Pagi

2:54 PM

Selamat pagi, fajar!
Jangan segera meninggi, aku lebih mencintaimu yang mengintip malu-malu di antara gugusan tulang-tulang daun pinus.

Cahayamu menjari, menembus tanah hutan yang basah. Ia menyapa hangat batang-batang lembut para cendawan, memeluk mereka yang pucat dan yang pekat.

Kau mencintai bumi dengan pelan dan sunyi, tak ramai, tak terang, tapi begitu dirindukan burung-burung dan embun yang muncul

Kau yang begitu, mengingatkanku pada para pecinta yang memilih diam dalam menikmati perasaannya. Mereka, malu-malu mencintai, rindu, dan cemburu.

Mereka khatam soal perih akibat luka, dari yang biasa hingga semena-mena. Mereka khatam soal dipukultelak kenyataan yang tak selalu baik. Mereka tangguh, hangat ketika orang yang dicintainya masih jauh terlelap. Mereka belajar rela setiap harinya.

Fajar, adakah yang lebih pijar darimu setiap paginya?! Adakah yang lebih tabah darimu yang mengalah ketika matahari siang mulai menjajah langit, menyengat para pejuang gagah berbekal peluh yang tak mau kalah?!

Kepadamu fajar, hingga pagi ini, aku mengagumimu. Lengkap dengan semua yang ada di siang dan malamku.


Rentang Tunggu, 2 Maret 2015 | Azifah Najwa

You Might Also Like

0 komentar