewat lisan, aku contohnya.


    Rentang Tunggu, 2 Maret 2015 | Azifah Najwa


    --- Rindu serindu-rindunya
    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About me


    Azifah Najwa. Penulis. Peneliti. N’s. Food scientist. an ISTP.

    Blog Archive

    • ►  2021 (10)
      • ►  November (1)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (5)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (3)
      • ►  Desember (1)
      • ►  Februari (1)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2019 (11)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (2)
      • ►  Januari (5)
    • ►  2018 (109)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (2)
      • ►  Juni (1)
      • ►  April (13)
      • ►  Maret (31)
      • ►  Februari (28)
      • ►  Januari (32)
    • ►  2017 (115)
      • ►  Desember (13)
      • ►  November (11)
      • ►  Oktober (14)
      • ►  September (21)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  Juli (2)
      • ►  Juni (5)
      • ►  Mei (6)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (9)
      • ►  Februari (9)
      • ►  Januari (7)
    • ►  2016 (161)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (6)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (25)
      • ►  Agustus (20)
      • ►  Juli (19)
      • ►  Juni (16)
      • ►  Mei (18)
      • ►  April (10)
      • ►  Maret (10)
      • ►  Februari (13)
      • ►  Januari (6)
    • ▼  2015 (309)
      • ►  Desember (10)
      • ►  November (20)
      • ►  Oktober (27)
      • ►  September (24)
      • ►  Agustus (25)
      • ►  Juli (70)
      • ►  Juni (47)
      • ►  Mei (20)
      • ►  April (29)
      • ▼  Maret (18)
        • Mencintaiku
        • 30 Maret
        • Kaca Berdebu
        • Menunggu Hujan (2)
        • Menunggu Hujan
        • Adek
        • Kak...
        • Buku
        • DOSEN!
        • Are you?
        • NeoRamdhanz
        • Dandelion 8
        • Dandelion 7
        • Dandelion 6
        • Pagi!
        • Aku
        • Pagi
        • Menulis
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (9)
    • ►  2014 (41)
      • ►  Desember (6)
      • ►  November (9)
      • ►  Oktober (10)
      • ►  September (15)
      • ►  Februari (1)
    • ►  2013 (2)
      • ►  Agustus (2)
    • ►  2012 (16)
      • ►  November (1)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Juni (3)
      • ►  April (3)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2011 (11)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (1)
      • ►  September (5)

    Total Tayangan Halaman

    Most View

    • SMANSA dan Sebuah Warisan
      SMANSA adalah satu dari 2 sekolah di mana saat aku diterima di dalamnya aku menangis. Iya, aku menangis, tentu bukan karena diterima di...
    • Jurnal 365
      Seperti gambar, tulisan adalah kapsul waktu, yang dapat membawa kita kembali mengenang. Mulai dari yang sangat ingin dikenang, hingga yan...
    • Drama
      Aku mengembangkan senyum terbaikku. Mencoba menikmati setiap waktu yang berjalan kala itu. Mencoba berdamai dengan kenyataan yang tidak s...
    • Berunding dengan Waktu
      Ketika waktu mempermainkan rindu, bersabarlah jangan menyerah. Bukankah hubungan jarak jauh memang seperti itu? Tidak ada lagi malam-ma...
    • Berjalan
        Kapan pun perjalanan membuatmu ragu, berhentilah sejenak, menepilah saja. Karena tak ada yang salah dengan memulai lagi segalanya. Mungkin...

    categories

    Catatan Cerita Dandelion Edelweis Food Scientist Idealisme KAMMI Keluarga Raudhatul Jannah Rentang Tunggu Rohis

    Followers

    facebook Google + instagram Twitter

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top