Saling Melepaskan
4:59 PMPada waktu saat kita saling melepaskan, ada hati yang patah namun ter-di-abaikan.
Kemudian mungkin kita sama-sama merenungi, siapakah yang paling bersalah dalam kisah ini. Tapi pada saat seperti ini, itu semua tidak penting lagi. Kita hanya butuh menyembuhkan luka pada saat ini, hanya butuh mengumpulkan kekuatan untuk berdiri lagi -di atas kaki masing-masing-
Pada waktu kita saling melepaskan, ada mimpi-mimpi yang menunggu ceritanya, apakah menjadi nyata atau ia hanya bunga tidur malam ini. Namun kita mengabaikannya, karena hari ini kita benar-benar merelakan semuanya. Tentang terjadi atau tidak, kita sama-sama enggan memutuskan, bahkan enggan tau.
Pada saat kita saling melepaskan, ada doa-doa yang menguntai menuju langit. Entah siapa yang lebih banyak mendoakan yang lainnya, yang selalu kita sebut adalah semoga Tuhan memberikan hati seluas-luasnya tentang apa yang akan terjadi esok hari, agar kita sama-sama dikuatkan.
Pada saat kita saling melepaskan, ada hati yang enggan melepaskan namun mengalah demi kecintaannya, tak ingin menjadi penyebab kesedihannya. Tak terhitung berapa kali ia berpikir tentang bagaimana memperbaiki semuanya, menjadikan semuanya baik kembali, namun semuanya hampir tak sama seperti kemarin, ia bingung.
Melepaskan mungkin adalah satu-satunya jalan yang bisa kita lalui saat ini, namun diujung sana semoga Tuhan satukan kita pada tujuan yang sama. Lalu kita sama-sama tau kemana seharusnya pulang. Tujuan yang sama akan mempersatukan orang-orang dalam perjalanan kan?
Smansa 13.
Setiap kali pulang, membuka album kenangan adalah agenda yang tak boleh terlewatkan. Sebenarnya bisa saja membawanya ikut serta ke Purwokerto. Tapi tidak, Purwokerto tidak bisa menyajikan nuansa magis seperti di sini, di Kebumen, di SMANSA.
Jangan minta aku untuk menuliskan bagaimana kisahnya, karena sampai kapan pun ceritanya tak akan pernah usai.
Kita pernah sama-sama bersaing untuk masuk ke sekolah itu dan kita juga pernah bersama-sama mengusahakan untuk keluar dari sana.
Rasanya baru kemarin kita sama-sama mengikuti 5 tahap tes demi mendapatkan sebuah kursi di sana, menyisihkan 600 peserta lain, kelas X, XI, XII kemudian sama-sama berjuang untuk keluar dari sana. Aku pernah menaruh hati pada sebuah tempat di sana. Aku pernah menitipkan hatiku di sana. Ada banyak perjumpaan-perjumpaan kecil tak sengaja di sana. Banyak canda yang masih menggantung di langit smansa. Banyak cerita yang masih direkam kaca-kaca jendela. Tentang mereka yang sering juara. Tentang mereka yang suka tidur di kelas. Tentang mereka. Ada banyak manusia unik di smansa. Ada banyak peristiwa tak terlupakan di smansa. Jika kau lupa, yang lain akan mengingatkannya. Dan tadi, aku baru saja diingatkan, kalau kemarin aku pernah dikeluarkan dari kelas.
Smansa, 21 Juli 2015
Nabila Faradina Iskandar
Terima kasih untuk hari ini :')
Selamat kembali ke Solo, Jogja, Bandung, Depok, Semarang, Surabaya, Malang, Jakarta, atau kalian yang tetap di Kebumen, menjaga cerita kita.
Mari menata rindu lagi :)
0 komentar